Perusahaan penerbangan nasional plat merah, PT Merpati Nusantara Airlines (MNA), dideadline setahun untuk ditutup atau terus beroperasi. Asal tidak rugi secara operasional, Merpati dijamin tidak akan ditutup. Namun, jika selama setahun ke depan mengalami kerugian, maka nama Merpati akan tinggal kenangan
Penegasan itu diungkapkan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, kepada wartawan di kediamannya kawasan Ketintang Baru Surabaya, Minggu (8/1). Dahlan menceritakan terkait keinginan karyawan Merpati yang memilih harus kerja keras memperpanjang hidup maskapai plat merah itu.
Menanggapi keinginan karyawan itu, Dahlan juga meminta hasil kerja keras karyawan sebagai bukti Merpati masih bisa hidup. "Pokoknya secara operasional tidak rugi," kata Dahlan.
Kalau masih rugi, lanjutnya, asal bukan di segi operasional. Misalnya bunga yang masih tinggi ditambah beban masa lalu itu masih bisa diterima. Lagipula, dana pemerintah sebesar Rp 561 miliar yang digunakan untuk menginjeksi Merpati belum tentu berhasil.
Bahkan, dalam kesempatan beberapa waktu lalu, Dahlan sempat mengutarakan, dana sebesar itu lebih baik dimanfaatkan untuk membeli lahan sawit. Pembelian lahan sawit dinilai lebih berprospek ketimbang kelangsungan hidup Merpati. "Nggak ada jaminan, dengan uang itu merpati bisa hidup," terangnya.
Kalau setiap karyawan Merpati mendapat lahan sawit 2 hektar saja, lanjutnya, itu bisa menjadi tolok ukur kesejahteraan karyawan. "Tapi mereka (karyawan, Red) yakin, dengan kerja keras Merpati bisa hidup. Ya sudah, kita tinggal menunggu hasilnya setahun ke depan," pungkasnya.
Sebelumnya Menteri BUMN Dahlan sempat mengeluarkan statemen mengejutkan dengan mengusulkan untuk menutup Merpati. Pasalnya, menurut Dahlan, setelah disuntik dana oleh pemerintah sampai kini tidak banyak perubahan.
Usulan itu juga disampaikan Dahlan dalam rapat bersama manajemen dan komisaris maskapai plat merah itu akhir pekan lalu. Komisaris Utama Merpati M. Said Didu yang juga hadir dalam rapat tersebut mengatakan, manajemen masih percaya Merpati bisa berkembang.
Seperti diketahui, sampai saat ini PT Merpati Nusantara Airlines masih terlilit berbagai utang. Maskapai plat merah tersebut memang diakui masih mengalami 'pendarahan' di sektor keuangannya.
Terakhir problem serius muncul saat Pertamina menghentikan pasokan avtur ke Merpati di Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Hasanuddin Makassar. Pertamina minta manajemen Merpati segera menyelesaikan utangnya dulu sebelum avtur dikucurkan kembali. Jumlah utang Merpati ke Pertamina dari 2006 sampai sekarang mencapai Rp 550 miliar.
Saat itu Komisaris Utama Merpati Said Didu, mengakui penghentian avtur tersebut adalah dampak dari ketidaksehatan finansial Merpati yang belum diselesaikan secara tuntas. Mantan Sekretaris Kementerian BUMN ini mengatakan, harus ada langkah dari pemegang saham untuk menyelesaikan utang-utang Merpati tersebut. "Langkah yang dilakukan adalah melalui suntikan modal dan penyelesaian utang ke BUMN dan utang Merpati ke pemerintah," ujarnya.
Tampaknya tak hanya ke Pertamina, Merpati juga mempunyai utang ke Garuda sebesar Rp 330 miliar. Krisis keuangan yang dialami maspakai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines dinilai telah mencapai titik kritis.
Bukan itu saja, perusahaan ini juga tidak sehat dalam strategi perusahaan. "Sudah saatnya dipertanyakan masihkah keberadaan Merpati dibutuhkan," kata Analis penerbangan, Alvin Lie, belum lama ini.
Alvin mengatakan, kesulitan keuangan Merpati merupakan penyakit menahun perusahaan ini. Merpati telah beberapa kali mendapat bantuan dana dari pemerintah. Pada 2010, setengah dari permintaan Merpati senilai Rp 600 miliar disetujui pemerintah.
Tahun sebelumnya, Merpati juga memperoleh kucuran anggaran Rp 450 miliar dari Rp 1,1 triliun yang diajukan. "Suntikan itu habis digunakan membayar utang maupun gaji pegawai," kata Alvin. Paruh pertama 2011, Merpati juga mendapat tambahan dana lebih dari Rp 500 miliar melalui APBN Perubahan. Saat ini, dana itu belum dikucurkan pemerintah melalui Kementerian Keuangan.
Dari aspek manajemen perusahaan, Alvin berpendapat, Merpati tidak mampu membeli pesawat baru. Solusinya, manajemen menempuh jalur sewa pesawat. Tapi upaya itu dinilai Alvin mendapat berbagai kendala. Mantan legislator DPR RI dari F PAN ini mengatakan, kemampuan keuangan memojokkan Merpati sehingga tak punya pilihan lain dalam pengadaan pesawat.
Merpati hanya bisa melakukan pengadaan pesawat MA-60 buatan Cina yang memberi sistem pembayaran amat ringan dan kompetitif. Alvin mengatakan, tahun lalu, Merpati sudah memperoleh keringanan utang melalui restrukturisasi utang oleh lessor. dtf, wsp
Utang Merpati
Pertamina Rp 550 miliar.
Garuda Rp 330 miliar
Armada Merpati per 1 Januari 2011
• 1 Boeing 737-500
• 2 Boeing 737-400 (Merpati akan menerima 6 Boeing 737-400 bekas Garuda)
• 1 Boeing 737-200
• 7 Boeing 737-300 (Merpati akan menerima 4 Boeing 737-300 bekas Indonesia AirAsia)
• 13 Xian MA60 (2 pesawat baru mengalami kecelakaan)
• 2 Fokker-100 (PK-MJC,PK-MJD)
• 10 CASA C 212
• 8 DHC-6 (akan digantikan oleh N-219)
(Surabaya Post Online)
0 komentar:
Posting Komentar