Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Jumat, 31 Januari 2014

Ejakulasi Dini Bukan Penghambat Kehamilan

|0 komentar

Hasrat seks rendah pada pria? Cermati kadar hormon prolaktin.

Kehamilan yang tak kunjung datang kerap membuat pasangan berasumsi mengenai kemungkinan penyebabnya dan kekhawatiran pun mulai muncul. Seperti rasa khawatir ketika suami sering ejakulasi dini saat berhubungan seks, yang kemudian dikaitkan dengan gangguan kesuburan pria dan kecilnya kemungkinan hamil karenanya.

Dokter ahli seksologi dan andrologi, Wimpie Pangkahila, menjelaskan ejakulasi dini tidak mencerminkan ada tidaknya gangguan kesuburan. Tidak ada hubungan antara ejakulasi dini dengan keadaan kesuburan seorang pria. Artinya, seorang pria yang mengalami ejakulasi dini, kesuburannya mungkin saja normal. Sebaliknya, pria yang tidak mengalami ejakulasi dini, mungkin saja kesuburannya terganggu, bahkan mandul, sehingga tidak dapat menghasilkan kehamilan.

Tidak Berkaitan
Kehamilan hanya mungkin terjadi kalau berlangsung pembuahan sel telur wanita oleh sel spermatozoa pria. Pembuahan hanya mungkin terjadi kalau hubungan seksual dilakukan pada masa subur wanita. Hubungan seksual di luar masa subur wanita tidak akan menghasilkan pembuahan dan kehamilan.

Pembuahan lebih mudah terjadi kalau keadaan kesuburan pihak suami dan istri baik, dan tidak mengalami gangguan pada sistem reproduksinya. Sebaliknya, kalau kesuburan terganggu dan sistem reproduksi mengalami gangguan, kehamilan mengalami hambatan, bahkan mungkin tidak dapat terjadi.

Gangguan Kesuburan
Ejakulasi dini yang dialami suami bukanlah penyebab seorang istri tidak hamil, walaupun telah lama menikah. Kecuali bila ejakulasi dini yang terjadi tergolong berat, sehingga tidak ada sperma yang masuk melalui vagina.

Pria yang menderita ejakulasi dini berat, mengalami ejakulasi sebelum penis masuk ke vagina. Jadi, selama ejakulasi terjadi di dalam vagina kemungkinan dapat menghamili tetap ada, asal kesuburannya baik dan di pihak wanita tidak ada gangguan.

Yang perlu dipertanyakan adalah adakah gangguan kesuburan atau hambatan pada sistem reproduksi pasangan suami istri? Pemeriksaan yang lengkap dapat menyimpulkan apakah ada gangguan atau kelainan pada suami dan istri. Jika sudah ada kesimpulan, barulah dapat dilakukan langkah pengobatan atau tindakan yang tepat.

Namun, memang ada keadaan tertentu yang tidak dapat diatasi lagi. Misalnya kerusakan pada buah pelir sehingga spermatozoa tidak dapat diproduksi sama sekali atau kerusakan pada indung telur sehingga sel telur tidak dapat diproduksi.

Jika terjadi kerusakan, apakah masih dapat hamil atau tidak? Jawabnya tergantung sejauh mana gangguan yang terjadi, baik pada istri maupun suami. Kalau tidak ada gangguan kesuburan pada istri atau suami, tak mungkin kehamilan tidak terjadi dalam waktu lama.

Selasa, 28 Januari 2014

Warisan Toraja yang Terjaga

|0 komentar


Langit Senja di Kete Kesu

HUJAN yang mengguyur hampir setiap hari menyisakan sedikit suasana cerah di pagi hari di Kete Kesu, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Saat itu pengujung akhir 2013. Deretan rumah Tongkonan berhadapan dengan deretan lumbung (alang sura) yang berbentuk serupa menyita perhatian para pengunjung yang mulai berdatangan melihat warisan budaya Toraja tersebut.

Kete Kesu adalah salah satu kampung yang menjadi tujuan wisata setiap pengunjung Tana Toraja. Sebagian rumah Tongkonan di tempat tersebut sudah berumur ratusan tahun.


Ornamen Pahatan di Tongkonan

Warisan budaya ini terjaga hingga saat ini, seperti terlihat beberapa tanduk kerbau yang menjadi perlambang status sosial masih terpasang di salah satu bagian depan rumah, rahang babi berderet di bagian samping rumah, serta motif ukiran dan gambar-gambar yang menjadi simbol-simbol tradisi masih terjaga.

Selain struktur bangunan permukiman kampung, tempat pemakaman kampung pun masih lestari. Pemakaman di tebing batu di bagian belakang perkampungan tersebut juga menjadi daya tarik yang unik.

Kete Kesu masih menyimpan warisan budaya Tana Toraja. Begitu pula keramahan masyarakatnya yang selalu siap menyambut para pendatang yang hendak menikmati kekayaan bangsa tersebut. (Rony Ariyanto Nugroho)


Tengkorak di Pemakaman Tebing.


Sumber: KOMPAS CETAK

Pulau-pulau Buatan untuk Tujuan Wisata

|0 komentar


Warga Tanjung Benoa, Bali, Jumat (2/8/2013), melakukan konvoi di tengah laut berunjuk rasa menolak reklamasi Teluk Benoa.

Manajemen Artha Graha Network yang memimpin rencana reklamasi Teluk Benoa di Bali memastikan proyek itu bertujuan membangun obyek wisata baru untuk membangkitkan pariwisata setempat. Reklamasi dengan membuat pulau-pulau buatan di dalam teluk sekitar Pulau Pudut bernilai 3 miliar dollar AS.

Ini dikatakan Wisnu Tjandra, salah satu direksi Artha Graha Network, Senin (27/1/2014), saat bertandang ke kantor Kompas. Ia menjanjikan, destinasi wisata itu tak mengganggu aktivitas nelayan dan memastikan 50 persen dari total area seluas 700 hektar itu sebagai kawasan pepohonan (hijau) dan aliran air (biru).

Konsep pembangunan destinasi wisata dikerjakan Surbana, perusahaan konsultan perancang Sentosa Island di Singapura. Terkait analisis oseanografi dan analisis mengenai dampak lingkungan, menurut Wisnu, proyek ini masih pada tahap awal.

”Konsep revitalisasi Kawasan Teluk Benoa berbentuk pulau-pulau yang memperhatikan alur laut alami dan menjaga jarak cukup antara pulau dan tanaman mangrove,” tuturnya.

Jarak antarpulau ataupun mangrove adalah 80 hingga 300 meter. Kedalaman air dikembalikan menjadi 3-5 meter saat air laut surut. Harapannya, pulau-pulau itu bisa dilewati kapal nelayan dan dimanfaatkan sebagai lokasi olahraga air.

Revitalisasi kedalaman air laut, kata Wisnu, penting karena kawasan setempat terancam pendangkalan. Karena itu, pulau-pulau dibangun mengikuti analisis dinamika air setempat.

Wisnu mengatakan, revitalisasi Teluk Benoa bisa melestarikan kawasan mangrove Taman Hutan Rakyat Ngurah Rai yang terancam sampah dan perambah. Selain itu, Pulau Pudut yang mengalami abrasi parah akan direklamasi. Teluk Benoa juga akan menjadi destinasi wisata baru yang diharapkan meningkatkan kunjungan wisata dan menyerap tenaga kerja.


Seorang warga tengah memandang Pulau Pudut, Tanjung Benoa, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (16/7/2013).

Pulau tersebut terancam hilang akibat pengerukan dan abrasi jika tidak direklamasi kembali. Selain dimanfaatkan sebagai obyek wisata oleh masyarakat adat, pulau tersebut juga digunakan sebagai kawasan konservasi penyu.
Secara terpisah, Khalisah Khalid, Kepala Departemen Jaringan dan Pengembangan Sumber Daya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, mengatakan, sejak akhir Desember 2010, Gubernur Bali menerbitkan kebijakan moratorium akomodasi pariwisata di Bali Selatan. Ini didasarkan penelitian Kementerian Pariwisata dan Budaya pada 2010 yang menyatakan kawasan setempat mengalami kelebihan hotel. Pembangunan kawasan terpadu Teluk Benoa dinilai sebagai inkonsistensi kebijakan gubernur.

Terkait hal ini, Wisnu mengatakan, pihaknya tidak membangun hotel, hanya sejumlah obyek wisata baru.

Namun, di dalam masterplan reklamasi Teluk Benoa yang disusun Surbana, beberapa bagian pulau diperuntukkan bagi pembangunan hotel resor dan vila.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Conservation International Indonesia Ketut Sarjana mengatakan, analisis modeling menunjukkan, reklamasi 80 persen Teluk Benoa akan menciptakan masalah baru. Rob dan banjir bisa menggenangi permukiman atau sarana wisata sekitar hingga Bandara Ngurah Rai karena Benoa sebagai tempat mengalir 4 daerah aliran sungai kehilangan fungsi penampung air.

Sumber: kompas.com