Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Kamis, 04 September 2014

QNET: MLM Bisnis Gaya Hidup atau Money Game Semata?

|0 komentar

bg_Bars_en

Pic: QNET Official

QNET (dulunya Questnet) merupakan perusahaan multi-level marketing (MLM) didirikan pada tahun 1998. Menjelang usia 15 tahun ini, QNET mengklaim telah memiliki member dan konsumen di lebih 100 negara. Berkantor pusat di Hongkong, QNET saat ini memiliki 25 kantor/keagenan dan lebih 50 stockist yang tersebar di 22 negara. Di Indonesia sendiri QNET berkantor di Jakarta, Surabaya dan Denpasar dengan didukung dua stockiest di Pontianak dan Balikpapan.

Lalu mengapa begitu banyak kontroversi tentang QNET. Benarkah QNET merupakan bisnis piramida atau bisnis tipuan sehingga hanya bisa berkembang di desa-desa dan tidak bisa menembus negara maju?

Produk QNET

Ketika diluncurkan pertama kali tahun 1998, QNET (kala itu disebut Questnet) hanya mempromosikan koin emas dan perak unik melalui sistim MLM. Tidak lama kemudian bisnis koin koleksi tersebut mendapat sorotan dan disebut money game yang dinyatakan illegal di beberapa negara. Questnet di demo oleh para membernya dan petinggi-petinggi Questnet kala itu berurusan dengan hukum.

Beberapa tahun berselang, Questnet kembali muncul dengan nama baru: QNET dengan produk yang lebih beragam tetapi tetap mempertahankan cara pemasaran jaringan atau sistim MLM. Kini produk QNET telah merambah dunia produk energi, makanan suplemen, perawatan kulit, telekomunikasi, barang mewah (jam tangan dan perhiasan), produk pengaturan berat badan, peralatan rumah tangga, pendidikan online, dan paket liburan.

Di Indonesia, produk QNET yang terkenal antara lain produk energy seperti Biodisc dan Chi Pendant. Meski QNET mengatakan bahwa produk-produk energy tersebut bukanlah obat, tetapi banyak testimonial para penggunanya yang memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan kesehatan bahkan peyembuhan. Belakangan produk peralatan rumah tangga seperti penyaring air Homepure juga menjadi pilihan diantara ratusan jajaran produk QNET.

Peluang Bisnis atau Money Game?

Sebagaimana perusahaan MLM lainnya, QNET memberikan peluang kepada setiap membernya untuk menjadi distributor produk-produk yang diedarkan oleh QNET. Untuk menjadi member QNET, Anda harus*:

  1. Membayar biaya Pendaftaran : $10 (sekitar Rp100 ribu)
  2. Memilih dan membeli salah satu produk mulai harga $370  sampai $12.500 (sekitar Rp3,6 juta – Rp124 juta).
  3. Membayar biaya tahunan: $30 (sekitar Rp300 ribu).

Sebagai distributor, para member berhak mendapatkan bonus atas penjualan produk yang dilakukan member tersebut dan jaringannya.

Besarnya bonus QNET secara garis besar terbagi 2 yaitu:

  1. Retail Profit, ada juga yang sebut bonus langsung. Bonus ini diperoleh seorang member saat berhasil menjual stau produk ke calon member/konsumen. Besarnya bonus adalah sebesar selisih harga member dengan harga katalog. Masing-masing produk memiliki selisih harga sendiri dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai kebijakan QNET.
  2. Step Commission, kebanyakan menyebutnya bonus pasangan. Bonus ini diperoleh saat seorang member memperoleh jumlah penjualan tertentu di jaringannya dan dihitung berdasarkan poin produk yang disebut BV (Business Volume). Besarnya Step Commission adalah $225 – $300 per step, sesuai level member tersebut.

Pembayaran bonus dilakukan melalui cek, e-card (e-money khusus QNET) atau transfer tunai ke rekening member (QashOut).

Dalam prakteknya, beragam tanggapan masyarakat menyikapi bisnis QNET. Tidak sedikit berita miring yang beredar, termasuk isu-isu penipuan yang sempat marak diberitakan media massa.

Di berbagai negara, termasuk di beberapa daerah di Indonesia, tidak sedikit yang mencurigai QNET sebagai bisnis money game karena presentasi-presentasi yang diadakan para member QNET lebih banyak berbicara tentang rekruitmen dan bukan menjual produk, sehingga terkesan seperti praktek piramida (phonzi atau arisan berantai). Meski QNET jelas menyatakan bahwa QNET bukanlah cara pintas untuk sukses, tidak sedikit member QNET yang memberikan janji-janji berlebihan tentang potensi keuntungan bisnis QNET.

Selain itu, kecurigaan money game muncul dari mahalnya harga produk-produk QNET dibandingkan produk sejenis, sehingga terkesan sebagai sarana mengumpulkan uang dalam jumlah besar dari para membernya. Hal ini dapat juga dilihat dari peningkatan harga produk QNET dari waktu ke waktu yang sangat signifikan, sehingga memperkuat aroma setor menyetor duit alias money game.

Praktek Tidak Terpuji

Berbagai informasi di masyarakat juga menyebutkan bahwa banyak oknum member QNET yang menaikkan harga produk dari harga normal tanpa menjelaskan secara terbuka alasan kenaikan harga tersebut. Beberapa daerah bahkan melaporkan penipuan upline yang membawa kabur uang para calon member atau tidak mencairkan bonus sebagaimana dijanjikan. Produk yang seharusnya diterima dalam hitungan hari, kadang mundur menjadi berbulan-bulan atau tidak diterima sama sekali. Akibatnya, tidak sedikit yang mengeluh merasa tertipu.

942110_668450616504369_1586092047_n

Sebagian dari ratusan produk QNET (QNET Official)

QNET, pada dasarnya merupakan bisnis legal. Keberadaannya di Indonesia diwakili oleh badan usaha bernama PT QN International Indonesia. Munculnya berbagai berita miring tentang QNET selama ini diduga sepenuhnya karena praktik-praktik tidak terpuji yang dilakukan oleh para member QNET sendiri, sebagaimana dijelaskan di atas. Bisnis QNET dan member QNET, dua entitas yang terpisah, tetapi saling mempengaruhi dalam pelaksanaan bisnis.

Sepintas, munculnya perilaku illegal tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

  1. Sistim bisnis QNET saat ini murni e-commerce, alias semua transaksi resmi harus dilakukan melalui internet dengan menggunakan kartu kredit atau e-card (e-money khusus QNET). Sementara penduduk Indonesia terutama yang di pedesaan masih banyak yang belum paham internet, termasuk sistim bisnis QNET. Akibatnya muncul celah yang rentan dimanfaatkan oleh upline atau leader QNET untuk mempermainkan data dan informasi QNET.
  2. Meski dijalankan secara e-commerce, QNET belum sepenuhnya menjalankan bisnis secara online. Bila seseorang melakukan pemesanan produk lewat internet, produk tersebut tidak dikirimkan langsung oleh kantor QNET Indonesia, tetapi harus diambil ke kantor QNET atau stockiest. Bisa dibayangkan jika pembeli bertransaksi online di Manado, harus mengambil ke Jakarta atau Surabaya. Pun jika memilih opsi tidak mengambil langsung ke kantor, QNET akan mengirimkannya otomatis dari kantor Hongkong atau Malaysia, yang mana pengiriman ini memakan waktu minimal satu bulan. Dalam prakteknya ada member yang menunggu produk sampai lebih 3 bulan.  Suatu hal yang tak lazim di dunia online shopping.
  3. Sistim pembayaran bonus masih menyulitkan member. Penggunaan metode e-card dan internet membuat ketergantungan yang tinggi terhadap upline atau leader sehingga rawan penyelewengan dan penipuan. Bahkan banyak member yang percaya bahwa bonus QNET dibayarkan oleh upline. Sementara penggunaan QashOut sangat memberatkan para member karena adanya potongan biaya yang tinggi setiap transaksi dan adanya potensi kerugian selisih kurs.
  4. Mekanisme pengawasan QNET sepertinya belum memberi efek signifikan untuk menertibkan perilaku salah di kalangan member. QNET terkesan lepas tangan. Berbagai isu mengatakan bahwa kemungkinan QNET serba salah terutama untuk menindak para member atau jaringan tertentu yang telah berkontribusi besar bagi QNET selama ini.

Selain itu, QNET juga menghadapi tudingan berupa informasi-informasi keliru yang menyesatkan, antara lain:

  1. QNET bukan MLM. Yang benar, QNET merupakan perusahaan MLM (kadang disebut juga network marketing). Tidak ada yang salah dengan mlm. Yang salah adalah penerapannya di lapangan yang sering membuka jalan ke praktek-praktek penipuan atau money game.
  2. QNET merupakan jaminan kesuksesan. Melalui panduan resminya, QNET menegaskan dan tidak pernah menjanjikan keberhasilan atau kekayaan. Untuk mencapai kesuksesan finansial, seorang member QNET harus menjadi penjual produk (distributor) aktif dan mempromosikannya kepada orang lain. Besarnya bonus yang diperoleh seorang member adalah sesuai dengan keaktifan melakukan penjualan dan membina jaringan di bawahnya.
  3. QNET melalukan investasi besar di Indonesia. Sejauh ini, QNET tidak melakukan investasi apapun di Indonesia. Produk-produknya kebanyakan dibuat atau dirakit di negara lain termasuk China. Ke depan, QNET kemungkinan juga akan merakit salah satu produknya yaitu pemurni udara, di India.
  4. Petinggi-petinggi QNET ditangkapi di Indonesia dan berbagai negara. Isu ini sudah sangat lama ditemukan di Wikipedia. Petinggi-petinggi QNET mungkin pernah berurusan dengan hukum, tetapi tidaklah ditangkapi. CEO Qi Group (induk perusahaan QNET), Vijay Eswaran bahkan tercatat sebagai salah seorang usahawan berhasil di Asia dan sering menjadi pembicara di forum-forum bisnis internasional, termasuk World Economic Forum.

Untuk menghadapi tantangan permasalahan di lapangan serta internal system yang belum mendukung, QNET harus banyak berbenah dan meningkatkan pelatihan-pelatihan bagi para membernya.

Meski menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan bisnisnya, QNET tetap percaya diri dan ekspansif. Pada bulan September 2012 lalu QNET menggelar pertemuan akbar yang disebut V-Con di Bogor, Indonesia dan berhasil mengumpulkan sekitar 8000 membernya. Bulan Mei 2013 lalu, acara besar serupa digelar besar-besaran di Kuala Lumpur, Malaysia. QNET juga aktif dalam mengikuti aktivitas bisnis, mesponsori berbagai kegiatan olahraga internasional serta menjalankan berbagai misi sosial melalui Rhythm Foundation.

Apakah QNET merupakan Bisnis yang Tepat untuk Anda?

Sebagaimana  saat menganalisa perusahaan MLM lainnya, QNET dapat menjadi bisnis yang baik bagi orang yang tepat. Untuk menjawab pertanyaan di atas Anda perlu memastikan ke diri Anda:

  • Apakah Anda memerlukan salah satu produk QNET?
  • Apakah Anda ingin dan mau menjadi distributor produk QNET?
  • Apakah Anda dapat mempromosikan produk QNET kepada orang lain?
  • Apakah Anda memahami tata cara bisnis QNET dengan baik?

Jika Anda menjawab tidak, kemungkinan Anda berpotensi menjalankan bisnis QNET secara money game, yaitu hanya mengajak orang menyetor uang, lalu meminta orang tersebut mengajak orang lain menyetor uang dan selanjutnya. Orang yang tidak tepat akan menjadikan QNET sebagai bisnis piramida alias arisan berantai.

Sumber: http://howmoneyindonesia.com/2013/06/05/qnet-bisnis-gaya-hidup-usaha-legal-atau-penipuan/


Chairul Tanjung: Mahasiswa Teladan di Kedokteran Gigi yang Menjadi Raja Bisnis

|0 komentar

http://studentpreneur.co/wp-content/uploads/2014/08/Chairul-Tanjung.jpg

Di tengah ramainya daftar orang terkaya Forbes yang mengaku dropout dari bangku kuliah, barangkali membuat Anda galau untuk menghentikan pendidikan Anda. Jangan dulu. Mungkin kita bisa belajar dari sosok seorang Chairul Tanjung. Meskipun dunianya kini jauh berbeda dari bangku perkuliahannya, nyatanya beliau tetap menamatkannya. Beliau bahkan merupakan mahasiswa teladan tingkat nasional 1984-1985.

Chairul Tanjung terlahir dari keluarga yang awalnya berada. Ia adalah anak seorang wartawan pemilik surat kabar dengan oplah yang lumayan. Akan tetapi, saat Chairul Tanjung SMP, usaha ayahnya terpaksa harus gulung tikar karena dituding sebagai antek Orde Lama. Kala itu, terjadi pergantian ke era Orde Baru. Di era Soeharto ini, kebebasan media memang dipasung. Dan sang ayah, A.G. Tanjung, adalah ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Ranting Sawah Besar.

Keadaan ini memaksa mereka untuk menjual semua aset, termasuk rumah dan pindah ke sebuah losmen dengan kamar yang sempit. Di sinipun, mereka tidak kuat terus-menerus membayar biaya sewa sehingga mereka kemudian memutuskan pindah ke daerah Batutulis, salah satu kantong kemiskinan di Jakarta. Rumah tersebut adalah rumah nenek Chairul, dari ibundanya, Halimah. Orang tuanya bahkan tidak sanggup membayar uang kuliah Chairul yang waktu itu hanya sebesar Rp 75.000.

"Tahun 1981, saya diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (UI)," ungkapnya dalam buku biografi 'Chairul Tanjung, Si Anak Singkong' yang ditulis oleh Tjahja Gunawan Adiredja. "Diam-diam, ibu saya menggadaikan kain halusnya ke pegadaian untuk membayar uang kuliah saya."

Mendengar kabar ini, sejak saat itulah beliau bertekad untuk tidak meminta uang lagi kepada orang tuanya. Maka sembari kuliah, beliau memulai bisnis kecil-kecilan. Mulai dari fotokopi, berjualan buku kuliah stensilan, usaha stiker, kaos, dan aneka barang lain di kampus. Hasilnya pelan-pelan dikumpulkan untuk membuka kios peralatan kedokteran dan laboratorium kedokteran gigi meski kemudian bisnisnya bangkrut. "Yang nongkrong lebih banyak ketimbang yang beli," katanya.

Sekitar 2 tahun kemudian beliau kembali berbisnis. Kali ini, beliau menggandeng dua orang rekannya untuk mendirikan PT Pariarti Shindutama, sebuah perusahaan yang memproduksi sepatu anak-anak untuk diekspor. Modalnya diperoleh dari Bank Exim sebesar Rp 150 juta. "Dengan bekal kredit tersebut saya belikan 20 mesin jahit merek Butterfly," katanya. Di awal 3 bulan, bisnisnya terlunta-lunta tanpa pesanan. Di saat terancam bangkrut, datanglah pesanan 160.000 pasang sepatu dari pengusaha Italia. Kemudian bisnisnya terus berkembang. Namun, karena adanya perbedaan visi dengan kedua rekannya, Chairul Tanjung memilih pisah.

Inilah cikal bakal Chairul Tanjung mendirikan Para Group, sebuah kerajaan bisnis yang bergerak  pada tiga bisnis inti: jasa keuangan yakni Bank Mega, media seperti Detik, TransTV, Trans7, dan properti mulai dari  Bandung Supermall, Carrefour, hingga Trans Studio. Lompatan besarnya bermula ketika beliau memutuskan untuk mengambil alih kepemilikan Bank Mega pada 1996. Beliau mampu mentransformasi bank kecil yang sedang sakit-sakitan itu menjadi bank besar yang disegani.

Pilihannya untuk terjun ke dunia entrepreneur mungkin memang jauh dari kedokteran gigi. Namun keputusannya ini justru menempatkannya di jajaran orang terkaya di Indonesia. Pada tahun 2010, Forbes menilai total kekayaan bersihnya sebesar $1 miliar. Chairul Tanjung kemudian merubah nama Para Group menjadi CT Corp pada tanggal 1 Desember 2011.

"Kini waktu saya lebih dari 50% saya curahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan," ungkapnya. Beliau kini getol menjalani berbagai kegiatan sosial. Mulai dari PMI, Komite Kemanusiaan Indonesia, anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia. Itulah sekilas kisah hidup Chairul Tanjung, seorang entrepreneur yang tidak mau kalah dengan nasib. Jutaan lapangan pekerjaan merupakan salah satu kontribusinya bagi Indonesia.

Sumber: http://studentpreneur.co/chairul-tanjung-mahasiswa-teladan-di-kedokteran-gigi-yang-menjadi-raja-bisnis/

Rabu, 03 September 2014

Demi Mempertahankan Jilbab, Muslimah ini Rela Mundur sebagai Karyawan Bank dan Bayar Denda 10 Juta

|0 komentar


Hidayah bagi hamba Allah bisa datang kapan saja dan melalui peristiwa yang tidak diduga-duga. Itulah yang terjadi pada diri Suryani Wahyu Lestari, perempuan ini mendadak memutuskan menutup seluruh auratnya (memakai jilbab), setelah dirawat beberapa hari di salah satu rumah sakit swasta di Pekanbaru.

"Saya memutuskan memakai jilbab sekitar dua minggu setelah keluar dari rumah sakit. Sebelumnya saya terus didukung abang kandung saya dan sahabat-sahabat saya menggunakan jilbab, namun jujur saja ketika itu hati saya belum tergerak ke sana (memakai jilbab). Saya waktu itu masih berfikir, kalau ibadahnya belum mantap, jangan dulu pakai jilbab. Anehnya, dua minggu setelah keluar dari rumah sakit, Bulan Ramadan lalu, saya merasa tidak pantas lagi dan merasa malu memakai rok pendek. Saya berfikir, bagaimana kalau sedetik lagi nyawa saya dicabut malaikat, sementara saya dalam keadaan tidak menutup aurat," cerita gadis yang akrab dipanggil Ayi tersebut, Minggu (31/8/2014).

"Saya jadi malu, karena ketika memakai rok pendek, kemana pun saya pergi saya merasa laki-laki selalu memperhatikan bagian tubuh saya yang tidak tertutup. Di tempat kerja, karena harus memakai rok agak pendek saya juga merasa tubuh saya selalu jadi sasaran mata laki-laki, sehingga saya merasa malu dan tidak nyaman," sambungnya.

Setelah memakai jilbab, Suryani mengaku merasa hidupnya lebih nyaman dan lebih terhormat sebagai perempuan. Ibadahnya juga lebih baik dibanding sebelumnya. "Rasanya ibadah saya juga lebih khusyuk. Mungkin jilbab yang saya pakai sekarang belum termasuk kategori jilbab syar'i, tapi saya yakin Allah akan mengarahkan saya ke sana (hijab syar'i)," harapnya.

Ada beberapa konsekuensi yang harus diterima Ayi terkait keputusannya menggunakan jilbab, salah satu di antaranya dia harus mengundurkan diri sebagai karyawati salah satu bank swasta, sebab karyawati bank tersebut tidak dibolehkan menggunakan jilbab. "Banyak orang bilang saya bodoh karena mundur sebagai pegawai bank hanya gara-gara jilbab. Biar saja orang bilang saya bodoh, karena saya sangat yakin, keputusan yang saya ambil adalah yang terbaik bagi saya," ucapnya dengan mantap.

Suryani tidak hanya harus mundur, namun juga membayar denda Rp10 juta kepada bank bersangkutan, sebab mundur sebelum masa kontrak kerja berakhir. "Meskipun harus mundur dan membayar denda, tapi saya tetap bersyukur pernah bekerja di bank tersebut, karena di sana saya berkesempatan belajar dengan orang-orang hebat," ungkapnya.

Gadis yang lahir di Kota Pekanbaru tahun 1995 ini mengaku, ibunya termasuk orang yang kaget ketika dia menyatakan ingin memakai jilbab. "Namun setelah saya menjelaskan alasannya, ibu saya akhirnya bisa memahaminya dan mendukung keputusan saya," jelasnya.

Ayi melanjutkan, masalah lain yang dihadapinya ketika awal memutuskan berjilbab adalah pakaian yang dimilikinya sedikit sekali yang bisa dipadukan dengan jilbab. "Karena dulu saya sering shooting dan ikut modeling, jadi pakaian saya itu umumnya seksi," ujarnya.

Kini, setelah berjilbab, dia juga harus menolak tawaran pekerjaan dari dunia entertain. "Padahal dulu, shooting itu termasuk hobi terbesar saya, tapi setelah berjilbab saya tak mau lagi menggunakan pakaian pendek. Jadi saya juga harus kehilangan dunia keartisan, padahal dulu cita-cita besar saya tu menjadi artis," urainya.

"Tapi saya tak menyesal. Selagi saya selalu berusaha berada di jalan Allah, saya yakin Allah selalu bersama saya. Innallaha ma'ashobirin, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar," kata Ayi dengan mantap.

Dengan telah memutuskan menggunakan jilbab, gadis manis ini berharap dia bisa terus memperbaiki dirinya sesuai tuntunan Agama Islam, sehingga nantinya benar-benar menjadi wanita shaleha. "Mudah-mudahan jadi bidadari surga. Amin," ucapnya.

Ayi berharap bisa segera mendapatkan pekerjaan yang baik, yang tidak menghalanginya mematuhi ajaran agama yang diyakininya. "Mudah-mudahan saya bisa bekerja di bank syariah nantinya," harap Ayi.

"Dan yang lebih penting, mudah-mudahan dengan berjilbab, Allah akan memilihkan lelaki yang sangat saleh dan bertanggung jawab sebagai jodoh saya. Amin," harapnya lagi.

Semoga Allah SWT mengijabah doa Suryani Wahyu Lestari. Amin. 

Sumber: http://www.islamedia.co/2014/09/demi-mempertahankan-jilbab-muslimah-ini.html