Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Jumat, 07 Februari 2014

Ini Sikap Resmi Bank Indonesia soal Bitcoin

|0 komentar


Reuters
, Ilustrasi

Bank Indonesia kembali mengeluarkan pernyataan soal  legalitas penggunaan mata uang virtual Bitcoin di Tanah Air.  

Mengutip undang-Undang No 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, UU No. 23 Tahun 1999, dan Undang-Undang No.6 Tahun 2009, Direktur Indonesia Peter Jacobs menjelaskan bahwa Bitcoin dan virtual currency lainnya bukan mata uang atau alat pembayaran yang sah di Indonesia

"Masyarakat dihimbau untuk berhati-hati terhadap Bitcoin dan virtual currency lainnya. Segala risiko terkait kepemilikan/penggunaan Bitcoin ditanggung sendiri oleh pemilik/pengguna Bitcoun dan virtual currency lainnya," tulis Peter dalam siaran pers yang dikeluarkan hari Kamis (6/2/2014).

Pengumuman tersebut sekaligus menyatakan sikap serupa dari BI terhadap mata uang-mata uang virtual lain di luar Bitcoin. Dengan demikian, virtual currency alternatif, semacam Dogecoin dan Litecoin juga tidak diakui sebagai alat pembayaran.

Sebelumnya, pada pertengahan Januari lalu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Sistem Pembayaran Roland Waas telah mengatakan bahwa semua transaksi di NKRI harus menggunakan mata uang rupiah.

Kendati demikian, BI tidak menetapkan peraturan yang secara khusus melarang penggunaan Bitcoin. Ini berarti para pemilik Bitcoin masih bisa bebas bertransaksi dengan mata uang tersebut. Hanya saja, tidak ada perlindungan hukum apabila terjadi kasus-kasus seperti pencurian atau penipuan yang melibatkan virtual currency itu.

Indonesia menjadi negara terbaru yang tidak mengakui Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Sebelumnya, sejumlah negara lain telah lebih dulu menyatakan sikap yang sama, seperti Malaysia, Thailand, India, dan China.

Sumber: kompas.com

Tak Dapat Gaji, Pilot Merpati Gadaikan Emas hingga Jual Mobil

|0 komentar


Merpati Nusantara Airlines di Bandara Sultan Kaharuddin di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Lima puluh dua tahun PT Merpati Nusantara Airlines berdiri. Namun, seiring waktu, maskapai ini justru memasuki masa-masa yang sulit.

Utang yang lebih dari Rp 6 triliun membelit dan menyulitkan kondisi keuangan. Hak-hak normatif karyawan pun belum dibayarkan untuk dua bulan terakhir. Captain RD Sardjito S, ketua Asosiasi Pilot Merpati (APM) menuturkan, lebih dari 50 pilot mengundurkan diri, dari total 178 pilot. Hal itu lantaran mereka perlu kepastian untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Salah seorang pilot bertahan, Rizki B Juzar, mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara waktu ia menggunakan simpanan berupa tabungan. "Belakangan sudah ke pegadaian. (Gadaikan) Barang-barang istri saya, emas, kalung. Pekerjaan, sih, pilot. Cuma jalan ke pegadaian, malu banget," kata Juzar ditemui di Gedung Basarnas, Jakarta, Jumat (7/2/2014).

Rizki hanyalah satu dari puluhan pilot Merpati yang menunggu nasib. Ia tak tahu bagaimana kondisi pasti rekan sejawatnya. Namun, ia memperkirakan kondisi mereka sama sulitnya, apalagi bagi para pilot yang tak punya sumber penghasilan lain, dan istrinya hanya ibu rumah tangga.

"Mungkin dalam waktu dekat jual mobil," lanjut dia saat ditanya apa yang akan dilakukan jika belum juga digaji.

Meski demikian, Rizki mengaku lebih beruntung lantaran tidak memiliki cicilan. "Untung saya enggak punya utang. Tapi mungkin yang lain ada cicilan mobil. (Pilot) Yang baru-baru masuk Merpati itu," sambungnya.

Sudah 21 tahun Rizki menerbangkan Merpati ke pelosok terpencil. Ia hanya berharap pemerintah melihat jasa-jasa Merpati sebagai jembatan penghubung, sebagai pertimbangan menyudahi kisruh Merpati.

"Kita masih cinta Merpati, kalau memang will-nya pemerintah masih mau menghidupkan Merpati, kita akan lakukan apa pun," pungkasnya.

Sumber: kompas.com

Jenderal Polisi Tertipu Bisnis Rp. 900 juta Oleh Rekannya Sesama Polisi.

|0 komentar

 Jenderal Polisi Tertipu Bisnis Rp900 juta

Penipuan bisa menimpa siapa saja, termasuk mereka yang terdidik. Kali ini seorang jenderal bintang satu di Bareskrim Polri, menjadi korban penipuan senilai Rp900 juta. Sebagaimana diberitakan berbagai media massa nasional, Brigjen Pol Wilmar Marpaung yang kini menduduki jabatan sebagai Kepala Biro Operasi Bareskrim Polri, ditipu oleh rekannya sendiri, seorang perwira menengah polisi yang berinisial CTR.

Kisahnya bermula ketika CTR menawarkan peluang bisnis investasi dalam biro jasa pengurusan STNK, BPKB, dan sebagainya. CTR pun menjanjikan pendapatan bunga sebesar 5% per bulan. Wilmar yang saat itu masih berpangkat Kombes, semakin tertarik, apalagi CTR mengaku menjalankan bisnis di Sulawesi Utara, menjadi supplier untuk PT Astra serta mempunyai karyawan untuk menjalankan usaha tersebut. CTR memang pernah menjabat sebagai Direktur Reserse Kriminal Narkoba Polda Sulawesi Utara.

Percaya tawaran investasi tersebut, Wilmar pun mentransfer Rp700 juta ke rekening CTR. Sebulan kemudian Wilmar benar memperoleh Rp42 juta. Ia pun menambah investasinya Rp200 juta lagi. Apa daya, setoran dari CTR tidak kunjung datang lagi.

Saat Wilmar mengklarifikasi, CTR berdalih bahwa orang yang mengelola investasi di Sulawesi telah melarikan diri. Belakangan diketahui bahwa orang di Sulawesi Utara tersebut bukanlah karyawannya. CTR diduga hanya menjalankan usaha fiktif. Isu yang beredar menyatakan bahwa sejumlah perwira polisi lainnya juga menjadi korban penipuan CTR. Akhirnya Wilmar melaporkan kasusnya ke Bareskrim Polri, sementara CTR melarikn diri dan kini menjadi buronan.

Sangat Marak dalam Aneka Modus

Kisah Brigjen Wilmar menjadi berita karena menyangkut “orang besar” dari institusi ternama seperti Polri. Akan tetapi kasus penipuan jenis ini sebetulnya sangat marak di masyarakat dalam aneka bentuk.

Esty (36), asal Bekasi meminjam uang mertuanya Rp13 juta untuk ikut patungan bisnis catering yang ditawarkan temannya. Menurut temannya, bisnis tersebut bagus dan memberi bunga 7% per bulan. Esty yang semangat ingin membantu suami mencari penghasilan, hanya bisa gigit jari ketika mengetahui temannya tersebut menghilang. Sejumlah tetangganya ternyata juga telah ditipu si pemilik catering gadungan tersebut. Esty hanya bisa meratapi nasib.

Anton (42), seorang PNS di Surabaya mengalami hal yang sama. Ia ditawarkan ikut bisnis pengadaan (rekanan) oleh seorang teman kantornya yang memang terlihat cukup berada. Anton lalu menginvestasikan Rp75 juta, hasil tabungannya selama beberapa tahun. Beberapa bulan pertama ia mendapatkan bunga Rp4,3 juta. Melihat peluang yang demikian bagus, Anton meminjam sejumlah uang lagi dari tetangganya. Tidak lupa ia menginformasikan peluang bisnis tersebut kepada sanak familinya. Beberapa diantaranya bergabung dengan menyetorkan sejumlah besar uang.

Apa mau dikata, pembayaran bunga yang dijanjikan hanya berlangsung beberapa bulan. Teman Anton yang sangat dipercayainya, tiba-tiba menghilang beserta keluarganya. Anton pun panik karena kehilangan uang yang sangat besar baginya. Sejumlah keluarganya pun menuntut Anton karena menurut mereka Antonlah yang menjerumuskan mereka ke bisnis gadungan tersebut. Belakangan Anton menjual rumah dan barang-barang miliknya untuk melunasi hutang-hutangnya dan membantu sanak familinya yang juga tidak kalah kesulitan keuangan akibat penipuan teman Anton.

Di lantai 8 sebuah hotel berbintang di bilangan Jakarta sedang berlangsung presentasi tawaran bisnis sarang walet yang katanya berkantor mentereng di Singapura. Si presenter yang juga giat menjaring nasabah di berbagai kota, menjelaskan bisnis besar tersebut yang juga (katanya) bergerak di pembangunan sejumlah resort dan properti di Malaysia dan berbagai negara Asia. Grafik-grafik yang menggambarkan keuntungan pun terpampang di layar, memukau hadirin yang rata-rata berpenampilan modis,wangi, dan sekilas cukup terdidik.

Tidak lupa, hitung-hitungan janji keuntungan tiap bulan telah ditampilkan. Memang cukup menggiurkan, apalagi dengan ditampilkannya foto-foto direksi perusahaan tersebut yang semuanya berkebangsaan Singapura dan Malaysia. Tidak lupa sejumlah investor yang telah memperoleh bayaran memberi kesaksian yang tak kalah aduhai. Siapa yang tidak tertarik? Mereka pun berbondong-bondong menyatakan tertarik dan menginvestasikan uangnya dalam jumlah yang fantastis.

Dari sisi legalitas, jelas perusahaan tersebut tidak boleh menghimpun dana dari masyarakat karena tidak memiliki izin sebagai perusahaan investasi dari OJK. Mereka hanya memiliki perizinan standar usaha seperti NPWP dan surat-surat pendirian usaha. Apakah ini penipuan? Tidak akan ada yang mengatakan ini penipuan sampai korban-korban seperti Wilmar, Esty, Anton dan banyak korban lainnya berjatuhan lalu melapor ke yang berwajib.

Akan tetapi kebanyakan diantara mereka juga tidak melaporkan kasusnya, karena mereka malu sendiri akan kebodohan dan keserakahannya sehingga mudah tergiur dan melupakan logika serta nurani. Penyesalan selalu datang terlambat. Padahal bagaimanapun bisnis ini dikemas, modusnya tetap sama. Para calon korban hanya disuruh setor menyetor duit, tanpa terlalu paham bagaimana uang itu diputar untuk menghasilkan keuntungan yang demikian menggiurkan. Faktanya, uang yang disetor tidaklah diinvestasikan melainkan diputar untuk membayar mereka yang telah terlebih dahulu mendaftar. Demikian seterusnya, lalu sesuai dengan banyak kejadian yang sudah-sudah, usaha seperti ini pasti akan tutup dengan sendirinya.

Meskipun demikian kita harus bersyukur kepada mereka yang mau melaporkan kekhilafannya kepada pihak berwajib agar orang lain bisa belajar dan terhindar dari kejahatan serupa. Tidak perlu menjulurkan kaki ke dalam api untuk mengetahui bahwa api itu panas bukan?

Hindarilah selagi bisa.

Sumber: http://howmoneyindonesia.com/2014/02/07/jenderal-polisi-tertipu-sang-perwira-menengah/

Rabu, 05 Februari 2014

Ini Ciri Pasangan yang Mampu Memberi Kebahagiaan

|0 komentar
Jadi bekal untuk cinta dan hasrat seksual yang berkelanjutan.


Sikap ramah wajib jadi pertimbangan dalam memilih pasangan. (iStock)

Setiap pasangan mengharapkan kebahagiaan saat menapaki jenjang pernikahan. Untuk ini, berbagai kriteria dipatok. Para lajang mencatat bahwa lawan jenis dengan penampilan dan finansial bagus adalah pendamping hidup ideal. Tapi benarkah semua itu membahagiakan hidup?

Ty Tashiro, profesor psikologi di University of Maryland mengatakan, salah satu pertimbangan untuk mencari pasangan adalah sikap ramah yang dimilikinya. Ciri kepribadian itu bisa dijadikan bekal untuk cinta dan hasrat seksual yang berkelanjutan.

Lebih luasnya, individu yang dimaksud memiliki sikap sopan, fleksibel, percaya, baik hati, kooperatif, pemaaf, berhati lembut dan toleran. Sebaliknya, ada neurotisisme sebagai sifat terburuk perusak hubungan. Individu dengan kepribadian ini rentan terhadap kecemasan, depresi, malu, ketidakstabilan emosional dan ketidakamanan.

Selain itu, keterbukaan tidak selalu menjadi kehangatan dalam hubungan. Bila dikombinasikan dengan rendahnya tingkat kesadaran, keterbukaan justru jadi bencana.

"Jika menjalin hubungan dengan kekasih yang sering membuat Anda sedih, maka sifat-sifatnya yang kerap membuat Anda sedih akan terus ada selama beberapa dekade mendatang, " kata Ty Tashiro.

Untuk benar-benar jatuh cinta, individu harus mengendalikan keinginan dan nafsu. Wanita seringkali memburu pria yang tampan, tinggi dan kaya. Tapi hanya satu persen yang mungkin memenuhi kriteria Anda. 

Tashiro menegaskan, penampilan yang baik bukan indikator kepuasan seksual, juga tidak berkorelasi dengan pernikahan bahagia. Tidak ada hubungan antara daya tarik fisik dan kepuasan hubungan. Selain itu, uang tidak menjaga hubungan tetap harmonis.

"Ada saatnya kemakmuran terkait dengan tekanan dan isolasi sosial. Sangat penting untuk fokus menemukan pasangan yang bersedia mendampingi ketika semua kebutuhan terpenuhi, maupun saat mengalami kesulitan ekonomi," kata Tashiro.

Sumber: Daily Mail.

Selasa, 04 Februari 2014

Warga Kampung Pulo Tolak Relokasi Tawaran Jokowi

|0 komentar

Warga Kampung Pulo Tolak Relokasi Tawaran JokowiWarga Kampung Pulo yang mengungsi di emperan Jalan Jatinegara Barat membutuhkan bantuan tikar dan juga selimut pengganti. Kondisi alas dan perlengkapan tidur yang mereka miliki saat ini sudah tidak lagi memadai. Selasa (21/1/2014).

Warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, menolak rencana Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo merelokasi warga bantaran Sungai Ciliwung di wilayah itu. Dari 3.500 kepala keluarga di wilayah tersebut, hanya 150 kepala keluarga yang bersedia pindah ke rusun yang telah ada.

"Itu juga mereka yang bersedia tidak mau pindah jauh-jauh dari tempat tinggal yang lama," kata Lurah Kampung Melayu Bambang Pangestu saat dihubungi wartawan, Senin (3/2/2014).

Bambang mengatakan, pemerintah Provinsi Jakarta menyediakan sejumlah rusun untuk memindahkan warga Kampung Pulo, antara lain Rusun Pinus Elok, Cipinang Besar Selatan, Komarudin Cakung, Jatinegara Kaum, dan Rusun Pulogebang. Semuanya di Jakarta Timur. Namun, warga Kampung Pulo memilih menunggu rampungnya Rusun Jatinegara Barat yang dibangun dekat rumah lama mereka. Rusun Jatinegara Barat ditargetkan rampung pada Oktober 2014.

"Seharusnya bulan ini sudah mau direlokasi, tapi mereka enggak mau jauh-jauh. Kita beri formulir kesiapan pindah, enggak mau. Mereka memilih menunggu bulan Oktober untuk pindah," kata Bambang.

Bambang pun merasa kesulitan karena banyak warga yang mempertanyakan sistem ganti rugi rumah mereka. Bambang telah menjelaskan bahwa warga yang tak memiliki sertifikat lahan tidak akan menerima ganti rugi, tetapi mendapatkan hunian rusun. Adapun warga yang memiliki sertifikat diberi ganti sesuai harga pasar.

Kepala Dinas Perumahan dan Bangunan Pemerintah DKI Jakarta Yonathan Pasodung mengatakan, sejumlah rusun di Jakarta Timur itu sedianya disiapkan untuk warga Kampung Pulo. Namun, karena sampai sekarang belum ada data warga yang masuk ke dinasnya, ia terpaksa mengalihkan rusun kepada warga lain.

Menurut Yonathan, warga yang akan mengisi rusun tersebut saat ini adalah warga bantaran Sungai Sunter, Kemayoran, Jakarta Pusat; warga tepi Waduk Ria Rio, Pulogadung, Jakarta Timur; dan warga di tepi Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.

Sumber: kompas.com

Senin, 03 Februari 2014

Kisah Miris, Pengungsi Banjir Tolak Nasi Bungkus dan Mi Instan

|0 komentar


Ilustrasi pengungsi banjir

Di tengah membanjirnya bantuan bagi korban banjir, terselip kisah-kisah miris, bahkan yang membuat marah. Ada pengungsi banjir menolak bantuan karena tidak sesuai selera.

”Saya dan tetangga tahun lalu sengaja mengumpulkan uang untuk membeli bahan-bahan makanan bagi korban banjir di sekitar tempat tinggal kami. Namun, mereka menolak dan meminta makanan jadi saja biar praktis,” kata Sartono, warga Cipinang, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Warga di lingkungan tempat tinggal Sartono pun kemudian membuat dapur umum dadakan dan memasak semua bahan kemudian diwadahi dalam kotak-kotak yang bersih dan rapi. ”Namun, kami terkejut. Ketika kami datang bawa nasi kotak, korban banjir tanya lauknya apa. Mereka terlihat tidak berkenan dengan lauk-pauk dan nasi dari kami. Sumbangan kami tidak disentuh,” tuturnya.

Sartono dan para tetangganya hanya bisa terdiam walau marah luar biasa. Meski sederhana, Sartono menjamin nasi serta lauk dari mereka terjamin rasa dan kualitas gizinya.

Ratih, warga Sentul, Bogor, yang kebetulan berada di sekitar Cawang, Jakarta Timur, akhir pekan lalu terbengong-bengong menyaksikan beberapa korban banjir membuang nasi dan lauk-pauk yang diambilnya dari dapur umum di posko dinas sosial di kawasan itu.

”Dia ambil terus dimakan sedikit, lalu dibuang juga di dekat posko itu semuanya. Gila, sudah tidak dimakan, buang sembarangan. Makanan yang dibuang menumpuk, lho. Berarti banyak yang perilakunya seperti itu. Nanti yang membersihkan relawan di situ juga. Parah banget,” ungkapnya.

Pasokan baju pantas pakai untuk korban banjir menemui nasib sama. Terkadang, karena dianggap jelek, pakaian bekas itu pun hanya teronggok menggunung selama berhari-hari tanpa ada yang menyentuh.

Seorang warga di Bukit Duri, awal pekan lalu, mengatakan, setelah berhari-hari rumahnya kebanjiran dan hidup di pengungsian, ia tentu bosan dengan mi instan, telur, nasi bungkus, dan pakaian yang buruk.

Sumber: kompas.com