Maskapai penerbangan terbesar keempat dunia, American Airlines, tengah mengajukan perlindungan kebangkrutan di Pengadilan Pailit Amerika setelah tak sanggup lagi melunasi utang yang tinggi. Kinerja keuangan mereka rupanya diguncang biaya bahan bakar yang tinggi serta mahalnya gaji karyawan kontrak.
Associated Press mengabarkan, CEO American Airlines, Thomas W. Horton, mengatakan Dewan Direksi dengan suara bulat memutuskan untuk mengajukan kebangkrutan, Selasa, 29 November 2011. Dalam sidang pengajuan kepailitan pada Pengadilan Federal di New York, manajemen perusahaan itu mengaku memiliki utang tak terbayar sebesar US$ 29,6 miliar serta sisa aset US$ 24,7 miliar.
Dalam sidang itu , hakim memberikan izin American Airlines untuk tetap membayar bahan bakar, tenaga kerja, serta biaya kritis lain yang diperlukan untuk operasional. Perusahaan yang berbasis di Fort Worth Texas ini pun segera menghapus beberapa rute penerbangan yang tak menguntungkan. Namun, Horton tak memberi keterangan rinci mengenai hal itu.
Yang pasti, pengurangan rute penerbangan akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja sebagian karyawan serta terganggunya layanan penerbangan berlangganan (frequent flyer). Saat ini American Airlines memiliki 78 ribu karyawan dan melayani 240 ribu penumpang per hari.
Sejak 2001, American Airlines rupanya telah merugi hingga lebih dari $ 12 miliar. Spekulasi tentang kebangkrutan mereka merebak pekan lalu saat perusahaan itu tidak mampu untuk memenangkan persetujuan pengurangan biaya tenaga kerja.
Padahal, dalam setahun American Airlines menghabiskan niaya US$ 600 juta untuk gaji karyawan dan US$ 800 juta untuk dana pensiun, dua kali lipat dibanding biaya yang ditanggung maskapai yang sekelas.
Namun, Horton menegaskan tak ada faktor tunggal yang menyebabkan kebangkrutan. Perusahaan harus memotong biaya karena melemahnya ekonomi global, naiknya harga bahan bakar, serta turunnya rating kredit yang sehingga biaya pinjaman naik.
(TEMPO.COM)
0 komentar:
Posting Komentar