Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, mengungkapkan 85 persen rute penerbangan Garuda sempat merugi sepanjang 1995-2005, bahkan 20 persen dari pesawat yang digunakan dikembalikan ke perusahaan leasing. "Pada saat itu, kita terbang ke mana-mana kok merugi," ujar Emirsyah Satar dalam diskusi '4 Langkah Strategi' di Jakarta, Selasa.
Ia beralasan kerugian itu disebabkan karena Garuda memberikan harga tiket pesawat murah seperti yang dilakukan oleh Lion Air dan Adam Air. Kemudian ia menyadari bahwa maspakai pelat merah tersebut memiliki produk layanan yang berbeda dengan kedua aviasi swasta nasional tersebut.
"Kita ikut-ikutan dengan mereka memberikan tiket yang murah agar masyarakat dapat menggunakan Garuda," katanya.
Salah satu rute penerbangan yang merugi adalah rute Pontianak. Pada masa itu, lanjutnya, Garuda Indonesia akhirnya menutup rute tersebut kendati gubernur Kalimantan Barat memaksa agar rute tersebut tetap dibuka.
"Sekarang sudah kita buka penerbangannya ke sana sebanyak empat kali," ujarnya.
Emirsyah Satar mulai bergabung ke Garuda Indonesia pada 1998 dengan menjabat sebagai Executive Vice President Finance Garuda Indonesia. Posisi itu didudukinya sampai dengan 2003.
Pada 2003 silam, Emir pun diangkat menjadi Direktur Utama Garuda Indonesia. Ia pun akhirnya dapat menggapai impian untuk membuat Garuda Indonesia maju dan terlepas dari citra buruk.
"Yang saya lakukan adalah melakukan eliminasi dan mencari orang sukses di mana tiap-tiap orang harus tahu proyeknya, tidak menyalahkan orang lain, menanamkan komunikasi yang baik, serta membangun kepercayaan antara semua orang yang bekerja di Garuda," tuturnya.
Ia mengakui bila jajaran direksi tidak mempercayai karyawannya, maka perusahaan itu tidak dapat berjalan dengan baik. Selain itu, Garuda Indonesia jangan berdiam diri, melainkan selalu menciptakan inovasi-inovasi.
"Pada akhirnya, bersama Garuda Indonesia dikenal dengan keramah tamahannya," katanya.
(Republika.CO.ID)SUPPORT BY
0 komentar:
Posting Komentar