Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Jumat, 09 September 2011

wisben.com on blogger

wisben.com on blogger

wisben.com on blogger


Lawang Sewu Pasca Renovasi

Posted: 08 Sep 2011 05:35 PM PDT

Dari halaman belakang

Gedung Lawang Sewu di kota Semarang, sapa yang tidak kenal, pasti semua wisatawan luar kota Semarang menjadikan Lawang Sewu sebagai salah satu destinasi wajib kunjung di kota Semarang. Terletak persis di tengah kota Semarang, menjadikan Lawang Sewu sebagai Icon kota Semarang. Gedung Lawang Sewu yang memiliki arti gedung seribu pintu ini awalnya merupakan kantor pusat dari perusahaan kereta api milik belanda bernama NIS - Nedherland Indisce Spoorweg Matscapij yang melayani pengoperasian kereta api pertama di Indonesia yang memulai rute di daerah Jawa Tengah.

Koridor dalam

Pertama kali saya mengunjungi lawang sewu, sekitar 2,5 tahun lalu, gedung terlihat tidak terurus, terlihat sangat kusam, dan terkenal sebagai 'sarang hantu di tengah kota'. Beberapa reality show di tivi
swasta nasional pernah menayangkan lawang sewu dari segi 'keluarga besar hantu-hantu' membuat orang enggan untuk mengunjungi gedung indah bersejarah ini. Pengunjung yang datang pun lebih banyak karena penasaran ingin melihat 'penampakan' dari hantu-hantu tersebut, namun tak sedikit juga pengunjungn yang berminat dengan keindahan arsitektur dan sejarah yang dimiliki oleh Gedung Lawang Sewu, baik dari segi arsitekturnya maupun historisnya.

Koridor atas bawah

Sekitar setahun ini terlihat aktifitas renovasi di Gedung Lawang Sewu, renovasi yang di gagas dan di danai dari PT. KAI sebagai pemilih gedung di kawal ketat oleh para tim konservasi gedung tua, agar penanganan renovasi berjalan dengan baik, memperhatikan bahan dasar yang digunakan, tanpa memaksa menggunakan material masa kini agar tidak merusak material lama yang digunakan. Konon katanya untuk mencari material-material lama yang notabene adalah barang-barang impor asli eropa, pihak konservasi pun harus melakukan hal demikian, mengimpor kembali beberapa material yang sangat rusak dan tidak dapat di perbaiki.Ada juga material masa lalu yang sudah tidak di produksi saat ini, di pesan khusus dengan material dasar dan bentuk yang sama.

Minggu lalu, re-new Gedung Lawang Sewu di resmikan oleh ibu Negara Any Yudhoyono, saya menyempatkan untuk mampir dan melihat. Ternyata oh ternyata sungguh mengagumkan. Gedung Lawang Sewu versi pasca Renovasi sungguh indah sekali, tampak luar gedung begitu anggun dan begitu saya berdiri di koridor dalamnya, tidak lagi ada nuansa suram dan seram, tapi begitu benderang, dan indah. Memasuki dari pintu belakan Lawang Sewu, langsung menuju kaca patri yang fenomenal, terlihat sangat mempesona, berkilau dan ada penjelasannya di bawahnya, mengenai makna yang terkandung dalam kaca patri tersebut, yaitu lambang kerajaan belanda, lambang kota semarang tempo dulu, juga terdapat lambang NIS berupa roda bersayap dengan 2 peri keberuntungannya.

Kaca patri yang indah

Selain gedung A yang telah di renovasi menjadi cantik, gedung C juga telah berubah wujud menjadi bangunan museum kecil sejarah NIS, selama renovasi, ruang souvernir dan juga ruang audio mengenai cerita perkembangan perkeretaapian tempo dulu yang sangat menarik. Dari keseluruhan area Lawang Sewu, tinggal bangunan B yang terlihat masih belum di sentuh, apabila keselurahan area selesai di renovasi, niscaya komplek bangunan Lawang Sewu akan menjadi memukau kecantikannya di tengah kota Semarang. Kembali memasuki lawang sewu dengan wajah berbeda, memberikan kesan yang jauh berbeda.

Tapi untuk berkunjung ke Lawang sewu saat ini di kenakan biaya masuk Rp. 25.000 per-orang (lebih mahal di banding masuk candi borobudur dan candi prambanan, dan semua museum di Indonesia) serta di tambah dengan biaya Guide sejumlah Rp. 50.000 (kl tidak pakai guide tidak boleh masuk, karena di khawatirkan akan merusak *coretcoret, dll*), namun sayangnya tidak ada kejelasan dari management Lawang Sewu mengenai Kwalitas Guide-nya yang tidak memiliki pengetahuan seputar sejarah di balik gedung Lawang Sewu, tapi fasih cerita mengenai hantu2 dan film2 yang pernah shooting di sini.

Detik | Realitycentre | Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !

Tersesat dalam Ruang dan Waktu di Phnom Penh

Posted: 08 Sep 2011 02:51 AM PDT

Gersang.

Kata itulah yang pertama keluar dari pikiran saya ketika sang kapten berkata bahwa dalam beberapa menit kita akan mendarat di bandar udara internasional. Ya, pemandangan hanya menyuguhkan hamparan coklat dengan sedikit sentuhan hijau di beberapa titik yang terlihat dari dalam pesawat. Apakah ini karena musim panas yang sedang menghampiri? Saya diperingatkan bahwa cuaca akan sangat panas saat ini.


Perjalanan kali ini membawa saya ke Phnom Penh, Kamboja, kota yang akan saya kunjungi selain Siem Reap. Selain terkenal dengan candi-candi indah luar biasa yang tersebar di seluruh penjuru negeri, Kamboja juga terkenal dengan masa lalunya yang kelam. Phnom Penh memiliki beberapa bukti sejarahnya.


Kendaraan Umum di Pnomh Penh


Mengutip Lonely Planet, "Sedikit seperti New York," Phnom Penh adalah sebuah kota yang sedang berkembang, kotanya rapi tertata dalam blok-blok, dan dilengkapi penunjuk jalan yang jelas. Walaupun bangunannya hampir 90 persen didominasi oleh deretan rumah toko (ruko), namun satu hal yang amat sangat mencolok mata saya adalah banyaknya mobil mewah lalu-lalang. Teman saya bilang, masyarakat Phnom Penh masih menomorsatukan citra, maka penampilan dan gaya adalah yang pertama ditonjolkan.


Sungai Tonle Slap di Malam Hari


Agenda hari pertama diisi dengan menghadiri sebuah pesta makan malam di atas perahu sambil mengarungi Sungai Tonle Slap pada gemerlap malam, dalam rangka menyambut tahun baru Khmer bersama teman saya dan koleganya. Sebuah pesta kecil yang menunjukkan keramahan orang-orang Kamboja, dipadu dengan santap malam prasmanan serta pantulan lampu-lampu dari bangunan ruko sepanjang Sungai Tonle Slap adalah satu kenikmatan tersendiri bagi saya pada malam pertama di kota Phnom Penh.


Kamboja memiliki bagian masa lalu yang suram. Hanya membutuhkan waktu 15 menit dari hotel sampai ke sebuah museum yang bernama "Tuol Sleng". Dari luar, bangunan ini hanya terlihat seperti sekolah biasa, sampai akhirnya pandangan saya tertuju pada sebuah plang dengan tulisan "The Victim's Grave" tepat di depan gedung. Suasana hati ini langsung berubah. Memasuki gedung pertama, saya langsung disambut dengan ratusan bahkan ribuan foto para tahanan penjara rahasia Pol Pot ini. Tahanan terdiri dari bayi hingga dewasa, laki-laki hingga perempuan. Foto-foto menampilkan kisah ketika masih hidup sampai mereka mati di penjara. Saya banyak kehilangan kata-kata.


Ruang Penyiksaan di Museum Tuol Sleng, Phnom Penh


Masih berada di Tuol Sleng, pada gedung lain, terdapat ruangan dengan tempat tidur tempat mereka disiksa dan dibiarkan mati (lengkap dengan fotonya), ruangan-ruangan sel kecil yang hanya berukuran satu kali dua meter, hingga ilustrasi bagaimana para tentara Pol Pot menyiksa para tahanan. Hanya ada tiga orang yang selamat dari penjara ini, dan beruntung saya bisa bertemu dengan dua dari tiga orang yang selamat tersebut. Seringkali saya hampir meneteskan air dan hanya bisa terdiam. Kenapa mereka tega melakukan semua ini? Apa yang ada di pikiran orang-orang itu ketika mereka melakukannya? Dua pertanyaan tersebut terus berputar dalam otak saya. Mengunjungi museum Tuol Sleng ini mengingatkan saya kepada kunjungan saya ke museum Lubang Buaya pada waktu saya masih sekolah dasar. Permasalahan masa lalu yang menjadi kenangan pahit yang selalu patut disorot dunia, karena menyangkut kejahatan terhadap kemanusiaan.



Melengkapi pengalaman masa lalu yang kelam dari Kamboja, saya melanjutkan perjalanan ini ke "Killing Fields of Choeung Ek", sebuah tempat yang berlokasi sedikit di luar kota Phnom Penh, kurang lebih 15 km jauhnya. Tempat ini adalah lokasi eksekusi tahanan dari penjara S-21. Bangunan stupa tinggi menyambut saya dari kejauhan. Di sini, saya bisa melihat cekungan-cekungan tanah tempat para korban dikubur massal setelah dieksekusi. Sobekan baju, serpihan tulang, dan gigi manusia masih bisa saya temukan berserakan di tanah. Semua tersebar di mana-mana. Bukan hanya itu, saya juga bisa memasuki bangunan stupa berisi kurang lebih 5000 tengkorak para korban yang dikuburkan di sekitar lahan pembunuhan massal.


Korban Genosida di Killing Fields of Choeung Ek


Benar-benar sebuah pengalaman yang menguras habis emosi saya. Para pengunjung yang datang seakan otomatis tidak dapat berkata-kata, hanya kadang terdengar berbisik dengan teman-temannya untuk mengutarakan perasaan mereka.


Perjalanan pulang saya dari tempat ini ini berakhir dengan hening. Ketika saya bertanya kepada seorang teman dia hanya bisa menjawab, "Manusia memang mahluk paling aneh!".


Destinasi terakhir yang menjadi penentram duka atas kunjungan Tuol Sleng dan Killing Fields of Choeung Ek adalah Royal Palace dan Silver Pagoda. Terletak 500 meter dari tempat saya menginap, ini adalah tempat terakhir yang saya kunjungi di Phnom Penh. Royal Palace bagi saya adalah sebuah taman besar yang terawat dan sangat rapi. Kemegahan Throne Hall membuat saya terkagum-kagum dengan semua perhiasan dan keindahan interiornya. Silver Pagoda, yang dinamakan demikian karena lantainya yang terbuat dari perak membuat batin saya kembali tenang. Terlebih ketika saya menemukan patung-patung Buddha yang tersenyum, ketenangan ini semakin menghibur. Kebetulan, ketika saya mengunjungi Royal Palace, raja sedang berada di dalam istana. Hal ini secara tidak sengaja saya ketahui dari penjelasan sang pemandu wisata yang berkata ketika bendera sedang berkibar tinggi di tiang berarti sang raja sedang berada di dalam Istana. Sayang, saya tidak sempat bertemu dengan beliau (tentu saja!).


Dua hari berada di kota Phnom Penh cukup membuat saya tersesat ke dalam ruang dan waktu. Kota yang berkembang dengan pesat (terlepas dari bangunan-bangunan yang masih berasal dari dekade 1970-an), banyaknya mobil mewah yang berseliweran, kemegahan dari Royal Palace, semua ini masih terasa nyata dan membawa saya terbang ke masa lalu terutama bagiannya yang kelam. Sempat bercanda meminta teman saya untuk menyebutkan tiga kata yang dapat meggambarkan Phnom Penh, dan dia pun menjawab: Tidak Seimbang, Terbagi, dan Egois. Sementara bagi saya pribadi, Phnom Penh adalah: Berkembang, Kelam, dan Muda.


Bagaimana dengan Anda?
http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/1hN4_TQRDdc/memupuk-persahabatan-di-las-vegas

Memupuk Persahabatan di Las Vegas

Posted: 08 Sep 2011 02:48 AM PDT

Menikmati Gurun Nevada

Setelah tertidur kurang lebih lima belas menit, saya terbangun mendengar suara telepon teman saya, JB, berdering. Waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi saat itu, dan kami berada di sebuah hotel di Las Vegas.


"Ada apa?" tanya saya pada JB.


Dengan nada suara mengantuk, JB menjelaskan bahwa teman satu grup kami, Anthony, tidak dapat menemukan jalan pulang menuju hotel. Ketika kami semua terlalu lelah untuk melanjutkan berpesta, Anthony memutuskan untuk tetap tinggal. Tampaknya setelah berpesta Anthony terlalu mabuk sehingga ia tidak dapat menemukan hotel yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari klub yang terakhir kami singgahi.


Didera perasaan cemas, saya dan JB memutuskan untuk mencari Anthony saat itu juga. Namun JB mempersilahkan saya untuk tetap tidur, karena menurutnya saya nampak sangat lelah. Saya menyerah dan melanjutkan tidur saya yang jauh dari lelap, karena kepala masih berputar dan musik dari diskotik sebelumnya masih terngiang di telinga. Ketika JB keluar kamar untuk mencari Anthony, terbayang di kepala saya kemungkinan terburuk apa yang bisa terjadi. Bagaimana jika Anthony tidak bisa ditemukan? Apa yang akan terjadi pada kami semua? Dan sebenarnya, bagaimana saya bisa sampai di tempat ini? Di tengah gurun pasir Nevada? Ah, mungkin saya berlebihan.


Pada awalnya, Vegas tidak pernah menjadi tujuan wisata impian saya. Jadi, ketika para sahabat mengundang untuk menghabiskan liburan musim semi di kota wisata tersebut, awalnya saya tidak tertarik. Namun saya sadar, menemukan teman baru di negara di mana⎯pada saat itu⎯saya baru menghabiskan kurang lebih satu setengah bulan bukanlah hal yang mudah. Dalam pikiran saya, siapa tahu perjalanan ini akan menjadi sebuah pengikat bersama mereka. Demikian, saya menyatakan persetujuan saya untuk pergi. Langkah yang saya ambil tidak salah. Tidak hanya menemukan sebuah grup road trip, saya mengalami petualangan yang sungguh baru dan belum pernah ada dalam pengalaman perjalanan saya sebelumnya.


Melintasi Gurun Nevada


Kami berenam meninggalkan San Francisco, California pada hari Kamis, 24 Maret, pukul delapan pagi. Perjalanan akan membutuhkan waktu kurang lebih sembilan jam untuk sampai ke negara bagian Nevada. Sepanjang perjalanan itu, tidak hanya saya menjelajahi lansekap Amerika dalam alam pikiran, namun saya juga berusaha untuk mempelajari budaya negara ini yang tetap terasa baru.


Kurang lebih dua setengah bulan berselang sejak saya tinggal di benua Amerika, kurang lebih tepat dua bulan saya menjalin pertemanan dengan kawan-kawan baru. Hampir semua sahabat baru saya adalah warga negara Amerika, dengan latar belakang kultur beragam. Bukan karena saya tidak mau berteman dengan anak-anak Indonesia, namun hingga saat ini saya memang belum sempat bertemu dengan satu-pun anak Indonesia di kampus saya maupun di kota ini, kecuali beberapa yang memang dikenalkan sedari saya di Jakarta. Adanya kesempatan untuk menjalin pertemanan dengan warga negara asing juga menunda niat saya untuk mencari tahu komunitas Indonesia di San Francisco. Jadi, setidaknya untuk saat ini, saya berusaha untuk mengembangkan pengalaman dan jaringan perkawanan dengan bergaul bersama anak-anak dari negeri⎯yang menurut saya⎯asing ini.


Kembali ke perjalanan. Saya merasa seperti terlempar ke dalam sebuah film yang menampilkan adegan road trip di dalamnya. Kami menyetel musik keras-keras, bermain pistol mainan yang memuntahkan bola-bola ping-pong warna-warni, mengagumi deretan bukit-bukit indah sepanjang jalan, sambil menikmati sedikit soda yang dicampur dengan alkohol, yang menghangatkan tubuh kami dan menuai senyum konyol yang selalu muncul di wajah.


Jalan Bebas Hambatan ke Las Vegas


Hamparan padang rumput luas yang membentang di negara bagian Nevada memang memukau. Terlebih lagi karena kami semua menuju Las Vegas, sebuah kota di mana harapan untuk bersenang-senang membumbung tinggi dalam angan. Maka ketika lansekap mulai berubah perlahan, perbukitan yang coklat berubah menjadi biru, dan lampu-lampu mulai berkilau menyapa kami di kejauhan, kami tahu bahwa sebentar lagi petualangan kami akan dimulai. Asyik!


Kira-kira pada pukul tujuh malam, kami tiba di tujuan. Penginapan kami adalah sebuah hotel bernama Circus Circus yang terletak di jalan utama Las Vegas, The Strip. Pemandangan pertama yang saya jumpai ketika masuk hotel adalah kasino beserta ratusan mesin berjejer yang menawarkan keuntungan sekejap. Kami melewati mesin-mesin tersebut dengan tatapan takjub. Berapa banyak wisatawan yang menuai untung? Berapa banyak dari mereka yang merugi besar? Berapa tinggi harapan yang digantung, dan berapa yang kembali dengan memuaskan? Namun pada saat itu, kami hanya ingin berberes dan untuk kemudian secepatnya keluar hotel dan bermain.


Kami bersiap di kamar hotel, menghangatkan diri dengan beberapa teguk minuman sebelum meluncur ke lobi dan akhirnya keluar hotel. Petualangan kami di malam pertama-pun dimulai. Ketika cahaya matahari meredup dan diganti oleh gemerlap bangunan yang berkilau oleh lampu-lampu warna-warni, Vegas nampak seperti perbatasan antara mimpi dan kenyataan. Tidak pernah saya sangka bahwa bangunan yang biasanya saya lihat di layar kaca, nampak jauh lebih besar dan megah. Saya yang selama ini memandang rendah Vegas sebagai tempat yang bodoh, palsu, cetek, dan tidak layak kunjung, mendadak terkesima dan merasa takjub atas kemegahan dan gemerlap kota yang memang sungguh menyilaukan ini. Setelah bertemu dengan beberapa teman yang berangkat terlebih dahulu dari San Francisco, kami akhirnya mulai menelusuri beberapa bar, hotel, dan diskotik yang terlihat menggoda. Dimulai dari Wynn, Caesar's Palace, sampai ke The Cosmopolitan. Semuanya terletak di satu kawasan The Strip.


Tak dipungkiri, pengaruh alkohol memang begitu mempengaruhi grup kami. Malam itu memang malam pertama, tetapi kami semua hampir tak bisa mengingat detail demi detail yang terjadi. Semua terbayang samar dalam ingatan. Kami hanya ingat akan beberapa hal konyol yang terjadi di perjalanan menuju klub, di mana musik yang diputar dari diskotik terdengar keluar, di mana mesin-mesin kasino nampak menyala liar, dan tawa seperti tak kunjung usai. Kami berkenalan dengan beberapa teman baru malam itu, berbagi ceria dalam waktu singkat, dan berdansa di tengah musik yang menjerit hingga pagi tiba. Namun tidak lama setelahnya, ketika sudah sampai di hotel, saya merasa khawatir akan keberadaan Anthony yang tidak kunjung terlihat batang hidungnya.


Kira-kira pukul setengah tujuh pagi, saya mendengar pintu kamar hotel terbuka. JB datang dengan membawa Anthony yang terlihat sangat lelah dan hampir tak sadar. Ternyata Anthony tersesat jauh, dan ditemukan JB kira-kira satu kilometer dari hotel di pinggir jalan, hampir tertidur. Melihat Anthony datang dengan keadaan utuh, saya merasa lega dan melanjutkan tidur yang tertunda hingga pukul satu siang.


Langit Las Vegas


Siang terasa seperti malam di dalam kamar. Setiap hotel dipersenjatai dengan tirai anti cahaya matahari yang sungguh ampuh mengimitasi suasana malam hari. Tampaknya semua pengunjung Las Vegas tidak rela tidur pagi mereka diganggu oleh sang surya. Demikian hari kedua kami lanjutkan dengan mengisi ulang tubuh dengan energi, minum air putih yang banyak dan makan apapun yang terlihat pantas. Kemudian ketika matahari terbenam, kami melanjutkan berpesta kembali di beberapa tempat yang berbeda. Begitu pula dengan pagi setelahnya dan malam berikutnya.


Kami tidak sempat menyaksikan berbagai macam pertunjukan menarik yang tersaji, dan saya sendiri cukup menyayangkan hal tersebut. Nampaknya kami terlalu bernafsu untuk menghabiskan akhir minggu dengan berpesta sebanyak mungkin. Hari terakhir di Vegas diakhiri dengan berbagai hal konyol yang bahkan saya sendiri tak percaya bahwa itu bisa terjadi. Hanya, biarkan hal tersebut kami simpan sendiri, sebagai satu-satunya cinderamata yang bisa kami kenang kembali ketika kami sampai di realita.


Hari itu hari Minggu pagi, ketika kami semua berangkat meninggalkan Vegas dan berpulang ke San Francisco. Ketika duduk di mobil dan bersiap melaju, saya menyempatkan diri memperhatikan wajah dan ekspresi kawan-kawan. Ada yang masih terkantuk-kantuk, ada yang tak kuasa menahan senyum karena mengingat kejadian-kejadian konyol hari-hari sebelumnya, ada yang selalu menggumam dan meracau karena masih dipengaruhi alkohol yang tertenggak semalam. Saya menghitung teman-teman di dalam mobil. Enam orang termasuk saya, lengkap sudah, tidak ada yang tertinggal, tidak ada yang tersesat di luar.


Bersama Sahabat Baru di Dunia Baru

Yang terjadi di Vegas biarkan tetap di sana. Dan biarkan teman-teman ini menjadi sahabat baru saya. Seperti teman saya Cory berkata, "cerita perjalanan ini akan menjadi harta karun yang bisa kita buka dan nikmati kapan saja."

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/1hN4_TQRDdc/memupuk-persahabatan-di-las-vegas

Jalur Kereta Api Bergen-Oslo

Posted: 08 Sep 2011 02:45 AM PDT

Pesisir Kota Bergen, Norwegia
Pesisir kota Bergen
Tulisan ini adalah sambungan dari catatan perjalanan sebelumnya menelusuri pesisir Norwegia. Perjalanan terakhir berujung di Bergen, sebuah kota romantis (saya mengatakannya romantis, karena kota ini hampir selalu hujan dan bernuansa sendu pada waktu itu, musim gugur 2010) yang berbukit-bukit di sebelah barat Norwegia.

Bergen adalah kota yang cantik, terletak di pinggiran fjord. Ia merupakan kota kedua terbesar di negara kaya sumber daya alam ini, dan merupakan salah satu tujuan turis yang paling ramai, terutama karena daerah selatan Norwegia memiliki banyak fjord yang padat dikunjungi wisatawan. Sebut saja antara Oslo dan Bergen, beberapa yang terkenal antara lain Sognefjord, fjord yang terbesar dan terpanjang di Norwegia dan kedua terpanjang di dunia. Sepanjang Sognefjord, ada beberapa cabang fjord lain yang tak kalah cantik, yaitu Nærøyfjord, Lærdalfjord, Ardalsfjord dan Lustrafjord. Selain itu, di antara Bergen dan Oslo terdapat beberapa tujuan pariwisata seperti Gudvangen, FlÃ¥m (dengan FlÃ¥m Railway-nya yang terkenal), Myrdal, dan Voss. Baik ketika musim panas maupun musim dingin, jalur kereta api Bergen – Oslo selalu ramai. Kalau di Indonesia, barangkali ini mirip dengan jalur Jakarta – Surabaya.

Stasiun Kereta Api di Bergen
Stasiun Kereta Api di Bergen

Kabarnya, jalur kereta api Bergen – Oslo adalah salah satu yang terbaik di dunia. Saya setuju.Perjalanan dimulai pagi hari sekali di stasiun Bergen yang cukup sederhana. Stasiun ini hanya memiliki empat jalur peron (platform). Kereta hari itu dijadwalkan berangkat pukul tujuh pagi. Menurut rencana, kereta akan sampai di Oslo tujuh jam kemudian.

Gerbong kereta yang saya naiki sangat modern, barangkali salah satu yang paling modern di Skandinavia selama perjalanan saya di Denmark, Swedia & Norwegia. Interior bernada warna hijau toska dan coklat muda menyambut ketika pintu otomatis saya buka. Ternyata, di sini, untuk memasuki gerbong tidak harus mendorong pintu sekuat-kuatnya atau meminta bantuan petugas. Cukup tekan tombol lingkaran yang cukup besar, pintu terbuka dengan sistem hidraulik yang mengesankan. Jarak antara platform dan gerbong terlalu tinggi? Jangan khawatir, selain pintu membuka, sandaran kaki pun turun untuk membantu penumpang menaiki gerbong. Serasa seperti masuk ke pesawat luar angkasa.

Saya sempatkan berkeliling dari gerbong ke gerbong. Ternyata ada fitur lain yang mengesankan dari kereta api ini. Setiap gerbong dilengkapi display elektronik yang menyajikan informasi tujuan dan stasiun. Di bagian pintu masuk, terdapat tempat sampah, dan kompartemen penyimpanan barang besar seperti koper. Mereka yang punya koper besar tak perlu bersusah payah mengangkatnya ke kompartemen di atas tempat duduk. Jalan sedikit lagi, kita sampai di family car. Bukan, bukan mobil keluarga. "Car" di sini artinya gerbong. Gerbong keluarga ini dirancang khusus untuk penumpang yang membawa keluarga muda, dalam hal ini ayah, ibu dan anak-anak. Di sini, ada ruang bermain anak, sebuah meja di tengah yang dikelilingi tempat duduk sofa nan nyaman, lalu ada televisi di atasnya. Anak-anak bisa bermain puzzle atau robot-robotan, sementara orang tuanya menonton televisi, mungkin sambil menikmati makanan ringan.

Tak lama setelah itu, kereta bertolak. Pada setengah jam pertama, kereta masih berusaha keluar dari kota Bergen. Hari itu tidak hujan, syukurlah (sudah dari kemarin hujan dan suhu menjadi lebih dingin). Pemandangan di luar sangat menarik. Pertama, Bergen memang kota yang "bertengger" di fjord, sehingga kontur tanahnya sangat dinamis. Kereta bisa melintas di atas bukit, lalu masuk ke dalam terowongan. Di kejauhan, permainan latar depan dan belakang membuat saya berimajinasi saya sedang berada di rangkaian model kereta api. Tak lama kemudian, lanskap yang tadinya hijau, berubah menjadi sebaran putih karena salju mulai turun. Saya sempat bertanya, kenapa salju turun di musim gugur? Ah, belakangan saya sadari, kami mulai menanjak. Kabarnya, ini adalah jalur kereta api dengan level permukaan paling tinggi di dunia, sekitar 1.222m di atas permukaan laut!

Lanskap Tertutup Salju di antara Bergen dan Oslo
Lanskap seketika tertutup salju ketika mendaki ke elevasi tinggi

Masih juga belum selesai terpana, saya sudah disuguhi lanskap yang lebat tertutup salju. Wow! Salju tebal, dengan hujan salju. Ini spektakuler dan tak biasa bagi mata saya. Saya sibuk dengan kamera karena takut sekali kehilangan momen. Karena mengambil foto sulit, saya aktifkan saja mode videonya agar seluruhnya tertangkap. Kereta sesekali masuk terowongan. Fakta menarik lain: ada 182 terowongan selama perjalanan dari Bergen ke Oslo. Tentu saja, saya tak sempat menghitung.

Jika Anda punya waktu, ketika kereta berhenti di stasiun Myrdal, turun dan naikilah The Flåm Railway ke sebuah kota kecil di pinggiran Aurlandfjord, Flåm. The Flåm Railway adalah jalur kereta api yang melalui tebing terjal, kabarnya melalui pemandangan yang sangat elok, satu jam lamanya dan beroperasi baik ketika musim panas ataupun musim dingin.

Ada beberapa kegiatan penting yang bisa dilakukan di antara Bergen dan Oslo, antara lain wisata alam ke Hardangervidda National Park antara stasiun Gol dan Gelio, wisata alam di Hallingskarvet di Finse, stasiun dengan elevasi tertinggi di jalur ini, lalu tentu saja Flåm, dan Voss untuk olahraga musim dingin seperti ski dan sledding (Tahukah Anda, kalau kata "ski" itu adalah istilah dari bahasa Norwegia?).

Danau di Pinggir Rel Kereta Api Bergen-Oslo
Salah satu pemandangan elok selama perjalanan

Kalau pun Anda tak berhenti, memang benar, sepanjang perjalanan pandangan kita dimanjakan dengan alunan geografis yang silih berganti, mulai dari tatanan fjord di Bergen, mendaki dataran tinggi yang mulai ditutup salju, melewati gunung putih yang membahana, melihat sejauh mata memandang rumah-rumah dan gedung-gedung kayu yang entah digunakan oleh siapa namun menjadi latar depan yang kontras dengan putihnya salju, keluar dan masuk terowongan, turun lagi dan bertemu dengan hamparan luas kehijauan. Akhir dari perjalanan sudah tiba ketika rangkaian gerbong memasuki daerah urban. Sekedip mata, saya sampai di stasiun utama Oslo yang hiruk-pikuk.

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/Za3QvSDPgKo/jalur-kereta-api-bergen-oslo

Tips Menulis Catatan Perjalanan dari Agustinus Wibowo

Posted: 08 Sep 2011 02:41 AM PDT

Agustinus Wibowo

Buat petualang seperti Agustinus Wibowo, perjalanan bukan soal pergi ke tempat-tempat paling asing di bumi.

"Kunci sebuah perjalanan adalah refleksi," kata Agustinus, di sela-sela sesi berbagi dengan komunitas National Geographic pada hari Sabtu, 14 Mei lalu.

Agustinus, yang muncul dengan pakaian tradisional Afghanistan shalwar qamiz berwarna putih, dengan lancar membagi cerita seputar perjalanannya di Afghanistan, Tajikistan, Kazakhstan, Kirgizstan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Sebagian besar ceritanya memang sudah dimuat di buku-bukunya, "Selimut Debu" dan "Garis Batas", tapi lebih istimewa memang ketika mendengar langsung pengalaman tukang jalan yang satu ini. Ada beberapa hal tentang proses pembuatan buku yang tidak termuat di mana pun. Misalnya, cerita bahwa buku pertamanya, "Selimut Debu" diselesaikan tanpa sempat bertemu dengan editornya, Hetih Rusli. Buku keduanya, "Garis Batas" dibuat dalam waktu dua tahun dan melalui empat kali penulisan ulang. Naskah pertama "Garis Batas" panjangnyamencapai 600 halaman. Menurut Hetih, jumlah tersebut terlalu panjang dan perlu peringkasan supaya pembeli mau membaca. Mau tidak mau, beberapa detail terpaksa dibuang untuk menjaga fokus buku.

Agustinus juga dengan rendah hati berbagi tips mengenai caranya menulis sepanjang perjalanan. Menurut pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, 29 tahun lalu ini, sebuah catatan perjalanan haruslah sesuatu yang personal dan jujur.

"Buku saya adalah kumpulan potret dan pengalaman supaya pembaca mendapat the bigger picture dari tempat yang saya kunjungi," ujar Agustinus. Fotografer ini menolak membawa laptop saat dalam perjalanan, tapi ia selalu berbekal kamera, kamera video, perekam suara dan buku harian ke mana pun ia pergi.

"Setiap hari saya menulis, bisa sampai lima dan enam halaman," katanya. "Kadang, seharian saya sibuk motret dan tidak menulis, jadi tergantung kondisi juga."

Kamera dan perekam suara adalah senjata Agustinus untuk memecah kebekuan dengan orang yang baru dia kenal. Biasanya, dia memotret orang lokal atau merekam suara mereka untuk diperlihatkan kembali, dan umumnya semua senang difoto atau direkam suaranya. Agustinus, yang lancar berbagai bahasa yang berlaku di Asia Tengah, mulai dari Pashto, Farsi hingga Urdu, mengatakan bahwa orang-orang di Afghanistan, misalnya, kebanyakan tulus dan tanpa kepura-puraan.

Sebuah catatan perjalanan yang baik menurut Agustinus adalah tulisan yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca. Agar bisa mencapai hasil seperti ini, seorang pejalan harus bisa belajar menertawakan kesedihannya. Agustinus mengambil contoh ketika ia mengalami kesialan di perjalanan, seperti kamera hilang atau ditipu orang. Ia menceritakan bagaimana ia terus memacu dirinya untuk terus berjalan walaupun hampir patah semangat.

"Travel writing tidak boleh egosentris, ini semua bukan tentang si penulis, walaupun karakter penulis harus ada di dalamnya," kata Agustinus.

Proses menulis adalah cermin dari proses perjalanan itu sendiri. Ketika di Afghanistan, Agustinus yang menganut agama Buddha sempat mengalami kejadian tidak enak, dimana alat makan yang dia pakai sebelumnya harus dibuang oleh penduduk setempat karena ia seorang bukan beragama Islam.

"Saya luruhkan ego saya dan mencoba berpikir dengan cara pandang mereka," kata Agustinus.
Sebuah perspektif pejalan akan terbentuk ketika terjadi komunikasi dengan orang yang berbeda. Dengan cara inilah, Agustinus berusaha menceritakan Afghanistan di buku pertamanya, "Selimut Debu".

"Saya menceritakan Afghanistan melalui pandangan berbeda dari berbagai orang, bukan lewat kuesioner atau semacamnya," katanya. "Dari sini, saya harap pembaca bisa menggambarkan Afghan yang lain dari yang mereka lihat di televisi."

Ketika menulis "Garis Batas", Agustinus merasa perlu memberi sebuah benang merah dari sejumlah catatan perjalanannya. Melalui refleksi pulalah, ia memberi judul "Garis Batas".

"Saya melihat bagaimana negara-negara ini hanyalah bidak dalam percaturan politik negara tetangga," kata Agustinus. Sebagai negara eks Uni Soviet, identitas mereka tercabut ketika pemerintahan komunis berkuasa. Sekarang, ketika mereka merdeka, bangsa-bangsa ini merasa bingung dengan identitas aslinya yang sudah sekian lama terambil. Mereka dengan bangga menyebut dirinya orang Muslim, meski tidak tahu apa kalimat syahadat, bacaan shalat dan puasa Ramadan. Yang penting adalah identitas.

"Saya melihat bagaimana garis batas menentukan nasib hidup seseorang," kata Agustinus. "Di Afghanistan, banyak uang tapi tidak ada fasilitas apa-apa, di Tajikistan, semuanya teratur tapi nyaris 95% penduduknya menganggur."

Agustinus melihat sendiri bagaimana sebuah komunitas suku terpecah karena adanya garis batas seusai runtuhnya negara Uni Soviet. Sebuah keluarga bisa mengucap bahasa yang berbeda, mata uang berbeda dan bahkan pahlawan yang beda. Ia juga mengkritisi bagaimana garis batas menciptakan kebanggaan semu bagi orang-orang yang terkotak-kotakkan di dalamnya, terkungkung dalam sebuah konsep bernama negara.

"Saya melihat bahwa tidak semua negara memimpikan kemerdekaan dan demokrasi," katanya.

Buku-buku Agustinus ditulis dalam bentuk narasi. Selama penulisan dan pengeditan buku berlangsung, selama itulah riset untuk verifikasi data dilakukan. Bagaimanapun, perjalanan yang dilakukan Agustinus adalah sebuah napak tilas sejarah yang berlangsung sejak dulu kala, mulai dari masa peperangan Gengis Khan hingga terbentuknya pemerintahan Taliban, yang merupakan hasil rekayasa pemerintahan Pakistan dan Amerika Serikat.

Seusai penulisan buku keduanya, "Garis Batas", Agustinus merasa ia mencapai titik ia menganggap dirinya sebagai penduduk dunia. Tak lagi penting agama yang ia anut dan status kependudukannya, selain untuk masalah formalitas belaka.

"Sekarang, buat saya rumah bukan lagi sebuah konsep geografis," katanya. "Bukan juga kampung halaman, tapi tempat orang akan menyambut saya."

Karena itu, Agustinus merasa dirinya kaya karena punya berbagai tempat yang bisa dipanggil rumah di mana-mana.

Kebetulan editor Agustinus, Hetih, duduk di sebelah saya sepanjang diskusi sesi pertama, sebelum akhirnya naik panggung untuk ikut berbagi cerita. Menurut Hetih, sudah ada rencana untuk menerbitkan buku-buku Agustinus ke dalam bahasa asing, tapi ia harus bersaing dengan penulis-penulis dari luar negeri pula. Untuk itu, Agustinus berencana kembali ke Indonesia pada akhir tahun untuk menghadiri Ubud Writer Festival 2011.

Satu lagi hal penting dalam menulis catatan perjalanan adalah lamanya tinggal di suatu tempat.

"Kita harus menghindari kesan pertama," katanya. "Sebuah perjalanan tidak boleh singkat, karena kita harus bisa mengangkat selubung impresi tersebut."

Mendengar perkataan Agustinus tersebut, saya berkesimpulan bahwa ini bukan saja persoalan cara menulis, tetapi juga bekal dalam menjalani hidup.

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/VpucHXqHe-Q/tips-menulis-catatan-perjalanan-dari-agustinus-wibowo

Mengubek-ubek Museum di Stockholm

Posted: 08 Sep 2011 02:34 AM PDT

Mengunjungi Stockholm dan Swedia sudah menjadi impian saya sejak dulu. Keinginan itu berawal dari beberapa hal naif, yakni kesukaan saya pada IKEA (walau pada akhirnya tidak mengunjungi toko IKEA di Stockholm), lalu keinginan melihat salju (walau pada akhirnya saya salah musim, dan salju belum turun). Alasan yang lebih serius barangkali adalah citra Swedia di mata saya sebagai negara yang aman, damai, maju dan jarang penduduknya: saya berfantasi tentang tempat yang sangat elok dan tenteram, jauh dari hiruk-pikuk Indonesia yang sangat padat penduduknya.

Tak ada alasan yang cukup serius apalagi intelektual. Barangkali.
Saya datang di Stockholm akhir bulan Oktober, di mana suhu sudah mulai menyejuk, tetapi belum bersalju. Langit tidak sebiru musim panas, tetapi masih menyenangkan untuk jalan kaki di luar. Kenapa saya di sini? Jalan-jalan saja. Sebenarnya, tujuan saya adalah untuk menelusuri 50% jalur kereta api di Swedia, yang berujung di Norwegia. Jadi, Stockholm praktis hanya tempat singgah untuk memulainya.

Stockholm yang saya kenal pertama kali itu dua derajat Celcius. Saya turun dari bis di Cityterminalen, setelah hampir 12 jam di dalam bis dari Copenhagen, Denmark, melewati gelap dan dinginnya malam menelusuri semenanjung Swedia. Dalam kelamnya malam, saya menyadari bahwa sebagian besar jalan tol di sana tidak diterangi lampu. Sayup-sayup ketika tertidur saya mendengar supir bis mengumumkan tempat-tempat persinggahan seperti Helsingborg, Jönköping (dibaca "yonkyoping"), Linköping, Norrköping… 

Karena sampai di Cityterminalen pukul 6 pagi, kebanyakan toko di sana masih belum buka, kecuali Pressbyrån, sebuah toko serba ada. Tak lama kemudian ada warung kopi yang buka. Saya sempatkan sarapan di situ.

Selanjutnya, saya harus mencari hostel di bilangan Söder Mälarstrand, lokasinya cukup sentral. Söder Mälarstrand adalah jalan di pesisir sebuah distrik yang menghadap langsung ke air, dengan pemandangan distrik Norrmalm, pusat kota Stockholm dan Gamla Stan, kota tua Stockholm yang banyak dikunjungi turis.

Secara geografis, Stockholm sangat menarik. Distrik-distriknya dibatasi oleh garis batas nyata: air. Kota ini adalah kota kepulauan dengan beratus-ratus jembatan dan sistem bawah tanah. Jika musim dingin dan bersalju, maka "sungai-sungai" di sekitar kota akan membeku, putih, seolah menghilangkan batas nyata itu tadi.

Ternyata dari Cityterminalen, saya hanya harus menempuh beberapa stasiun tunnelbana, atau jaringan rel ringan/kereta bawah tanah. Tarifnya terhitung mahal, sekitar 40 krona Swedia, kira-kira Rp53.000. Dari stasiun Mariatorget, saya berjalan kaki ke arah utara berpandukan sebuah peta. Dengan bantuan bertanya pada seorang penduduk, akhirnya saya menemukan hostel saya: Rygerfjord Hotel & Hostel, sebuah hostel yang unik karena tidak menghuni sebuah gedung, tetapi kapal uap tua yang sudah disandarkan. Harganya waktu itu 250 krona (sekitar Rp350.000) setiap malam untuk kelas asrama berisikan 8 orang. Saya suka tempat ini, walau pun bergoyang-goyang ketika malam. Internetnya cepat, suasananya nyaman dan sarapan gratisnya sangat lezat!

Dari awal saya pelajari, Stockholm adalah kota yang penuh dengan museum. Jika Anda suka ke museum seperti saya, maka kota ini seperti surga. Kabarnya ada lebih kurang 100 museum tersebar di seluruh kota. Saya memutuskan membeli Stockholm Card seharga 395 krona (sekitar Rp500.000) yang membebaskan saya membeli tiket masuk museum dan menaiki tunnelbana tanpa batas selama kurun waktu 24 jam dari tanggal diaktifkan. Kartu ini dapat dibeli di beberapa stasiun tunnelbana. Anda bisa juga membeli masa aktif lebih dari 24 jam dengan harga yang berbeda. Menurut saya, cara ini lebih efektif dan murah daripada harus membeli tiket museum dan tunnelbana satu per satu.

Ada beberapa museum yang bisa dikunjungi di pusat kota Stockholm tanpa harus jauh-jauh berkeliling:


Kapal Vasa Hasil Evakuasi
Kapal Vasa hasil evakuasi.
Vasamuseet: Tema utamanya adalah konservasi kapal Vasa, sebuah kapal medieval dari kayu yang tenggelam di perairan kota pada abad ke-16. Kapal ini awalnya dibuat berdasarkan mandat dari Raja Swedia saat itu, Gustavus Adolphus, untuk menegaskan kekuatan maritim kerajaan Swedia kepada negara-negara Laut Baltik (Jerman, Denmark, Norwegia). Ketika itu Swedia sedang berperang dengan Polandia, dan tidak ingin kalah pamor dengan Denmark yang mendominasi perairan. Sayang, karena kesalahan teknis, kapal ini tenggelam bahkan sebelum unjuk gigi kepada dunia luar. Museum ini memiliki kapal asli hasil evakuasi berukuran sebenarnya, di mana di sekelilingnya kita bisa mempelajari benda-benda yang sempat dibawa, tengkorak-tengkorak dan rekonstruksi wajah para awak kapal, analisa cat dan dekorasi visual kapal (sampai analisa semiotikanya!), selain dokumentasi proses evakuasi itu sendiri. Menyenangkan! Menyegarkan!

Rekonstruksi Wajah Awak Kapal Vasa
Rekonstruksi wajah awak kapal Vasa.
Analisa Warna dan Bubuk Warna Kapal Vasa
Analisa warna kapal Vasa. Warna yang ada sudah pudar.
Korban Kapal Vasa
Tengkorak hasil evakuasi korban.

Moderna Museet: Jika Anda penggemar pop art dan seni kontemporer, maka koleksi di museum ini dijamin membuat Anda bahagia. Ada koleksi Andy Warhol di dalamnya, termasuk film-filmnya dari tahun 1960. Beberapa karya Picasso, Salvador Dali dan Rauschenberg juga bagian dari pameran permanennya.

Nationalmuseet: Museum kecil yang cukup tua, tetapi tetap layak dikunjungi. Isinya adalah karya-karya seni seperti Rembrandt dan Renoir, atau beberapa seniman Swedia seperti Carl Larsson dan Ernst Josephson.

Nobelmuseet: Alfred Bernhard Nobel adalah ilmuwan kebangsaan Swedia, beliau mendedikasikan kekayaan warisan dari bisnis dinamitnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan, seperti banyak dari kita tahu. Nah, museum ini mendokumentasikan sejarah, konsep dan penerima Hadiah Nobel secara lengkap. Gedungnya tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk menampung beberapa eksibisi dan ruang untuk pameran sementara.

Naturhistoriska Riskmuseet: Namanya gampang diterjemahkan: Museum Sejarah Alam (Natural History Museum). Anak-anak akan suka museum ini karena mereka bisa belajar tentang dinosaurus, fitur geografis seperti samudera, hutan, ekosistem, habitat dan flora-fauna yang menghuni bumi kita. Di sini juga terdapat Cosmonova, teater IMAX yang menyajikan film-film bertema alam dan sejarahnya seperti dinosaurus dan antartika.

Globe Arena SkyView: Mungkin ini bukan museum, tetapi karena saya tertarik dengan iming-iming bisa melihat kota Stockholm dari ketinggian 130m, dan karena Stockholm Card menggratiskan biaya masuk, saya akhirnya mengunjungi bangunan yang berbentuk kubah ini. Di sini, kita bisa menaiki sebuah "bola" atau "kapsul" yang akan naik ke puncak kubah, tidak melalui sumbu tengah tetapi justru dari bagian luarnya. Romantis!

Nordiskamuseet: Museum yang temanya sejarah kebudayaan Swedia ini sangat, sangat menarik. Tidak lupa juga, tempatnya sangat besar dan masih bergaya abad pertengahan dengan langit-langit yang tinggi dan lantai ubin. Di sini, kita akan diberikan perangkat audio tour untuk menemani kunjungan. Anda dapat mempelajari kehidupan masyarakat Swedia mulai dari zaman prasejarah sampai zaman modern dilihat dari berbagai manifestasi kebudayaannya seperti busana, tempat tinggal, perabot, tekstil dan karya intelektual lainnya. Disajikan juga beberapa diorama berskala 1:1 tentang suasana ramah-tamah ketika jamuan musim panas, tata cara makan sampai suasana kamar beberapa tokoh penting. Tidak lupa juga mereka mendedikasikan satu ruang untuk suku asli Skandinavia, yakni Saami.

Skansen: Ini adalah museum terbuka, layaknya Taman Mini Indonesia Indah. Di sini, pengunjung dapat mempelajari tentang kehidupan rakyat Swedia dalam sebuah perkampungan buatan. Anak-anak juga akan menyukai kebun binatang yang ada di dalamnya.

Kaki terasa hampir mau putus ketika hari sudah hampir berakhir karena terlalu banyak berjalan kaki. Apa daya, saya berusaha memaksimalkan Stockholm Card saya, daripada harus ikut tur yang belum tentu saya suka. Ketika Anda lelah, jangan lupa untuk berkunjung ke salah satu kafe yang biasanya menempel di museum, dengan seleksi makanan gourmet yang menggugah selera, walau tidak selalu murah. Ingin makanan murah? Jalan saja sebentar ke tempat umum dan biasanya Anda akan menemukan gerai kebab yang seporsinya hanya sekitar 40 – 70 krona Swedia (Rp50.000 – Rp80.000). Oh ya, harga makanan memang relatif mahal di sini dibandingkan negara Eropa lain.
Sepertinya masih ada 94 museum lagi yang belum saya kunjungi. Mungkin lain kali!

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/EU3zCjT_nXA/mengubek-ubek-museum-di-stockholm

Lima Video Keselamatan Maskapai Terunik

Posted: 08 Sep 2011 02:27 AM PDT

Penggemar aviasi pasti tak ketinggalan untuk mengamati hal-hal kecil ketika mereka naik pesawat, termasuk membawa pulang barang-barang yang sifatnya cinderamata/promosi yang ada di pesawat, misalnya majalah, tempat makan, tisu, mainan sampai tiket dan boarding pass.

Bagi saya yang seorang penggemar aviasi dan bekerja sebagai desainer grafis, pernak-pernik manifestasi branding menarik perhatian saya. Menumpang pesawat tidak saja pengalaman fisik. Ia bukan saja tentang memindahkan badan dari satu tempat ke tempat lain yang jauh. Perjalanan dengan pesawat adalah mengalami sebuah pengalaman, menikmati kesan dan impresi yang ditawarkan oleh maskapai tersebut. Menumpang maskapai rendah-biaya (low-cost) memberikan kita pengalaman yang paling dasar, tanpa layanan "ekstra" seperti makanan, hiburan dalam pesawat (in-flight entertainment) dan beberapa komponen lain. Sedangkan ketika kita menumpang maskapai yang layanannya penuh (full-service airline), hampir semua detil diurus, mulai dari ruang tunggu, makanan, pusat informasi sampai layanan plus lainnya. Beberapa maskapai sudi mengantarkan bagasi ke ruang tunggu imigrasi bandara di Amerika karena lamanya proses wawancara, seperti pengalaman saya dengan Cathay Pacific di bandara San Francisco.

Apa saja manifestasi branding maskapai? Banyak sekali. Pengalaman mulai dari kita menunggu di bandara (bahkan sekarang, terminal untuk beberapa maskapai itu dibedakan), proses check-in, kualitas fisik tiket dan boarding pass, saat pemanggilan penumpang, cara memasuki ke pesawat, sampai wangi dan sambutan yang disediakan ketika memasuki kabin… semua menjadi bagian dari branding. Termasuk juga, jika Anda sering memperhatikan, bahan dan warna dari tempat duduk. Pesawat "didandani" sedemikian rupa untuk merefleksikan citra maskapai (brand). Saya juga suka menikmati seragam pramugara dan pramugari, sampai bagaimana mereka menyapa penumpang dan ketika menawarkan sesuatu.

Hal yang lain yang suka saya perhatikan adalah musik yang dimainkan di dalam kabin, interface dari sistem hiburan di kursi, sampai video demonstrasi keselamatan maskapai (in-flight safety demonstration). Semua itu menjadi pembeda pengalamaan antara satu perjalanan dan perjalanan yang lain, dan menjadi cinderamata nirfisik yang menjadi referensi dan inspirasi saya.

Ketika iseng-iseng mencari video keselamatan ini di YouTube, saya berjumpa lagi dengan beberapa video yang pernah saya lihat, dan ternyata ada lagi yang belum saya lihat tapi cukup memukau. Dari banyak video yang saya lihat di YouTube, saya coba kumpulkan lima besar yang cukup unik dan berbeda dari yang lain. Berikut ini adalah daftarnya.

5. Virgin AustraliaGrup Virgin memang terkenal dengan nafasnya yang eksentrik dan berjiwa muda. Virgin Australia menampilkan video keselamatan yang mendobrak kebiasaan dengan menggunakan animasi 3 dimensi. Ada beberapa video keselamatan yang menggunakan animasi di luar sana, tetapi yang satu ini tidak membuat saya bosan karena ceritanya mengalir dan informasinya disampaikan dengan jelas.

4. Virgin America
Masih dari Grup Virgin, tetapi versi Amerika. Animasinya tidak 3 dimensi, cukup 2 dimensi, tetapi lebih kasual dan lebih menggelikan dari Virgin Australia sebelumnya. Karakter-karakter yang digunakan juga di luar kebiasaan, mereka malah menggunakan kombinasi hewan dan manusia. Yang paling menggelikan bagi saya adalah adegan antara matador dan bantengnya!

3. Thompson
Susah untuk tidak tersenyum dengan video keselamatan yang satu ini. Thompson adalah maskapai carter dari Inggris. Mereka menampilkan anak kecil yang menggemaskan. Ada maskapai yang kemudian mengikuti gaya ini.

2. Emirates
Setelah semua video menampilkan pramugari dan pilot yang berbicara di depan kamera, menurut saya, Emirates menjadi salah satu contoh menyampaikan pesan keselamatan dan selamat datang yang segar dan modern. Video yang elegan, animasi yang memukau dan pilihan musik latar yang cocok membuat saya tak berhenti mengaguminya.

1. Air New Zealand
Air New Zealand juga sudah beberapa kali menerbitkan video keselamatan yang kualitasnya sinematik, tetapi yang satu ini punya konten yang sungguh-sungguh membuat saya geleng-geleng. Richard Simmons, bintang acara kebugaran dari Amerika, dikontrak untuk menjadi pemeran utama dalam video yang diberi judul "Fit to Fly", dengan tampilan psychedelic dan eksentrik gaya khas Richard, mengingatkan saya pada acara senam tahun 80-an. Kalau Anda pernah mengikuti serial Amazing Race, Anda pasti kenal Phil Keoghan yang ternyata ada di video ini juga. Bravo Air New Zealand!

Dari semua video yang saya referensikan, terlihat bahwa maskapai tidak perlu mengikuti pakem tradisional atau konvensional untuk menyampaikan pesan. Cara penyampaian dan kemasan yang lebih menarik dan kasual justru akan lebih dipahami, tanpa bermaksud merusak konteks dan pesan penting yang ingin disampaikan.

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/9z4bFgJTquo/lima-video-keselamatan-maskapai-terunik

Cerita Si Pembuat Roti di Kabul

Posted: 08 Sep 2011 02:20 AM PDT

Pembuat Naan di Kabul, Afghanistan

Di bawah sinar matahari yang perlahan bergerak ke arah barat, di depan pintu sebuah toko swalayan kecil yang berada di jalan Wazir Akhbar Khan, terletak tepat di depan bundaran jalan terlihat hal yang menarik. Seorang anak lelaki kecil dengan rambut coklat yang berantakan dan berpipi kemerahan berjalan cepat sambil memeluk roti yang berbentuk panjang. Seorang kakek tua dengan garis kerut tegas di wajahnya dan berjanggut putih lengkap dengan turbannya mengayuh sepeda dengan tumpukan roti di dudukan belakang. Seorang wanita dengan wajah tertutup burqa berwarna biru membawa roti yang dibungkus selembar kain tipis. 

Di hari yang lain secara tidak sengaja saya melewati sebuah toko penjual roti, tidak jauh dari "Chicken Street" jalan yang sangat populer di kalangan turis sebagai tempat membeli cinderamata. Setelah beberapa langkah melewati toko roti itu, saya berhenti sejenak dan kemudian kembali ke toko tersebut untuk mengambil beberapa gambar. Siang itu tepat pukul dua belas siang ketika orang sedang berangkat menuju masjid untuk melakukan ibadah sholat Jumat, sedangkan pembuat roti sedang membuat dan mempersiapkan roti jualannya.

Toko roti kecil itu disebut "Nanwaee", dari luar terlihat hanya pintu dan jendela kaca yang bertuliskan karakter bahasa Dari dengan cat berwarna merah. Di balik kaca tertata rapih roti pipih berbentuk panjang yang masih panas. Masyarakan lokal menyebut roti ini naan atau lebih tepatnya naan-i-Afghani berasal dari bahasa Persia yang secara harfiah berarti roti Afghanistan. Naan sangat umum didapatkan di negara-negara di Asia Tengah dan Asia Selatan, hanya saja bentuk dan variasi bahan dan topping yang sedikit berbeda.

Bediri di depan pintu dengan kamera di tangan, tukang roti itu sudah mengenali bahwa saya adalah orang asing yang datang bukan untuk membeli roti. Sambil menggerakan tanggannya dia menyuruh saya masuk "Come in, take picture". Setelah mengambil beberapa gambar sesuai permintaan mereka, saya dipersilahkan duduk di atas dipan kayu yang sedikit kotor dengan serpihan tepung gandum.Keempat pembuat roti itu bekerja sama sesuai tugasnya masing masing. Yang duduk di sudut ruangan dengan lengan baju tergulung mengaduk adonan gandum yang dicampur sedikit garam dan ragi. Pembuat roti di depannya memotong, menimbang dan membentuk adonan yang telah siap. Pembuat roti yang duduk di depan tungku api atau tandoor dengan cekatan menempelkan adonan roti panjang dengan bantalan kain ke dalam dinding tandoor yang berupa tungku api terbuat dari tanah liat. Dan yang terakhir duduk dekat jendela kaca bertugas menata roti yang sudah matang untuk siap dijual.

Pembuat roti itu adalah Ahmed, dengan dua tongkat besi, kedua tangannya sangat terampil mencungkil roti-roti yang telah matang berwarna kecoklatan dari tandoor. Sejak umur dua belas tahun, selepas pulang sekolah Ahmed selalu membantu seorang pembuat roti di dekat rumahnya. Pada saat itu Ahmed harus bekerja untuk membantu keluarganya. Selain membawa pulang sepotong roti gratis, Ahmed juga mendapatkan sedikit uang yang diberikan kepada Ibunya. Saat ini Ahmed berumur tiga puluh lima tahun, dengan dibantu tiga temannya Dia mengelola toko rotinya sendiri. 

Walaupun hanya mengelola toko roti kecil, hingga kini Ahmed tidak pernah menyesali keputusannya dulu meninggalkan sekolah. Pada masa itu Ahmed kecil hidup di keluarga yang berkekurangan. Orang tuanya bekerja serabutan dan uang yang dihasilkan habis untuk kebutuhan sehari hari. Ditambah lagi mencari pekerjaan sangatlah sulit di tengah perang yang berkelanjutan saat itu.Sampai akhirnya Ahmed menemukan seorang Mullah yang memiliki usaha toko roti dan membutuhkan pembuat roti. Pengalamannya membuat roti membuat Ahmed diterima bekerja penuh waktu di toko roti milik Mullah. Seiring berjalannya waktu Ahmed membuat toko rotinya sendiri dengan pinjaman modal dari Mullah tempat di mana dia bekerja saat itu.Dalam sehari Ahmed bisa menjual 1.500 buah roti yang harganya telah ditetapkan pemerintah Afghanistan sebesar 10 Afs per buah. "Biasanya orang selalu datang pada saat jam jam makan pagi siang dan malam untuk membeli roti," kata Ahmed. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Kabul, mereka hanya menyiapkan lauknya di rumah dan membeli roti di toko roti yang menjamur di setiap sudut kota Kabul.

Tak lama seorang gadis kecil bermata hijau dengan pakaian yang lusuh datang ke toko roti Ahmed meminta sepotong roti. Sambil memberikan sepotong roti, Ahmed berkata, "Gadis itu berasal dari keluarga orang miskin seperti saya dulu. Miskin, kaya, polisi, pemerintah, masyarakat biasa bahkan Taliban, semua makan roti ini," candanya sambil menunjukan naan yang baru diangkat dari tandoor.

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/Q6dqEhuu85U/cerita-si-pembuat-roti

Berlin, Sebuah Dialog dengan Dua Masa

Posted: 08 Sep 2011 02:15 AM PDT

Berlin Hauptbahnhof

Hari masih pagi ketika saya menjejakkan kaki di Berlin Hauptbahnhof, stasiun kereta api utama di Berlin, ibukota Jerman. Bayangan saya pada stasiun kereta api tua berarsitektur Baroque atau Roman sirna, karena stasiun ini berstruktur modern dengan kaca dan besi berpadu jadi satu, mempersilakan sinar matahari masuk dengan bebasnya sehingga tidak diperlukan banyak penerangan. Tetap cantik.
Saya sempat termenung sebentar di peron, memperhatikan orang-orang berlalu-lalang. Barangkali mereka akan bertemu dengan keluarganya di kota lain. Ada anak kecil yang berlarian, lalu kembali ke orang tuanya, menunggu kereta ke ujung Berlin. Apapun tujuan mereka, peron kereta ini menjadi persinggahan.Wilayah Berlin sangat masif ukurannya. Sebagai perbandingan, daerah khusus ibukota Jakarta bahkan hanya 80% dari total luas wilayah Berlin. Untungnya, kota ini dihubungkan oleh sistem transportasi massal yang memadai, terutama sistem rel dan bis. Senefelderplatz di utara distrik (bezirke) Mitte adalah stasiun tujuan saya.

Secangkir Susu dan Setangkap Roti Isi
Transit di Alexanderplatz, saya minum segelas susu hangat dan makan siang roti isi. Tidak lebih dari €5. "Warung" ini mungil, dengan kursi tinggi tanpa sandaran, meja kecil kota terselimuti taplak kotak-kotak hijau dan putih. Semua pesanan dilakukan di etalase, pembayaran di kasir dan makanan akan diantarkan. Saya duduk di dekat jendela. Matahari sangat bersahabat. Beberapa orang duduk di luar. Tram yang turun di samping stasiun menurunkan anak muda, bapak yang menggendong anak, pasangan renta yang berjalan pelan dengan tongkatnya. Ada yang berjaket, blazer dan berjas. Ada anak yang kemudian lapar, dan meminta ayahnya singgah ke tempat saya singgah.

U-Bahn
Alexanderplatz berfungsi sebagai pemadu moda transportasi yang mengakomodasi dua jenis moda, yakni S-Bahn/U-Bahn (kereta api dalam kota, S dan U mengisyaratkan jenis kereta, di atas jalan/strasse atau di bawah tanah/unter) dan tram. Di sini juga terdapat banyak toko dan atraksi, letaknya juga di pusat kota.

Sistem S/U-Bahn di Berlin menggunakan tarif berdasarkan zona. Kota dibagi menjadi tiga zona, dan zona yang paling murah bertarif €2.30. Anda membeli tiket di sebuah mesin, dengan memilih zona/stasiun yang ingin dituju. Jangan lupa, di Berlin, anda harus melakukan validasi tiket dengan mesin kecil. Ingat kondektur kereta yang membolongkan tiket? Sama seperti itu, hanya ini dilakukan di sebuah mesin. Tiket ini berlaku dua jam setelah divalidasi, hanya berlaku di zona yang sama dan tidak boleh pulang pergi di jalur yang sama. Walaupun saya sudah mampir Alexanderplatz, saya tidak perlu beli tiket lagi karena masih dalam batas dua jam. Saya lihat U-Bahn menggunakan gerbong yang agak klasik, rasanya seperti masih di Berlin dekade 80-an. Terlihat grafiti/vandalisme di stasiun, badan dan interior gerbong. Stensil bergambarkan Bradenburg Gate melapisi kaca, seolah mengkonfirmasikan memang saya ada di Berlin.

Senefelderplatz ada di Mitte. Mitte adalah distrik yang cukup sentral dan trendi, menyimpan hampir semua atraksi Berlin yang dipromosikan oleh agen perjalanan: Bradenburg Gate, Berliner Dom, gedung Reichstag, Weltzeituhr, Deutsche Guggenheim, Fernsehturm/TV Tower (menara televisi "asparagus"), dan masih banyak lagi. Beberapa titik lokasi bersejarah ketika Berlin dipisahkan oleh sebuah tembok juga ada di distrik ini.

Bradenburg Gate

Tidak sulit untuk berkelling Mitte dan menikmati hampir seluruh atraksi utama Berlin dalam sehari dengan berjalan kaki. Neue Synagogue dapat diraih dalam sekitar 15 menit, tempat ibadah kaum Yahudi yang dibangun pada abad ke-18, berarsitektur Moor (ingat Alhambra). Bradenburg Gate dapat diraih dalam 15 menit dari Neue Synagogue. Gerbang ini dibangun sebagai pintu masuk untuk pusat pemerintahan kerajaan Prussia. Dahulu, lokasi ini adalah bagian dari benteng berparit. Sekarang, ia menjadi monumen kebanggaan bangsa Jerman dan bangsa Eropa, namun fungsinya hampir sudah tidak ada. Sekilas saya lihat di koin Euro produksi Jerman, maka terdapat Bradenburg Gate di sana. Berjalan masuk ke gerbang ini, Anda akan sampai di Unter den Linden, sebuah bulevar panjang yang menghubungkan pejalan kaki ke Friedrichstrasse (distrik belanja utama) dan Checkpoint Charlie, salah satu checkpoint perbatasan yang penting dalam sejarah Berlin Barat dan Timur.

Menurut saya, yang paling menarik dari Berlin adalah sejarah politiknya. Setelah perang dunia II, ada perjanjian empat pihak antara sekutu (Amerika, Perancis dan Inggris) dan Uni Soviet yang mengatakan bahwa Jerman akan dikelola oleh empat negara tersebut, di mana wilayahnya dibagi menjadi sektor Amerika, sektor Perancis, sektor Inggris dan sektor Uni Soviet. Bagian Jerman yang sekarang masuk ke wilayah Polandia dinyatakan sudah merdeka. Berlin, sebagai ibukota de facto, juga mengikuti pembagian pemerintahan ini, dengan empat sektor juga. Sektor sekutu di bagian barat, dan sektor Uni Soviet di bagian timur. Pemerintahan bersama ini bersifat sementara, dan Jerman direncanakan akan menjadi satu dan independen pada akhirnya. Namun, karena terjadi ketegangan lanjutan antara sekutu dan Uni Soviet pada masa Perang Dingin, Berlin, pada akhirnya, terbelah dua dan Uni Soviet membangun tembok Berlin yang memisahkan kota tersebut. Negara Jerman pun terbelah dua, menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur.

Checkpoint Charlie

Situasi yang lebih menarik lagi adalah seluruh Berlin terletak di wilayah Jerman Timur. Otomatis, wilayah Berlin Barat adalah sebuah exclave, wilayah yang terkurung di negara Jerman Timur, tetapi menjadi bagian terpisah dari negara Jerman Barat. Secara hukum ada beberapa perbedaan yang meregulasi hak/kewajiban dan status warga Berlin Barat yang membedakan mereka dengan warga negara Jerman Barat, tetapi pada dasarnya mereka adalah warga negara Jerman Barat. Keadaan ini berlangsung hampir tiga dekade sampai tembok Berlin diruntuhkan mendekati dekade 90-an. Kompleks, memang.

Peninggalan tembok Berlin ini masih terlihat di Berlin modern, namun banyak yang sudah tidak utuh. Beberapa papan pengumuman/penanda perbatasan pun masih ada, bertuliskan, "You are now leaving the American sector!". Bagian yang sudah diruntuhkan ditandari dengan segaris perunggu yang ditanamkan di atas trotoar, bertuliskan: "BERLINER MAUER 1961–1989". "Mauer" artinya tembok.

Bagian Tembok Berlin

Tembok Berlin menjadi saksi bagaimana beberapa orang melarikan diri dan merenggut nyawanya sendiri. Banyak dari mereka yang tewas ditembak karena mencoba melarikan diri dari Berlin Timur ke Berlin Barat. Namun, tidak semuanya gagal. Ada prajurit Uni Soviet yang bernama Conrad Schumann yang berani melompat dari Jerman Timur ke Jerman Barat saat tembok masih dibangun, dan pembatasan masih sebatas kawat berduri. Conrad selamat dan dapat menyaksikan Tembok Berlin runtuh tahun 1989. Ia wafat pada tahun 1998. Seorang jurnalis mengambil fotonya ketika dia melompat dan foto tersebut menjadi ikon Perang Dingin.

Melihat Berlin sekarang, semuanya berubah. Ia sudah menjadi kota modern, berukuran masif dan makmur. Ia menjadi pusat pemerintahan Jerman, di mana anggota legislatif bertemu di sini untuk menentukan arah negara.

Saya kagum melihat gedung Reichstag, gedung parlemennya. Pengunjung bisa menyaksikan bagian dalam gedung ini, gratis. Pemerintah memutuskan untuk "membuka" ruang publik di sekitar parlemennya, di mana pengunjung bebas berjalan kaki melihat kantor pegawai negeri sipil, tempat kongres dan gedung Reichstag yang tua yang dilengkapi dengan hamparan lapangan hijau luas. Di tengah-tengah pusat pemerintahan ini terdapat sungai, yang kabarnya, pernah menjadi saksi pertumpahan darah mereka yang melarikan diri dari Jerman Timur ke Jerman Barat. Saya bergidik, tapi biarkanlah itu jadi saksi sejarah dan pengingat bagi masyarakat Jerman akan masa lalu mereka.

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/Towlvh_3d_c/berlin-sebuah-dialog-dengan-dua-masa

Ngisi waktu Delapan Jam di Dubai

Posted: 08 Sep 2011 02:11 AM PDT

Transit di Dubai lebih dari delapan jam? Pemegang paspor Indonesia bisa membeli Transit Visa maksimal untuk 36 jam di agen perjalanan yang terletak di terminal kedatangan dengan syarat transit di Dubai lebih dari delapan jam dan memiliki tiket penerbangan selanjutnya. Berikut beberapa rekomendasi tempat yang menarik untuk dikunjungi dalam waktu delapan jam:

Dubai Creek

Tempat berlabuhnya kapal dagang pada jalur perdagangan tua dari India sampai pantai timur Afrika. Tradisi dagang sejak berabad abad tahun yang lalu masih tetap dipertahankan di sungai dengan panjang 14 km hingga saat ini. Di sepanjang sungai terlihat Dhow atau kapal dagang yang terbuat dari kayu dan aktivitas pekerja bongkar muat kapal.

Dubai Creek membelah jantung kota Dubai menjadi dua, kota tua Diera Dubai sebagai cikal bakal Dubai saat ini dan Bur Dubai dengan pembangunannya yang sangat pesat. Di ujung dari Dubai Creek terdapat cagar alam tempat bermigrasinya berbagai jenis unggas, salah satunya burung flamingo yang ramai berdatangan pada akhir musim panas.

Arba, Taksi Air di Dubai

Menyusuri Dubai Creek dengan abra atau taksi air adalah yang terbaik untuk menikmati pemandangan perpaduan antara kota tua dan modern.

Dubai Museum

Dubai Museum

Tempat yang tepat untuk melihat budaya dan tradisi tua kota Dubai di masa sebelum ditemukannya minyak bumi. Terletak di kawasan kota tua dan merupakan bangunan tertua di Dubai yang dibangun pada tahun. Bangunan tua yang terbuat dari batu dan tanah liat yang dulunya berfungsi sebagai benteng dikembangkan dengan struktur moderen dengan membangun ruang bawah tanah untuk mengakomodir koleksi museum.

Memasuki bangunan benteng tua dapat dilihat perahu kayu tradisional dan senjata pertahanan masa lalu. Menuruni ramp melingkar ke ruang bawah tanah yang terletak di bawah menara seolah melihat Dubai Creek yang membelah gurun pasir kota Dubai yang belum ditumbuhi bangunan pencakar langit lengkap dengan burung burung berterbangan diatasnya. Setibanya di ruang bawah tanah terdapat diorama dengan ukuran yang sebenarnya kehidupan sehari hari dan aktivitas perdangangan lau waktu itu. Dimulai dari suasana tempat pembuatan kapal, keledai pengangkut barang, kapal dagang yang penuh muatan siap berlayar dan aktivitas pekerja kapal.

Di seberang jembatan kayu terdapat lorong sempit yang dipenuhi toko rempah, gerabah, tekstil, pengerajin kayu, pandai besi di kiri dan kanannya menggambarkan suasana pasar masa lalu. Di ujung jalan terlihat langgar dan anak anak kecil sedang belajar mengaji.

Diorama terakhir membawa kita ke kehidupan bawah air. Ikan-ikan yang sedang berenang di sekitar pencari mutiara dan terlihat lambung kapal di atasnya dan dilengkapi dengan permainan cahaya dan suara deru ombak. Sebelum keluar terlihat suasana kehidupan tepi pantai, nelayan yang sedang membuat perahu, penjual ikan menunggu pelanggan dan pengrajin sedang merajut jala ikan.

Bastakia Quarter

Bastakia Quarter

Satu satunya kawasan tua yang masih bertahan hingga saat ini. Terletak tidak jauh dan dapat dicapai dengan berjalan kaki dari Dubai Museum, Bastakia menawarkan suasana pemukiman masa lalu yang berawal dari pedagang Bastak asal Persia yang membangun rumah mereka pada abad ke-19. Kini pemukiman tua itu difungsikan sebagai galeri, toko cindera mata, rumah makan dan pusat kebudayaan. Apabila anda suka dengan fotografi, jangan lewatkan lorong labirin yang sempit di antara rumah-rumah dengan menara angin atau badgir yang menjulang tinggi.

Sheikh Saeed Al-Maktoum House

Rumah Sheikh Saeed Al-Maktoum

Dibangun di tepi Dubai Creek pada tahun 1896 sebagai rumah tinggal dari Sheikh Saeed Al-Maktoum. Rumah berdinding tebal dua tingkat dengan 4 buah menara angin yang berfungsi sebagai alat ventilasi udara memiliki taman yang luas. Saat ini rumah milik bekas penguasa saat itu difungsikan sebagai museum yang masih menyimpan foto-foto dan dokumen bersejarah. Rumah Sheikh Saeed Al-Maktoum wajib dikunjungi oleh kolektor uang logam dan penggemar/kolektor perangko.

Wafi

Wafi

Terletak di tengah hiruk-pikuknya Burj Dubai yang dikenal sebagai "kota dalam kota" menawarkan pengalaman berbelanja ekslusif dari berbagai merk terkenal di dunia seperti Chanel, Versace, Robert Cavalla, Iceberg, Jeagar, Kitson, Graff, Chopard, Links of London, Mont Blanc, dan masih banyak lagi. Mal dengan desain berkonsep arsitektur Mesir dengan bangunan berbentuk piramida juga dilengkapi dengan spa, club, restoran, kafe dan bar, klub malam dan hotel berbintang lima. Di sini juga dijadikan starting point jasa transportasi Big Bus Tour dengan armada bisnya yang berangkat setiap 30 menit mengunjungi tempat tempat menarik di Dubai.

Jumeirah Public Beach

Hotel Burj Dubai

Tidak sanggup menginap di hotel pinggir pantai? Jangan khawatir, Jumeirah Public Beach terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya sama sekali. Pantai dengan pasir putih dan air jernih berwarna biru kehijau terletak tepat di sebelah hotel Jumeirah dan titik yang tepat untuk berfoto dengan latar belakang Burj Dubai, satu satunya hotel berbintang 7 di dunia. Berada di kawasan tempat tinggal pinggir pantai yang umumnya dihuni para ekspatriat, berpakaian renang dua potong diperbolehkan.

Atlantis on the Palm

Atlantis at the Palm Hotel

Terletak di ujung dari pulau buatan di reklamasi pantai Dubai yang berbentuk pohon palem tempat kawasan hunian mewah tepi pantai. Resor tematik aquaventure berbintang enam dilengkapi dengan taman hiburan air dan anda bisa memiliki kesempatan berenang dengan lumba-lumba. Dikarenakan waktu yang sangat terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk masuk dan mencoba wahana permainan air di Atlantis, tapi menyusuri jalan di pulau buatan manusia merupakan pengalaman yang menarik.

Dubai Mall

Menyandang predikat sebagai mal terbesar di dunia. Semua yang anda cari hampir bisa dipastikan dapat ditemui di Dubai Mall yang memiliki 1.200 toko. Sebagai surga belanja dan pusat hiburan keluarga terbesar, Dubai Mall dilengkapi dengan kolam ikan indoor terbesar di dunia sebagai rumah dari 33.000 ikan air laut yang terdiri dari 85 spesies ikan yang hidup berdampingan dengan ikan hiu dan pari. Untuk si kecil, terdapat taman tematik indoor SEGA Republic Park yang menyediakan berbagai sarana permainan berteknologi canggih. Selain itu Dubai Mall juga dilengkapi dengan ice ring berukuran Olimpiade yang dapat digunakan untuk umum maupun untuk acara khusus seperti kompetisi ice skating, konser musik dan pertandingan hoki.


Air Mancur Terbesar


Burj Khalifa

Jangan lupa menyaksikan atraksi air mancur terbesar di dunia, menari diiringi dengan permainan musik dan pencahayaan di sore hari dengan latar belakang gedung tertinggi di dunia Burj Khalifa. Anda juga bisa menikmati kota Dubai dari Burj Khalifa observation deck dengan membeli tiket di kaunter "On The Top".

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/0qKv7yq6gDA/delapan-jam-di-dubai

Minaret Dua Budaya di New Delhi

Posted: 08 Sep 2011 01:53 AM PDT

Pintu masuk utama Alai Darwaza dibangun pada tahun 1311 oleh Alauddin Khalji dan makam Imam Zamim di depannya dengan latar belakang Qutub Minar.
Pintu masuk utama Alai Darwaza

Pintu masuk utama Alai Darwaza dibangun pada tahun 1311 oleh Alauddin Khalji dan makam Imam Zamim di depannya dengan latar belakang Qutub Minar.

Dari balik kaca jendela mobil sedan tua, terlihat puncak menara Qutub Minar yang berwarna merah menjulang tinggi dari kejauhan. Minaret lima lantai setinggi 72,5 m ini dibangun dari susunan batu sandstone merah merupakan minaret tertinggi di dunia dan masuk dalam UNESCO World heritage Site. Minaret yang terletak tidak jauh di pinggiran selatan kota Delhi dengan ciri Arsitektur Indo-Islamic yang terinspirasi dari Minaret Jam di Herat, Afghanistan.Sesampainya di depan pintu masuk, supir memberikan kartu nama dengan tulisan nomer mobil di belakangnya. "Here is the vehicle number, buy the ticket there, the entrance is there and I will wait at the parking lot", jelasnya sambil menunjuk lokasi parkir yang terletak di seberang jalan.

Jalanan terlihat lengang karena mobil tidak diperkenankan parkir di sepanjang jalan. Para pedagang dan tempat penjualan tiket masuk pun dipusatkan di satu tempat bersebelahan dengan lokasi parkir mobil. Di atas loket penjualan tiket tertera tiket masuk untuk orang lokal dijual seharga Rs 10 sedangkan untuk orang asing Rs 500. Sudah sangat umum, pemerintah India memberlakukan perbedaan harga tiket kepada turis lokal dan internasional hampir di semua lokasi kunjungan wisatawan.

Lokasi pintu masuk komplek Qutub tepat berada di seberang loket penjualan tiket masuk. Suasana agak ramai pada saat itu karena bertepatan dengan musim liburan awal tahun. Mayoritas pengunjung adalah wisatawan lokal yang berlibur dengan keluarga mereka. Setelah melewati pintu masuk dan berjalan melewati taman yang terawat rapih, Qutub Minar semakin terlihat secara keseluruhan hingga kepala ini harus mendongak ke atas. Ukiran Ayat ayat Qur'an berukuran besar menghiasi permukaan dinding Qutub Minar.
Qutub Minar dengan ukiran kaligrafi
Qutub Minar dengan ukiran kaligrafi

Menurut sejarah, pada 1192 penguasa perang Aybak menyerbu dan menduduki Delhi sekaligus membangun dinasti Islam pertama di India. Pembangunan Qutub Minar dipelopori oleh Qutb-ud-din Aybak penguasa Islam pertama di India pada tahun 1193 untuk merayakan kemenangan sekaligus sebagai simbol masuknya ajaran Islam untuk mendominasi di negara dengan populasi pemeluk agama Hindu. Hingga akhir hidupnya Aybak hanya mampu menyelesaikan lantai dasar Qutub Minar. Penerusnya, Iltutmish menantu dari Aybak berhasil menambah 3 lantai dan pada tahun 1368 Firuz Shah Tughlug berhasil menyelesaikan lantai ke lima dari Qutub Minar yang saat ini menjadi mahakarya arsitektur Mughal

Sebelum membangun Qutub Minar, pada tahun yang sama Aybak menginstruksikan untuk membangun masjid pertama di India yang diberi nama Quwwat-ul-Islam. Masjid seluas 1376 meter persegi ini dibangun berlantai batu dengan lorong berpilar di sekelilingnya. Dinding masjid setinggi 16 m sampai saat ini masih berdiri. Pembangunan komplek Qutub dibantu oleh tukang batu India yang kemudian menganut agama Islam.

Sisa bangunan masjid Quwwat-ul-Islam yang masih berdiri
Sisa bangunan masjid Quwwat-ul-Islam yang masih berdiri

Setelah Aybak meninggal, masjid ini terus diperluas oleh penerusnya, Iltutmish yang berasal dari Turkestan. Iltutmish dijual oleh saudara laki lakinya sebagai budak ke seorang pedagang asal Bukhara. Sebagai budak Iltutmish dibawa ke Ghazni, Afghanistan hingga akhirnya dibeli oleh Aybak dan dibawa ke Delhi. Sepak terjangnya dalam menaklukan Delhi menarik perhatian Aybak hingga akhirnya Iltutmish menikahi putri Aybak dan setelah Aybak meninggal Iltutmish menjadi penerus kekuasaan mertuanya.

Iltutmish meninggal pada 1236 dan dimakamkan di dalam komplek Qutub. Makam berukuran 9 meter persegi dari luar terlihat seperti dinding batu yang sederhana. Interior dalamnya terlihat sangat indah dengan dekorasi pola geometris dan ukiran kaligrafi memenuhi semua permukaan dinding. Makam Iltutmish terletak ditengah tengah ruangan dan dipercaya dulunya memiliki atap kubah yang akhirnya runtuh karena terlalu berat. Terdapat juga mihrab pada dinding bagian barat yang terbuat dari batu marmer putih. 

Iltutmish membangun makamnya sendiri sebelum ia meninggal pada tahun 1235
Iltutmish membangun makamnya sendiri sebelum ia meninggal pada tahun 1235

Alauddin Khalji seorang Pashtuns, suku yang banyak ditemui di Afghanistan, mewarisi kekuasaan semeninggalnya Iltutmish. Alauddin Khalji juga memperluas batas komplek Qutub dan membangun Alai Darwaja pada 1311 sebagai pintu masuk utama yang berada di sisi selatan menuju masjid Quwwat-ul-Islam.

Ukiran batu sandstone dan marmer pada dinding Alai Darwaja
Ukiran batu sandstone dan marmer pada dinding Alai Darwaja

Alauddin Khalji yang sangat ambisius membangun Minaret kedua, Alai Minar disebelah utara yang rencananya akan berukuran dua kali lebih tinggi dari Qutub Minar. Tapi sayangnya ia meninggal tanpa menyelesaikan minaretnya yang baru berdiri setinggi 25 meter. Alauddin Khalji dimakamkan di komplek Qutub bersebelahan dengan madrasah yang dibangunnya dan hingga kini tidak ada yang meneruskan proyek minaretnya.

Alai Minar yang tidak terselesaikan
Alai Minar yang tidak terselesaikan.

Apabila diperhatikan lebih detil, terdapat banyak kejanggalan pada bangunan di komplek Qutub. Detil desain bangunan yang bertentangan dengan desain bangunan Islam pada umumnya. Contohnya deretan pillar yang berada di sekeliling masjid Quwwat-ul-Islam dengan bentuk dan desain yang berbeda, tidak ada satupun kesamaan dengan pilar lainnya. ini menunjukan tidak adanya konsep kesatuan yang pada umumnya ditemukan banyak pengulangan desain yang sama pada bangunan Islam. Selain itu juga ditemukan relief pola bunga teratai yang biasanya ditemui di candi candi Hindu.

Pilar yang disusun dari reruntuhan batu candi Hindu
Pilar yang disusun dari reruntuhan batu candi Hindu

Relief yang biasanya ditemukan di candi Hindu
Relief yang biasanya ditemukan di candi Hindu

Yang paling aneh ditemukan detil ukiran berupa figur manusia. Tidak pernah ditemukan detil berupa figure manusia pada bangunan berarsitektur Islam dimanapun dan penggunaan figur seperti manusia dan hewan bertentangan dengan ajaran Islam.

Relief berfigur manusia di komplek Qutub
Relief berfigur manusia di komplek Qutub

Lalu pertanyaannya kenapa penguasa saat itu membenarkan penggunaan detil desain yang tidak biasa pada bangunan berarsitektur Islam? Ditemukan prasasti yang menarik yang menjelaskan awal berdirinya komplek ini. Qutub Minar dibangun diatas pondasi candi Hindu dan material yang digunakan berasal dari reruntuhan 27 candi yang dihancurkan pada masa masuknya Islam ke India. Dengan waktu yang sangat terbatas dan mempercepat terciptanya kerajaan Islam di kawasan tersebut, Aybak menggunakan pasukan gajah perang untuk meruntuhkan candi candi yang dianggap musrik dan membangun masjid dan minaret dengan bongkahan batu candi. Sangat ironis memang. Masjid pertama di India yang dibangun sebagai bukti masuknya Islam ke India, secara estetika menunjukan bangunan yang tidak Islami. Qutub Minar tidak hanya menunjukan elemen budaya pemenang, tapi juga sekaligus mewariskan budaya yang mereka kalahkan.

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/QrkU_POdxFs/minaret-dua-budaya

Indahnya Stasiun Tanjung Priuk

Posted: 08 Sep 2011 01:36 AM PDT


Stasiun kereta api Tanjung Priuk pernah menjadi bangunan megah dan mewah yang pernah ada di utara Batavia pada jaman Hindia Belanda. Letaknya yang berdekatan dengan pelabuhan Tanjung Priuk menjadikan kawasan ini sebagai pusat perdagangan yang penting sekaligus sebagai tempat transit, keluar masuknya orang Eropa yang datang ke tanah Jawa.


Tidak hanya memiliki delapan peron, stasiun ini juga dilengkapi dengan aula yang luas dan kamar penginapan. Gerbong restorannya pun dilayani dengan petugas berseragam dan bersarung tangan putih yang menyajikan makanan di atas piring keramik dan gelas kristal. Ditemukan juga bunker di bawah stasiun bagian utara yang masih belum diketahui fungsinya pada jaman tersebut.


Bangunan simetris dua lantai bercat putih karya arsitek Ir. C.W. Koch didesain dengan pengaruh kubisme. Didominasi bentuk geometris persegi empat dan garis garis vertikal dan horisontal pada semua bagian bangunan. Kolom struktur batu bata, jendela berukuran besar dan hiasan kaca patri seperti layaknya desain bangunan kolonial Belanda yang banyak ditemukan di bagian kota lama Jakarta.


Tenggelam di balik hiruk pikuk manusia, cuaca panas dan bisingnya terminal bis Tanjung Priuk yang tepat berada di depan stasiun, berada di dalam bangunan ini jutstru memberi kesan yang sangat berbeda. Pencahayaan alami yang masuk melalui deretan jendela kaca, langit-langit yang tinggi, batu keramik yang menutupi permukaan lantai dan sebagian dinding serta bukaan-bukaan ventilasi menciptakan suasana yang tenang dan sejuk.


Sebagai stasiun pertama yang menggunakan kereta bertenaga listrik pada masa Hindia Belanda, kini stasiun Tanjung Priuk hanya melayani tiga keberangkatan. Pukul 15.20 dengan tujuan Cirebon, Tegal, Pekalongan, Waleri, Semarang, Cepu, Bojonegoro, Lamongan dan Surabaya. Pukul 08.30 dan 16.20 dengan tujuan Pasar Senen, Jatinegara, Klender, Cakung, Bekasi, Cikampek dan Purwakarta.

Aneh sepertinya, stasiun yang berukuran cukup besar hanya memiliki satu keberangkatan di pagi hari dan dua di sore hari. Tapi entahlah, saya tidak begitu paham tentang sistem perkeretaapian. Saat saya di sana, stasiun terlihat kosong. Hanya ada seseorang sedang membersihkan rangkaian kereta yang menanti pada sebuah rel.


Menaiki gerbong kereta yang baru saja dibersihkan mengingatkan saya terakhir kali bepergian dengan kereta dari stasiun Senen, Jakarta menuju stasiun Tugu, Yogyakarta. Interior gerbong dan kursi tetap sama seperti lima belas tahun yang lalu. Di sisi lain gerbong kereta terlihat pekerja anak anak menjual makanan dan minuman yang sedang bermain sambil menunggu datangnya penumpang.


Di sudut lain peron tampak dua anak kecil bermain kartu bergambar. Hmmm… mudah mudahan mereka bisa menikmati sistem kereta api yang lebih maju, seperti mimpi akan monorel, ketika mereka dewasa nanti.


http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/njhCFgRuZIo/stasiun-tanjung-priuk

New York dan Sejuta Mimpi

Posted: 08 Sep 2011 12:33 AM PDT

Times Square
Times Square

Oh, marble-spired Manhattan, I look into your thousand eyes at dusk,

And your thousand eyes look back at me, kindled with lights over the harbor.
You hold the sky set like blue wings on your mountain peaks of splendor,

And you will hold the sky until the world ends and the dream is gone, Oh Manhattan.
(Edwin Curran)

New York. Kata orang, kota ini hutan beton menantang batas langit. Kata orang, penduduknya sibuk mengurus urusan duniawi sampai hampir tak punya waktu luang dan bercermin. Kata orang, kota ini soal menikmati hidup semaksimal mungkin. Kata orang lagi, kota ini soal kerasnya kehidupan di Bronx…

Banyak sekali imaji yang diproyeksikan kota berpenduduk 8 juta orang di pesisir timur Amerika Serikat ini. Tak ubahnya seperti kiblat peradaban modern, imaji tentang New York disebarkan melalui media populer: film, televisi, panggung dan buku. Dalam setahun, mungkin ada satu film yang kita tonton berlatar kehidupan di New York.

Realitanya, New York adalah kota yang tak jauh beda dari kota metropolitan lain di dunia, sebutlah seperti Jakarta atau Bangkok. Sibuk. Pekerja, wisatawan, dan banyak orang lainnya berbondong-bondong ke pusat kota setiap hari dan kembali lagi ke daerah sekitarnya, mungkin dari dan ke negara bagian berbeda.

Manhattan
Hutan beton Manhattan

Sebagai individu yang sekarang menghabiskan sebagian besar waktu di Jakarta, saya menemukan banyak hal yang mirip antara Jakarta dan New York. Tentu, dengan nafas dan aturan yang berbeda. Keduanya sama-sama memiliki denyut yang cepat. Keduanya sama-sama padat. Keduanya sama-sama merupakan lahan rebutan pendatang.

Satu hal yang membedakan Jakarta dan New York adalah kualitas hidup. Dengan keadaan yang sama, hidup serba cepat, populasi padat dan tingkat stres yang tinggi; penduduk Jakarta tidak ditopang oleh sarana publik yang seefisien New York. New York memiliki jaringan transportasi umum yang cukup menjangkau banyak daerahnya, dengan ekspektasi layanan yang jauh lebih baik. Tidak seperti kota besar lain di Amerika Serikat seperti Los Angeles misalnya, kultur transportasi di New York adalah kultur transit, bukan kultur kendaraan roda empat atau dua.

New York memiliki ruang publik yang membuat lanskap kota menjadi wadah kegiatan massa yang meleburkan ranah-ranah privat. Di sini, ranah-ranah privat "dipaksa" untuk menghormati ranah-ranah publik. Pada akhirnya yang diuntungkan adalah publik.

Ketika saya merasa nyaman untuk berada di luar ruangan, ketika itulah saya merasa kota itu baik buat saya. Seolah seluruh penjuru kota adalah tempat tinggal yang terbuka untuk saya melakukan berbagai aktivitas.


Central Park
Central Park

Central Park, contohnya, adalah contoh nyata ruang publik yang seperti ini. Dengan luas sekitar 341 ha, atau sekitar 60 blok x 8 blok, sekitar 80% dari taman ini adalah ruang terbuka hijau, sisanya bangunan/area terbangun kecil rendah seperti toilet, restoran dan arena skating. Siapa saja bebas menggunakan taman ini untuk duduk, tidur, bersepeda, lari, bersepatu roda, makan siang dan berjemur di dalam area yang tidak dipagari.

Kehidupan di New York sama kerasnya dengan di Jakarta, dan kota-kota metropolitan lain di dunia. Di sini, beragam kalangan dari berbagai latar belakang berbaur. Menurut sensus pemerintah tahun 2006, sekitar 37% penduduk New York adalah pendatang atau keturunannya. Semua berusaha bertahan hidup.

Jangan bayangkan penduduk New York hanya kaum kulit putih mapan yang menjalani hidup mewah dan bebas seperti dalam Sex and the City. Itu hanya potret fiktif dari imajinasi pembuatnya. Kalaupun ada, jumlahnya sedikit sekali.

Gedung Empire State
Gedung Empire State

Jelas sekali mengapa New York menjadi pilihan hijrah bagi banyak orang, baik dari dalam maupun luar Amerika Serikat. Di sini segala jenis mimpi diperbolehkan. Asal usaha yang dilakukan sepadan, maka kesempatan apapun bisa kita raih.

Kota ini siap menampung inspirasi penduduknya tanpa lelah. Kota yang tak pernah tidur. Kota duniawi!

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/RCuai1UH7ps/new-york-dan-sejuta-mimpi

Bugis Street Dulu dan Sekarang

Posted: 08 Sep 2011 12:26 AM PDT

Keramaian di Bugis Street
Keramaian di Bugis Street

Sudah sering saya melintasi tempat perbelanjaan Bugis Street yang bercirikan kanopi besar berwarna merah dengan layar elektronik besar di atasnya yang terletak tepat di belakang halte bis Bugis. Hampir setiap kunjungan ke Singapura atau transit dalam perjalanan pulang ke Jakarta saya selalu menginap di penginapan favorit Cozy Corner yang berada tepat di seberang pusat perbelanjaan Bugis Junction. Awalnya Bugis Street terlihat sangat biasa, tidak lebih seperti pasar tradisional yang menjual barang barang dengan harga murah mulai dari pakaian, sepatu, tas, asesoris, jajanan, dan cinderamata beratribut Singapura.

Tidak ada yang istimewa dari jajaran kios-kios kecil yang memenuhi sebuah jalan di kawasan Bugis dan hanya menyisakan ruang sirkulasi sempit di antaranya. Sampai akhirnya saya menemukan cerita mengenai urban development yang menarik di balik sejarah Bugis Street, seiring berkembangnya pembangunan infrastruktur kota Singapura yang pesat tanpa harus mengorbankan sejarah suatu tempat yang justru sebaliknya dipertahankan dan dipromosikan sebagai daya tarik pariwisata belanja kota Singapura.

Penawaran Harga Kompetitif di Bugis Junction
Penawaran Harga Kompetitif di Bugis Junction

Pasar Modern di Bugis Junction
Pasar Modern di Bugis Junction

Kawasan belanja Bugis Street sangat populer di kalangan turis asal Indonesia dan juga selalu menjadi pengunjung terbesar dari tahun ke tahun. Lokasi Bugis Street sangat strategis dicapai baik yang masuk ke Singapura dengan kapal feri melalui Marina Bay, melalui bandara Changi, maupun dengan bis dari Malaysia yang berhenti di Lavender St. Bugis Street juga didukung oleh infrastruktur transportasi yang sangat baik dan memungkinkan untuk dicapai dengan mudah dari kawasan tempat berjamurnya hotel dan pusat perbelanjaan modern di kawasan lain. Area ini bahkan dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari China Town, Orchard, Clark Quay, Little India maupun Kampung Glam.

Sejarah Bugis Street jauh berawal pada saat Singapura masih bernama Temasek, yang terkenal sebagai kota pelabuhan, menarik banyak imigran dari berbagai etnis untuk datang dan berdagang. Pedagang dan pelaut ulung Bugis dari Indonesia juga berkumpul di sini. Pada tahun 1829 dari Makasar mereka membawa rempah-rempah dan emas dengan menggunakan perahu pinisi menyeberangi lautan untuk mencari peruntungan baru di tanah Singapura. Kedatangan pelaut-pelaut Bugis sekaligus membentuk komunitas Bugis yang bermukim di kampung Bugis atau Bugis Village yang dikenal saat ini dan memunculkan pedagang, pahlawan dan tokoh baru yang berperan dalam sejarah negara Singapura.

Era tahun 1950-an hingga 1980-an merupakan masa keemasan Bugis Street. Sebagai pusat jajanan kaki lima dan pasar malam yang menjual makanan dengan cita rasa lokal, minuman beralkohol dengan harga murah dan cinderamata, memikat pengunjung dari tentara Australia dan Inggris yang singgah di Singapura. Bugis Street berkembang menjadi tempat prostitusi dan perjudian pada tahun 1970-an ketika tempat ini sering dijadikan tempat berlibur oleh tentara Amerika Serikat saat perang Vietnam berkecamuk.

Cinderamata Singapura ditampilkan di Bugis Street
Cinderamata Singapura ditampilkan di Bugis Street

Hiruk-pikuk dan gemerlap malam sepanjang Bugis Street pun sirna ketika Urban Redevelopment Authority (URA) memulai pembangunan stasiun mass rapid transit (MRT) pada tahun 1985. Kawasan Bugis Street dihancurkan dan pedagang direlokasi ke tempat lain untuk dapat meneruskan usaha mereka. Dunia pariwisata Singapura kehilangan salah satu atraksi wisatanya yang sangat populer hingga akhirnya pada tahun 1987 Singapore Tourism Board memulai kembali usaha untuk merevitalisasi Bugis Street yang pernah menjadi ikon dari atraksi pariwisata Singapura dengan membangun pusat perbelanjaan modern Bugis Junction. Pembangunan Bugis Junction mengintegrasikan pusat perbelanjaan, menara perkantoran dan hotel InterContinental Singapore yang berada di atas MRT Bugis dan selesai pada tahun 1995.


Suasana Bugis Street Modern
Suasana di Bugis Street Modern

Mungkin tidak banyak yang tahu kalau Bugis Street yang sebenarnya justru berada di dalam pusat perbelanjaan modern Bugis Junction, yaitu jalan yang kini beralaskan batu keramik, beratapkan panel kaca transparan, terapit diantara rumah toko dengan fasade berarsitektur Straits Chinese-style. Jalan yang berada di antara deretan rumah toko dua lantai di Bugis Village yang berarsitektur konservatif dan pusat perbelanjaan Iluma yang berarsitektur modern dengan permainan iluminasi crystal mesh pada fasadenya disebut New Bugis Street, hanya saja oleh Singapore Tourist Promotion Board tetap dipromosikan sebagai Bugis Street untuk mengenang masa keemasan yang sudah berlalu.

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/7PPb8N7m87w/bugis-street-dulu-dan-sekarang

Tips Boarding yang Efisien

Posted: 08 Sep 2011 12:21 AM PDT

Setelah melihat adanya penemuan baru seorang ilmuwan astro-fisika soal perhitungan matematis yang dapat meningkatkan efisiensi boarding pesawat, saya lantas berpikir, selain keunggulan matematika, tentu saja ada hal lain yang dapat membantu mendorong efisiensi boarding, walau sedikit. Tentu, hal ini belum diuji ilmiah seperti penemuan tadi, tapi saya yakin dapat mengurang sedikit frustrasi. Berikut beberapa tipsnya:

Berkemas ringkas

Rasanya sudah banyak diuraikan berulangkali di blog ini maupun di tulisan saya yang lain, bahwa berkemas ringkas itu penting. Usahakan Anda hanya membawa satu bagasi dalam kabin. Ada alasan kenapa maskapai sangat merekomendasikannya. Pertama, adil dengan penumpang lain agar semua dapat tempat menaruh bagasi di kompartemen atas. Kedua, kenyamanan. Dengan membawa satu bagasi kabin yang ukurannya tidak besar, Anda dengan mudah menaruhnya di atas tempat duduk. Kurangi beban sebisa mungkin agar tidak menunggu lama untuk mengangkatnya.

Lekas duduk di kursi

Banyak penumpang yang saya lihat, setelah menaruh bagasi di kompartemen, malah masih berdiri. Ada yang sibuk ingin bertukar tempat duduk. Ada yang kebingungan mencari tempat duduk. Ada yang ingin ke toilet. Sabar dan teliti kuncinya. Selalu pastikan kursi Anda benar dengan sekali lihat, tentu saja ini butuh latihan. Kalau ragu, masuklah ke dalam baris tempat duduk terlebih dahulu agar tubuh Anda tidak menghalangi laju penumpang lain di gang (aisle).

Disiplinkan grup/keluarga Anda

Jika bepergian bersama keluarga atau grup, pastikan mereka juga tidak memblokir jalan orang lain dan segera menyelesaikan urusan secepatnya. Jika membawa keluarga, apalagi dengan anak-anak, mintalah untuk diprioritaskan.

Hindari menggeret tas beroda

Anda punya tas yang memiliki roda? Kalau bisa, jangan menggeretnya di dalam kabin karena akan mengklaim ruang orang lain dan berpotensi tersangkut. Angkatlah tas itu di depan Anda tanpa digeret.

Jalan terus

Tidak usah menunggu orang lain di kabin atau garbarata. Terus jalan ikuti arus. Berhenti berpotensi menghambat orang lain. Simpan ponsel Anda.

Kursi Window vs. Aisle

Senang duduk di dekat jendela? Jika ya, bersegeralah naik ke pesawat. Hal ini akan memperlancar mereka yang duduk di baris sebelah Anda atau yang di gang/aisle. Ingatlah, berapa banyak orang yang sudah duduk lebih dahulu di kursi dekat gang terpaksa berdiri dulu untuk mempersilakan Anda yang duduk di bagian dalam, dan kemudian menghambat arus?

Selamat bepergian naik pesawat, semoga lancar!
http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/mTLeeh_Ou2g/tips-boarding-yang-efisien

Pengalaman dengan Business Class Qatar Airways

Posted: 08 Sep 2011 12:18 AM PDT

Catatan redaksi: Ulasan di bawah bersifat independen. Penulis (Kasman Taslim) maupun Ransel Kecil tidak dibayar ataupun diminta oleh Qatar Airways untuk tulisan di bawah. Tulisan ini juga bukan bermaksud untuk mengajak pembaca Ransel Kecil menggunakan kelas bisnis/pertama, tetapi sebagai wawasan dan memberi informasi tentang manfaat yang diraih jika sering bepergian dengan pesawat. Selamat menikmati.
Business Class Qatar Airways

Kesan awal suasana Business Class.


Sudah lebih dari dua tahun terakhir menjadi penumpang setia Qatar Airways, maskapai nasional milik negara Qatar dan termasuk satu dari tujuh maskapai yang mendapatkan rating penerbangan ber-bintang 5 (Cathay Pacific, Kingfisher Airlines, Asiana Airlines, Malaysia Airlines, Singapore Airlines dan Hainan Airlines). Berawal dari membanding-bandingkan harga tiket pesawat yang melayani rute Dubai – Jakarta. Meskipun tidak selalu lebih murah dari harga yang ditawarkan maskapai penerbangan lainnya dengan rute yang sama, secara keseluruhan harga yang ditawarkan Qatar Airways sangat kompetitif.


Dengan tiga kali penerbangan pulang pergi Dubai – Jakarta dalam waktu enam bulan pertama saja saya sudah berhasil mendapatkan keanggotaan Silver dan berhak menggunakan fasilitas Business Class Lounge yang tersedia di lebih dari 101 kota dan 55 negara. Terlebih lagi setelah mengantongi keanggotaan Silver, tiga penerbangan berturut-turut selanjutnya selalu di-upgrade ke Business Class. Dengan enam kali penerbangan pulang pergi dengan rute yang sama dalam satu tahun sudah cukup untuk memperoleh status elit keanggotaan Gold. Relatif lebih cepat dibandingkan untuk mendapatkan status elit di maskapai penerbangan lain.


Penerbangan singkat dari Dubai ke Doha ditempuh dalam waktu 45 menit. Dari Doha ke Jakarta, biasanya saya menggunakan penerbangan malam agar tiba di Jakarta siang keesokan harinya. Selain waktu yang pas untuk bisa tertidur pulas, juga sedikit membantu menyesuaikan perbedaan waktu dengan perbedaan empat jam. Penerbangan Doha ke Jakarta ditempuh selama delapan jam dengan menggunakan pesawat Airbus A330.


Formasi tempat duduk 2-2-2 memungkinkan tempat duduk kelas ini memiliki lebar 51 sentimeter dan terdapat meja kecil untuk menaruh gelas di antaranya sekaligus memungkinkan lengan dan siku bergerak bebas tanpa harus khawatir menyentuh pundak penumpang disebelah. Terdapat pengatur tempat duduk yang mudah digunakan, satu tombol pengatur manual sesuai posisi tempat duduk yang kita inginkan dan lima tombol otomatis untuk posisi lepas landas dan mendarat, tidur 180 derajat, makan, duduk biasa dan duduk 'malas'. Dengan jarak kursi selebar 150 sentimeter memungkinkan penumpang yang duduk di sisi jendela menggunakan kamar kecil tanpa harus membangunkan penumpang sebelahnya yang sedang tertidur pulas.


Setiap tempat duduk memiliki monitor layar sentuh 15,4 inci dan dilengkapi ratusan pilihan jenis musik dan film yang disediakan oleh Oryx Entertainment dengan slogan "Sit back, relax and enjoy our multiplex in the sky". Di samping menonton film, ada hal yang suka saya lakukan ketika terbang. Main game, Zelda yang selalu menjadi favorit dari sekian banyaknya pilihan in-flight games yang tersedia.


Setibanya di dalam pesawat penumpang akan disambut oleh senyum bersahabat pramugari dari berbagai negara, tidak heran kalau pramugari Qatar Airways pernah memegang predikat The Best Cabin Crew se-Timur Tengah tujuh tahun berturut-turut. Tersedia pilihan anggur atau jus buah segar dan handuk hangat penyeka wajah menyambut kedatangan penumpang. Pramugarinya memang sangat terlatih untuk memanjakan penumpang, membagikan buku menu berlapis kulit dengan pilihan beberapa jenis makanan di dalamnya sambil menunggu pesawat siap diterbangkan.


Minuman Selamat Datang dan Tombol di Kursi
Minuman selamat datang.


Dengan tetap mengusung makan malam berbintang lima, Qatar Airways menyediakan berbagai jenis anggur dan sampanye dari berbagai negara yang dipilih oleh konsultan anggur ternama dunia. Minuman beralkohol yang tersedia antara lain Forrest Estate Sauvignon Blanc, Dr. Thanisch Berncasteler Doctor, Laurent Perrier Champagne, Vincent Girarding Maursault Villes Vignes, Chateau Cantenac Brown, Amione Compu Alla Sughera, Shiraz Hollick Wrattonbully, Mas de Daumas Gassac.


Qatar Airways juga menyediakan pilihan menu khusus untuk menyesuaikan kebutuhan diet ataupun kepercayaan religius penumpangnya. Jenis makanan yang tersedia antara lain makanan untuk penyandang diabetes, makanan bebas gluten, makanan rendah garam/sodium, makanan rendah kolesterol, makanan rendah kalori, makanan tak pedas, makanan vegetarian khas Asia/India/Oriental/mentah, makanan rendah laktosa, makanan Hindu, buah-buahan, makanan untuk anak-anak, makanan untuk pengobatan hingga makanan kosher yang khusus disiapkan disesuaikan seperti kebiasaan orang Yahudi. Menu-menu ini hanya bisa dipilih secara online sebelum keberangkatan.


Ketika pesawat telah mengudara di ketinggian jelajah, penumpang dihidangkan makanan pembuka uramaki sushi lengkap dengan acar jahe dan wasabi. Dilanjutkan dengan hidangan menu utama berupa pilihan mi goreng udang, menu klasik Arab atau roti lapis isi ayam tandoori dan potongan buah segar sebagai penutup. Semua hidangan disajikan menggunakan alat makan keramik lengkap dengan serbet meja berwarna putih.


Setelah makan malam, satu persatu penumpang kelas bisnis ditanyai apakah mau dibangunkan untuk sarapan pagi atau tidak. Tentu saja setelah mencicipi nikmatnya menu yang disajikan sebelumnya, saya tidak akan melewatkan sarapan pagi. Sambil menunggu waktu tidur, saya membongkar amenity kit yang di dalamnya terdapat kaus kaki, penutup mata, sikat dan pasta gigi, penutup telinga dan beberapa produk Molton Brown seperti krim pelembab tubuh & tangan, pelembab bibir dan pafrum. Penumpang juga disediakan satu stel piyama, bantal dan selimut. Lampu kabin akan dimatikan/diredupkan beberapa saat setelah meja dirapikan.


Sarapan Pagi di Business Class Qatar Airways
Sarapan pagi.


Untuk sarapan pagi, penumpang kembali disegarkan dengan handuk hangat dan pilihan jus jeruk segar, jus campuran buah kurma dan pisang, atau jus cranberry. Ritual sarapan pagi dilanjutkan dengan potongan enam jenis buah tropis dengan greek yoghurt dan balik-style salad salmon dengan spicy lemon dressing. Menu utama sarapan pagi berupa pilihan telur dadar salmon, nasi goreng daging sapi, panekuk apel dan kayu manis atau menu sarapan klasik Arab.


Apapun pilihan menu sarapan pagi selalu disertai dengan aneka jenis roti antara lain croissant, pain au chocolat, roti tawar, roti gandum panggang lengkap dengan mentega dan selai buah. Sarapan pagi tidak lengkap tanpa tersedianya pilihan kopi cappuccino, espresso, cafe latte, macchiato, American dan pilihan teh Earl Grey, English Breakfast, teh hijau, roasted Japanese, Moroccan mint, chamomile, sencha green atau green jasmine.


Dengan desain kabin yang modern dan bersih, banyaknya pilihan in-flight entertainment, menu makanan yang lezat dan beragam pilihan minuman serta pelayanan dari pramugari yang hangat, tentunya Skytrax World Airline Awards tidak salah pilih dalam menganugerahi Qatar Airways sebagai "Airline of the Year 2011". Tapi ada satu yang saya keluhkan, setelah menjadi keanggotaan Gold, kok, tidak pernah di-upgrade ke Business Class lagi?

http://feedproxy.google.com/~r/ranselkecil/~3/j4fzMgAQc5s/pengalaman-dengan-business-class-qatar-airways

Dieng Culture Festival 2011: Larung Rambut Gimbal

Posted: 08 Sep 2011 12:15 AM PDT

Dieng Culture Festival 2011: Larung Rambut Gimbal

Pada dasarnya dalam acara ruwat rambut gimbal saat Dieng Culture Festival 2011 ini terdapat empat prosesi yang utama yaitu kirab rambut gimbal, jamasan/memandikan si anak rambut gimbal, pemotongan rambut gimbal, dan yang terakhir adalah larung rambut gimbal. Berdasarkan legenda, rambut gimbal anak-anak Dieng ini berasal dari Ratu Laut Kidul yang dititipkan kepada Tumenggung Kolo Dete beserta keturunannya. Untuk itu pada prosesi terakhir ruwatan rambut gimbal adalah melarung hasil potongan rambut anak-anak tadi ke sebuah sungai yang bermuara ke Laut Selatan (Samudra Hindia) untuk mengembalikan rambut gimbal kepada Ratu Laut Kidul. Biasanya yang digunakan untuk melarung potongan rambut gimbal adalah Telaga Warna dan Sungai Serayu. Air Telaga Warna memang mengalir ke Sungai Serayu dan diyakini bermuara sampai ke Samudra Hindia.

Dari Komplek Candi Arjuna, rombongan para sesepuh dan para abdi yang membawa potongan rambut gimbal menuju ke Telaga Warna dengan menggunakan kereta wisata yang sama saat melakukan kirab tadi. Jarak antara Komplek Candi Arjuna dan Telaga Warna agak jauh jika harus ditempuh dengan jalan kaki. Untuk itu saya dan beberapa orang jurnalis nebeng mobil pickup bak terbuka yang juga membawa petugas pengamanan pariwisata.

Dieng Culture Festival 2011: Larung Rambut Gimbal
Dieng Culture Festival 2011: Larung Rambut Gimbal

Sesampainya di pintu masuk Telaga Warna, seorang juru kunci langsung duduk untuk berdoa kemudian berjalan ke arah telaga diikuti rombongan dengan hening. Tidak ada suara yang terdengar kecuali dari gesekan langkah kaki. Komunikasi antar jurnalis dan pengunjung yang ingin melihat proses pelarungan pun hanya berupa bisikan-bisikan. Langkah kaki mulai terhenti saat rombongan sudah sampai di lokasi pelarungan. Lokasinya dekat dengan Goa Sumur dan Goa Jaran. Para sesepuh dan abdi duduk bersila pada tempat yang sudah disediakan di tepi telaga.

Ritual diawali dengan berdoa dan menyalakan beberapa batang dupa. Terlihat rambut gimbal berada di dalam baskom disertai beberapa sesajen yang juga akan dilarung ke Telaga Warna. Seperti tadi, suasanya sangat hening. Hanya suara shutter kamera yang terdengar. Selesai berdoa, lima orang sesepuh mulai berjalan memasuki telaga. Mereka berjejer dari depan sampai belakang. Potongan rambut gimbal yang ada di dalam baskom dilarung terlebih dahulu. Kemudian diikuti oleh sesajen yang berupa pisang, nasi tumpeng, dan lain-lain. Setelah rambut dan sesajen dilarung, para sesepuh ini kembali berdoa sebagai penutup berlangsungnya ritual ruwatan rambut gimbal.

Sebelum bubar, para sesepuh ini diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi. Pada intinya yang saya tangkap, para sesepuh ini dulunya juga berambut gimbal. Mereka hanya meneruskan tradisi turun-temurun yang diceritakan orang tua mereka. Sementara itu adanya sesajen dan sejenisnya hanyalah sebagai simbol rasa terima kasih kepada Tuhan. Menurut mereka Tuhan nggak doyan sama yang namanya sesajen, jadi sesajen itu hanya simbol belaka. Kalau Tuhan doyan sesajen pasti semua orang bakal memeberikan sesajen. Dan yang cukup menggembirakan, para sesepuh ini sangat setuju apabila ruwatan rambut gimbal digunakan sebagai promosi pariwisata karena akan mendongkrak perekonomian masyarakat Dieng.

Dieng Culture Festival 2011: Larung Rambut Gimbal
Dieng Culture Festival 2011: Larung Rambut Gimbal

Mungkin bagi sebagian orang menganggap ritual-ritual seperti ini sudah melenceng dari ajaran agama karena mempercayai hal-hal gaib atau sejenisnya. Tapi ambil saja sisi positifnya. Ini salah satu kekayaan budaya Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain dan bisa menjadi alat untuk mendongkrak potensi pariwisata. Tentu saja efeknya bisa menumbuhkan perekonomian masyarakat dalam bidang kepariwisataan.

Dengan berakhirnya ruwatan rambut gimbal, maka berakhir pula acara puncak Dieng Culture Festival 2011. Saya kembali ke penginapan nebeng lagi mobil bak terbuka tadi. Saya istirahat sejenak di penginapan dan kemudian mandi sebelum udara menjadi sangat dingin menusuk tulang. Karena hari belum terlalu sore, waktu yang tersisa saya lanjutkan untuk jalan-jalan lagi keliling sekitar Dieng. Kemana saja? Tunggu di postingan berikutnya...


http://www.wijanarko.net/2011/09/dieng-culture-festival-2011-larung.html
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !

Sisa Dieng Culture Festival 2011, Tari Rampak Yakso Pringgondani Jadi Favorit Saya

Posted: 08 Sep 2011 12:12 AM PDT

Tari Rampak Yakso Pringgondani

Acara Dieng Culture Festival 2011 berakhir setelah dilakukannya larung hasil potongan rambut gimbal di Telaga Warna. Namun serangkaian acara mulai dari kirab, pemandian anak rambut gimbal, pemotongan rambut gimbal, dan larung potongan rambut masih membuat saya berdecak kagum. Semuanya luar biasa mengagumkan membuat saya ingin kembali melihat pertunjukan budaya ini tahun depan. Alangkah indahnya dan uniknya budaya bangsa ini.

Dari banyaknya rangkaian acara yang dilakukan pada Dieng Culture Festival 2011, salah satu yang membuat saya terpikat adalah adanya Tari Rampak Yakso Pringgondani saat berlangsungnya kirab rambut gimbal. Tari Rampak Yakso hanyalah salah satu dari sekian banyak tarian yang ditampilkan. Lalu kenapa ini bisa menarik perhatian saya? Tentu karena para penari Tari Rampak Yakso ini kostumnya yang paling nyeleneh, lain dari yang lain.

Tari Rampak Yakso Pringgondani
Tari Rampak Yakso Pringgondani

Pada dasarnya tarian ini memiliki tiga tokoh utama yaitu Gatotkaca, Hanoman, dan para buto (raksasa) yang jumlahnya cukup banyak. Gatotkaca memiliki badan yang kekar, gagah, dan perkasa dengan gerakan-gerakan yang sangat cool. Hanoman adalah karakter kera dengan kostum putih yang terus bergerak liar kesana-kemari layaknya seekor kera. Sementara itu yang paling menonjol adalah para buto dengan kostum yang tampak mengerikan. Rambut panjang, gigi taring yang keluar, dan tatapan mata yang tajam.

Tari Rampak Yakso Pringgondani
Tari Rampak Yakso Pringgondani

Dari segi gerak tarian sebenarnya nggak ada yang istimewa dari Tari Rampak Yakso. Gerakan para buto sangat kaku dan hanya berupa hentakan-hentakan kaki seiring dengan suara gamelan yang dimainkan. Kerincingan yang terdapat di kaki penari membuat gerakan yang kaku itu membuat tarian sangat khas. Gatotkaca bergerak sangat elegan dengan badannya yang kekar. Sementara itu Hanoman bergerak sangat liar dan tidak sungkan-sungkan mengambil barang-barang dagangan yang ada di warung seperti rokok, snack, dan makanan lainnya. Para pedagang dengan rela memberikan barangnya ke Hanoman yang sedang usil ini. Bahkan Si Hanoman tidak sungkan mengejar wanita untuk merebut barang yang diingikannya. Mungkin karena gerakan-gerakan yang simpel dan kaku ini membuat karakter penari begitu kuat. Satu hal lagi yang membuat Tari Rampak Yakso ini begitu istimewa, para penari Tari Rampak Yakso merupakan satu-satunya rombongan group penari yang memasuki arena pemotongan rambut gimbal di Candi Arjuna. Sedangkan kelompok penari lain yang sangat banyak itu melakukan pertunjukan di lapangan saat acara pemotongan rambut gimbal berlangsung. Wow indahya negeriku!

http://www.wijanarko.net/2011/09/sisa-dieng-culture-festival-2011-tari.html
Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !

CYRUS YANG AGUNG ± 590 SM-529 SM

Posted: 08 Sep 2011 12:06 AM PDT

Dia ini --Cyrus Yang Agung-- pendiri Kekaisaran Persia. Mulai kariernya selaku pejabat rendahan di bagian barat daya Iran, dia menghalau --melalui kemenangan-kemenangan pertempuran yang cemerlang-- tiga kerajaan besar (Medes, Lydian, dan Babilon), dan menyatukan hampir seluruh daerah Timur Tengah lama menjadi satu negara yang membentang mulai India hingga Laut Tengah.

Cyrus (atau Kurush nama Persinya) dilahirkan sekitar tahun 590 SM di propinsi Persis (kini Fars), di barat daya Iran. Daerah ini saat itu merupakan propinsi Kerajaan Medes. Cyrus berasal dari keturunan penguasa lokal yang merupakan bawahan Raja Medes.

Tradisi yang timbul belakangan bikin dongeng menarik menyangkut diri Cyrus ini, seakan-akan mengingatkan orang akan dongeng Yunani mengenai Raja Oedipus. Menurut dongeng ini, Cyrus adalah cucu Astyages Raja Medes. Sebelum Cyrus lahir, Astyages mimpi bahwa cucunya suatu saat akan menghalaunya dari tahta. Raja keluarkan perintah supaya semua bayi yang baru lahir dibunuh habis. Tetapi, pejabat yang dipercaya melakukan pembunuhan itu tak sampai hati melakukan pembunuhan durjana itu, tetapi diteruskannya perintah itu kepada penggembala dan istrinya supaya melaksanakannya. Namun mereka ini pun tak sampai hati. Mereka bukannya membunuh bayi lelaki melainkan memeliharanya sebagai anak sendiri. Akhirnya, ketika sang bocah tumbuh dewasa, memang betul-betul dia menumbangkan raja dari tahtanya.

Bangsa Medes dan Persia berdekatan satu sama lain, baik disebabkan asal-usul maupun persamaan bahasa. Karena Cyrus tetap meneruskan sebagian besar hukum-hukum Medes dan sebagian besar prosedur administrasi pemerintahan, kemenangannya atas Medes hanyalah merupakan sekedar perubahan dinasti dan bukannya suatu penaklukan oleh bangsa asing.

Tetapi, Cyrus segera menampakkan keinginannya melakukan penaklukan ke luar. Sasaran pertamanya adalah Kerajaan Lydian di Asia Kecil, dikuasai oleh Raja Croesus, seorang yang kekayaannya seperti dongeng. Besi Cyrus tak ada artinya jika dibandingkan emasnya Croesus. Menjelang tahun 546 SM Cyrus menaklukkan Kerajaan Lydian dan menjebloskan Croesus ke dalam bui.

Cyrus kemudian mengalihkan perhatiannya ke jurusan timur, dan dalam serentetan pertempuran, dia taklukkan semua bagian timur Iran dan dimasukkannya ke dalam wilayah kekuasaan kerajaannya. Pada tahun 540 SM, Kekaisaran Persia membentang ke timur sejauh Sungai Indus dan Jaxartes (kini Syr Darya di Asia Tengah).

Dengan terlindungnya bagian belakang. Cyrus dapat memusatkan perhatian pada yang paling berharga dari segalanya. Kekaisaran Babylon yang makmur loh jinawi, terletak di pusat Mesopotamia tetapi dapat mengawasi segenap daerah "bulan sabit subur" (Fertile Crescent) Timur Tengah. Tidak seperti Cyrus, penguasa Babylon Nabonidus tidaklah populer di kalangan rakyat. Tatkala tentara Cyrus maju bergerak, pasukan Babylon bertekuk di lutut Cyrus tanpa suatu perlawanan. Karena Kekaisaran Babylon meliputi juga Suriah dan Palestina, kedua daerah ini pun dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Cyrus.

Cyrus menghabiskan waktu beberapa tahun untuk mengkonsolidasi penguasaannya dan mengorganisir kembali kekaisaran yang begitu besar yang telah direbutnya. Kemudian dia pimpin Angkatan Bersenjata menuju timur laut menaklukkan Massagetae, suku nomad yang hidup di Asia Tengah sebelah timur laut Caspia. Orang-orang Persia peroleh kemenangan pada saat-saat kontak senjata pertama. Tetapi pada pertempuran kedua, pertempuran tahun 529 SM, mereka terkalahkan dan Cyrus --penguasa kekaisaran di dunia yang pernah ada saat itu-- terbunuh.

Cyrus digantikan oleh puteranya Cambyses II. Cambyses mengalahkan Massagate dalam pertempuran berikutnya, menemukan mayat ayahnya dan menguburnya kembali di Pasargadae, ibukota Persia kuno. Kemudian Cambyses mengirim pasukan untuk penyerbuan Mesir, sehingga dengan demikian dia menyatukan segenap daerah Timur Tengah lama dalam satu kekaisaran.

Cyrus jelas seorang pemimpin yang punya kebolehan bidang militer. Tetapi itu cuma satu sisi dari seorang manusia. Yang lebih menonjol, mungkin, adalah kebijakan cara memerintahnya. Dia terkenal amat toleran terhadap agama-agama setempat dan juga adat-istiadat mereka. Dan dia senantiasa menjauhkan diri dari sikap kejam dan ganas seperti lazimnya para penakluk. Orang-orang Babylon, misalnya, bahkan lebih kentara lagi orang Assyria, telah membunuh beribu-ribu manusia dan mengusir semua penduduk yang dikuatirkan bakal berontak. Misalnya, ketika Babylon menaklukkan Yudea tahun 586 SM, mereka memboyong orang Yudea ke Babylon. Tetapi lima puluh tahun kemudian, sesudah Cyrus menaklukkan Babylon, dia beri ijin orang-orang Yahudi kembali ke kampung halamannya. Kalau tidak karena Cyrus, rasanya orang-orang Yahudi itu akan musnah sebagai kelompok yang terasing di abad ke-5 SM. Keputusan Cyrus dalam hal ini mungkin punya motivasi politik: bagaimanapun sedikit sekali keraguan bahwa dia merupakan seorang penguasa yang berprikemanusiaan pada jamannya. Bahkan orang-orang Yunani, yang lama sekali menganggap bangsa Kekaisaran Persia merupakan ancaman terbesar bagi kemerdekaannya, tak pernah berhenti menganggap Cyrus seorang penguasa yang betul-betul mengagumkan.

Begitu baiknya Cyrus telah menjalankan tugasnya sehingga bahkan sesudah matinya pun Kekaisaran Persia meneruskan perluasan daerah kekuasaannya. Ini berlangsung selama kira-kira 200 tahun, sampai ditaklukkan oleh Alexander yang Agung. Hampir sepanjang dua abad, daerah yang dikuasai Persia menikmati perdamaian dan kemakmuran.

Penaklukan oleh Alexander samasekali bukan pertanda tamatnya Kekaisaran Persia. Sesudah Alexander meninggal dunia, salah seorang jendralnya, Seleucus I Nicator, berhasil menguasai Suriah, Mesopotamia, dan Iran, dengan demikian dia mendirikan Kekaisaran Seleucid. Tetapi, kekuasaan asing atas Iran tidaklah berlangsung lama. Di pertengahan abad ke-3 SM pecah pemberontakan melawan kekuasaan Seleucid, di bawah pimpinan Arsaves I yang menganggap diri keturunan Achaemenid (dinasti Cyrus). Sebuah kerajaan didirikan oleh Arsaces dikenal dengan nama Kekaisaran Parthian akhirnya menguasai Iran dan Mesopotamia. Tahun 224 sesudah Masehi penguasa Arsacid digantikan dinasti Persia, Sassanid, yang juga mengaku keturunan dari Archaeminid, dan yang kekaisarannya berlangsung lebih dari empat abad. Bahkan kini Cyrus dihormati di Iran sebagai pendiri negara Persia.

Karier Cyrus Yang Agung merupakan contoh penting titik balik dalam sejarah. Kebudayaan pertama kalinya tumbuh di Sumeria, sekitar 3000 tahun SM. Selama lebih dari dua puluh lima abad bangsa Sumeria dan pelbagai bangsa Semit yang menggantikannya (seperti bangsa Akkadian, Babylonia dan Assyria) menjadi pusat peradaban. Sepanjang masa itu, Mesopotamia merupakan negeri yang terkaya dan paling berkebudayaan maju di dunia (dengan kekecualian Mesir yang secara kasar berada dalam tarap sejaiar). Tetapi karier Cyrus --yang boleh dibilang berada di tengah-tengah sejarah tercatat-- mengakhiri babak itu dalam sejarah dunia. Dari sejak itu selanjutnya, baik Mesopotamia maupun Mesir bukanlah lagi pusat budaya dunia, baik kultural maupun politik.

Lebih jauh dari itu, bangsa Semit --yang berjumlah besar di daerah "bulan sabit subur"-- tak bisa peroleh kembali kemerdekaannya berabad-abad sesudah itu. Sesudah bangsa Persia (bangsa Indo-Eropa) datang bangsa Macedonia dan Yunani, diikuti oleh pendudukan lama oleh orang Parthian, Romawi, penguasa Sassanid, kesemuanya itu adalah IndoEropa. Hingga penaklukan oleh kaum Muslimin di abad ke-7 --hampir dua belas abad sesudah Cyrus Yang Agung--daerah "bulan sabit yang subur" itu dikuasai oleh bangsa Semit.

Peta Kerajaan Cyrus yang Agung

Cyrus penting bukan cuma karena dia memenangkan banyak pertempuran dan menaklukkan banyak daerah. Arti pentingnya yang lebih besar adalah fakta bahwa kekaisaran yang didirikannya secara mantap mengubah struktur politik dunia lama.

Kekaisaran Persia, di samping luasnya daerah dan lamanya bertahan, tidaklah punya pengaruh besar dalam sejarah seperti yang dijumpai pada Kekaisaran Romawi. Inggris, atau Cina yang lebih lama. Tetapi, memperhitungkan arti penting Cyrus orang harus ingat bahwa dia sudah merampungkan sesuatu yang mungkin tak akan pernah terjadi tanpa kehadirannya. Di tahun 620 SM (segenerasi sebelum Cyrus lahir) tak seorang akan menduga bahwa dalam tempo seabad seluruh dunia lama akan berada di bawah kekuasaan suatu suku yang sama sekali tidak terkenal yang berasal dari barat daya Iran. Bahkan dengan melihat ke belakang, tak ada tampak bahwa Kekaisaran Persia salah satu kekaisaran yang punya arti penting sejarah yang karena keadaan sosial dan ekonominya akan bisa jadi begitu cepat atau lambat jadi besar. Jadi, Cyrus merupakan salah seorang yang langka yang dengan nyata mengubah jalannya sejarah.
____________________________________________________________________

Referensi:
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat

Sejarah HALAL BIHALAL

Posted: 07 Sep 2011 11:53 PM PDT

Artikel ini saya sarikan dari "70 Tahun Drs. Sunarto Prawirosujanto, Rintisan Pembangunan Farmasi Indonesia," oleh Drs. H. Abdul Mun'im, Yayasan Farmasi Gama, Jakarta, 1997″, halaman. 64-66.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Nikolaos Van Dam, Duta Besar Belanda untuk Indonesia di Jakarta.

Wieke Gur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan 1988, halalbihalal artinya acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran dan merupakan suatu kebiasaan yang khas Indonesia. Arti katanya sudah dibakukan, akan tetapi sudah puluhan tahun belum dapat ditemukan asal mula perkataan itu.

Acaranya terkait dengan agama Islam dan bunyinya bernafaskan bahasa Arab, tapi baik acara mau pun kata-katanya tidak terdapat di negeri Arab. Ada polemik mengenai perkataan itu sendiri. Ada yang menyebutkan yang benar adalah halalbihalal, ada alabehalal dan ada alalbihalal. Tetapi yang menjadi baku adalah halalbihalal.

Dalam ulasan-ulasan di koran-koran Jakarta pada masa itu, dikatakan perkataan itu timbul sejak jaman RI di Yogyakarta dan ada pula yang menyebutkannya baru muncul setelah ibu kota Republik Indonesia kembali di Jakarta, yakni tahun 1949.

Menurut ingatan Drs. Sunarto Prawirosujanto perkataan itu sudah ada sejak 60 tahun lalu di sekitar tahun 1935-1936. Menurut beliau, di taman Sriwedari pada Maleman ada penjual martabak bangsa India. Khusus pada hari Lebaran, ia berjualan di luar taman Sriwedari, di depan gerbang keluar masuk penonton. Ia dibantu seorang pribumi yang disuruh mendorong gerobak dan mengurusi api penggorengan. Untuk menarik perhatian pembantu itu berteriak-teriak "Martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal!" terus menerus sehingga setiap penonton yang melalui gerbang itu pasti mendengarnya. Tidak ayal lagi anak-anak dan anak-muda sepulangnya dari Sriwedari ikut berteriak "Martabak martabak, halal behalal" di sepanjang jalan menirukan penjual martabak itu.

Perkataan halal behalal atau alalbehalal sangat populer di kalangan masyarakat di Solo. Pergi ke Sriwedari di hari Lebaran disebut berhalalbehalal; pergi keluar berpakaian rapih di hari Lebaran disebut juga berhalalbehalal; pergi silaturahmi pada hari Lebaran (biasanya berpakaian rapih) disebut berhalabehalal.

Semula acara halalbihalal hanya berupa ucapan selamat datang dari pihak penyelenggara, disusul dengan pertunjukan dan makan bersama. Kemudian atas anjuran Bapak Mulyadi Joyomartono agar pertemuan menjadi bermakna, sebelum acara pertunjukan hendaknya didahului oleh ceramah keagamaan Islam.

Dalam kamus Jawa-Belanda kumpulan Dr. Th. Pigeaud terbitan 1938, yang dimulai persiapan penyusunannya di Surakarta pada tahun 1926 (atas perintah Gubernur Jenderal Hindia-Belanda pada tahun 1925), pada urutan huruf A dapat ditemukan perkataan "alal behalal" yang berarti "de complimenten(gaan, komen) maken(vergiffenis voor vragen aan ouderen of meerderen na de Vasten(Lebaran, Javaans Nieuwjaar) vgb". yang artinya kurang lebih sama dengan yang ada di dalam KBBI.

Selain itu pada urutan huruf H dapat kita jumpai perkataan Halal behalal, halabalal: de complementen(gaan, komen) maken(wederzijds vergiffenis vragen bij Lebaran, vgb).

Alfabet huruf Jawa adalah ha na ca ra ka. Meskipun ditulis dengan huruf ha selalu diucapkan sebagai huruf a Latin, kecuali untuk perkataan asing. Jadi tulisan hana hapa (ada apa, Indonesia), harus dibaca ana apa. Tapi huruf ha dalam perkataan dahar dan raharja, misalnya, dibaca sebagai huruf h Latin.

Timbulnya dua versi, yakni alalbalal dan halalbalal dikarenakan adanya dua pandangan. Apabila dianggap sebagai bahasa Jawa, penulisannya dalam huruf Latin adalah alalbalal, tapi kalau dianggap sebagai bahasa asing, maka harus ditulis halalbalal atau halalbehalal.

VW combi impian !

Posted: 07 Sep 2011 11:47 PM PDT

Mobil keluarga satu ini sangat jarang di jalanan. Kebanyakan pemiliknya mengandangkan mobil asal Jerman ini di garasi rumah. Namun beda bagi Yoyon, pria yang akrab disapa Piston memodifikasi VW Brazil-nya hingga tampil ciamik layaknya mobil MPV baru.


VW Brazil Modifikasi

VW Brazil dibangun hingga bisa menjadi kendaraan sehari-hari yang cukup nyaman dan bisa antar-jemput anak sekolah.


VW Brazil Modifikasi


Namun Piston mengaku sama sekali tidak menyentuh jeroan mesin hingga ke kaki-kaki.


VW Brazil Modifikasi

Piston mengecat ulang bodi VW Brazil dan mengelirnya dengan perpaduan 2 warna yakni putih muiatra dan biru laut. Untuk menjaga keaslian mobil, Piston sama sekali tidak mengubah wujudnya, ia hanya mengubah 2 kaca belakang.


VW Brazil Modifikasi


Untuk interiornya, kursi kedua bagian kabin belakang dipangkas dan hanya menyisahkan kursi ketiga. Interior yang sudah lega, dibalut dengan kulit hummer warna coklat. Warna coklat sangat mendominasi kabin depan hingga belakang.


VW Brazil Modifikasi


Sementara bagian dalam ia lengkapi dengan TV 23 inci dan PS 3 untuk mengisi waktu anak ketika dalam perjalanan. Unsur lainnya, bagian interior tidak dibiarkan kosong. Piston memanfaatkan dengan mengaplikasikan power venom, speaker venomm subwofer venom yang tersambung dengan head unit sony double din.


VW Brazil Modifikasi


Di samping itu, hobi plesiran membuat Piston harus meletakan GPS my guide di bagian dashboard.
Kirim Mobil anda yg lebih menarik di sini !

Ini lho Proses Menstruasi

Posted: 07 Sep 2011 11:44 PM PDT



Menstruasi atau haid adalah pendarahan periodik dan siklik dari rahim akibat runtuhnya jaringan endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan tahapan berikut:

a. Stadium menstruasi atau desquamasi

Pada saat stadium menstruasi, dari kandungan melalui vagina keluar darah haid disertai lapisan endometrium dan lendir dari servik. Darah yang keluar tidak membeku karena ada fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan - potongan mukosa.
Bila haid banyak maka fermen tersebut tidak mencukupi sehingga timbul bekuaan -bekuan darah haid. Banyaknya perdarahan selama haid normalnya ± 50 cc. Pada stadium menstruasi endometrium menjadi tipis.


b. Stadium Post Menstruum atau Stadium Regenerasi

Stadium ini sejak hari ke 4 menstruasi dinamakan luka akibat endometrium yang dilepaskan berangsur - angsur ditutupi kembali oleh selaput lendir yang baru dari epitel-epitel kelenjar endometrium ± 0,5 mm.

c. Stadium inter Menstruum atau Stadium Prolifer

Stadium ini berangsur dari hari ke 5 haid sampai hari ke 14 dari hari pertama haid. Kelenjar-kelenjar tumbuh lebih cepat dari jaringan lain pada stadium ini tebalnya endometrium ± 3,5 mm.

d. Stadium Pre menstruasi atau Stadimn Sekresi

Pada stadium ini endometrium tebalnya tetap tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku-Iiku serta mengeluarkan getah. Stadium sekresi berlangsnng dari hari ke 14 - 28.


Teguhsubianto.blogspot | realitycentre | Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !

Misteri Piramida di Bandung Turangga Seta, Yayasan 'Arkeolog' Mistis Penjelajah Nusantara

Posted: 07 Sep 2011 11:29 PM PDT

http://images.detik.com/content/2011/07/28/10/lalakon-image.jpg




Piramida di Gunung Lalakon, Bandung, terendus pertama kali oleh komunitas pecinta sejarah Yayasan Turangga Seta. Rupanya mereka bergerak dengan bisikan gaib plus kemampuan ilmiah. Bagaimana sepak terjangnya selama ini?

Kelompok ini didirikan sekitar 14 tahun yang lalu. Berawal dari rasa kecintaan terhadap sejarah Nusantara, mereka kemudian aktif bergerak mencari fakta-fakta baru tentang fenomena purba di Tanah Air.

Uniknya, yayasan ini bekerja bukan hanya mengandalkan dokumen-dokumen sejarah ilmiah, namun berkat bantuan mistis dari para leluhur. Metode yang diklaim efektif dan efisien guna membuktikan fakta sejarah.

"Kita menanyakan pada seseorang tentang sesuatu yang hidup di zamannya. Misalnya kita, 2.000 tahun lagi ditanya oleh orang yang hidup, ditanya istananya di mana, lalu tulisannya seperti apa," jelas Ketua Yayasan Turangga Seta Agung Bimo Sutejo saat berbincang dengan wisbenbae, Kamis .

"Itu yang kita terima melalui gaib berdasarkan informasi leluhur. Walaupun bukan raja, dia pasti mengetahui lokasi di situ dan akan menunjukkannya. Demikian juga kroscek leluhur itu dan kita cari buktinya. Selama ini selalu ketemu kok," tambah Agung.

Lewat cara tersebut, Agung mengklaim selalu berhasil menemukan benda-benda purbakala yang dicari. Mulai dari candi, artefak, hingga piramida di kawasan Bandung dan Garut yang menghebohkan itu.

"Kita juga mendapatkan bukti ada lapangan terbang di Sulawesi, landasan pacu dari batu andesit (batuan yang digunakan pada zaman megalitik) dalam jarak sekian ratus meter. Tidak ada sambungan batunya," kata Agung.

Kelompok ini juga mengaku sudah berhasil menemukan bahwa sejarah Nusantara tidak sekerdil sejarah yang tertulis di buku-buku pelajaran sejarah sekolah yang resmi atau literasi sejarah yang ada. Sebaliknya, ada bukti tanda-tanda purbakala 10.000 tahun sebelum Masehi.

Yayasan yang sering berkumpul pada malam Selasa Kliwon ini juga berhasil memetakan dan mendokumentasikan lebih dari 20 jenis aksara purba asli Nusantara yang dapat dipakai untuk membaca prasasti dan rontal-rontal kuno. Cerita mitos tentang keberadaan Kerajaan Hastina Pura, Kerajaan Ngamartalaya, Kerajaan Dahana Pura, Kerajaan Gilingwesi juga berhasil dibuktikan.

"Kami juga berhasil memetakan periodesasi terciptanya bumi sampai ke titik akhir menjadi 3 Jaman Kali Jaman Besar, dan setiap Jaman Kali kami bagi menjadi 7 Jaman Kala Jaman Sedang, dan 1 Jaman Kala kami bagi menjadi 3 Mangsa Kala Jaman Kecil," klaim Agung.

Nah, Agung juga memiliki penjelasan tentang metoda mistis yang digunakan selama ini. Menurut dia, pendekatan gaib ini bisa dilatih, selama tujuannya untuk mengungkap sejarah Nusantara.

"Pada dasarnya kecepatan pandangan mata manusia 50 gambar per detik. Artinya kalau ada sesuatu yang bergerak melebihi itu tidak akan tertangkap mata kita. Nah, kalau berpuasa dia merasakan waktu berjalan lebih lama. Ini namanya denotasi waktu. Kita dalam waktu 1 menit melihat jumlah frame gambar daripada orang normal," paparnya.


http://www.candi.web.id/wp-content/uploads/2011/02/lalakon.jpg


"Di Turangga Seta ini dipertahankan, supaya melihat lebih besar dari yang kita lihat. Bertemu dengan leluhur, Prabu Siliwangi misalnya. Kita bertanya keratonnya di mana. Lalu kalau nulis seperti apa. Kalau dia tidak tahu, berati pasti pasti demit. Kita selalu mengkroscek satu per satu," terangnya lagi.

Sayangnya, setiap temuan yayasan ini tidak diakui pemerintah. Berbagai upaya untuk meminta dukungan sudah dilakukan, namun tak mendapat sambutan positif. Agung menduga, hal ini terjadi karena 'metoda' yang mereka gunakan berbeda dengan pendekatan pemerintah.

"LIPI tidak mau ada penemuan berdasarkan menyan. Padahal kita pakai menyan," ucapnya. "Kita sudah berusaha melaporkan ke Arkenas (Badan Arkeologi Nasional), sudah 14 tahun ini, selalu membicarakan ke mereka, tapi nggak ada respons," sambungnya. Kirim Artikel anda yg lebih menarik di sini !

Tren Baru: Ibu Memakan Plasenta Bayinya

Posted: 07 Sep 2011 11:24 PM PDT

img
Dah mateng blon ya ?

Dipercaya memiliki banyak manfaat, plasenta bayi kini juga diolah menjadi makanan. Bentuk olahannya macam-macam, ada yang dimasak, ada juga yang dibuat menjadi minuman segar.

Dikutip nymag, di New York memakan plasenta bayi kini sedang tren. Setelah melahirkan, banyak ibu-ibu yang meminta rumah sakit untuk membungkus dan membawa plasentanya pulang.

Plasenta yang menjadi sumber makanan bayi saat masih dalam kandungan dipercaya memiliki banyak manfaat. Beberapa yang melakukan hal ini mengatakan mereka juga terinspirasi dari binatang yang sering memakan plasenta bayinya usai melahirkan. Kandungan zat besi dan vitamin B dalam plasenta diharapkan bisa membantu menurunkan risiko depresi pasca melahirkan serta meningkatkan persediaan ASI untuk sang bayi.

Ada beberapa cara untuk menikmati plasenta. Ada yang dimasak seperti biasa, digunakan sebagai bahan untuk campuran smoothies, atau mengubahnya menjadi kapsul. Untuk pilihan yang terakhir, ibu tersebut harus memintah bantuan ahli khusus pengolah plasenta. Plasenta akan dikeringkan lalu dimasukkan ke dalam kapsul kosong.

Tren ini masih menjadi kontroversi. Banyak juga yang mengatakan hal tersebut menjijikan dan tidak seharusnya dilakukan. Selain untuk ibu melahirkan, plasenta manusia di Rusia juga tren sebagai perawatan kecantikan. Seperti diberitakan wolipop sebelumnya, Jennifer Lopez adalah salah satu penikmat layanan masker plasenta manusia untuk membuat kulit wajahnya tetap sehat dan cerah.



Persilangan Logo Perusahaan Dunia Dengan Rival Terkuatnya

Posted: 07 Sep 2011 11:18 PM PDT

Stefan Asafti, seeorang desainer dan seniman asal Romania mencoba
menerjemahkan bagaimana para perusahaan yang memiliki rival paling ketat
di dunia ini saling mempengaruhi satu sama lain untuk terus berkembang
dan semakin maju. Karya apik ini ia namakan The Greatest
Brandversations.

#1 Microsoft & Apple

2# Mozilla Firefox & Internet Explorer



#3 Canon & Nikon

#4 McDonald & Burger King

#5 Coca-Cola & Pepsi

Persilangan Logo Perusahaan Dunia Dengan Rival Terkuatnya

0 komentar:

Posting Komentar