Malaysia lagi-lagi melecehkan pemerintah Indonesia. Kali ini mantan Menteri Penerangan Malaysia Zainudin Maidin menyebut Presiden RI ke 3 BJ Habibie sebagai pengkhianat bangsa.
Bukan kali ini saja Malaysia menyerang harga diri pemerintah atau rakyat Indonesia. Berkali-kali negeri jiran itu menyulut api kemarahan.
Sikap diam pemerintah Indonesia saat ini ternyata membuat Malaysia semakin menjadi-jadi. Berikut lima hinaan Malaysia kepada Indonesia.
1. Malaysia sebut TKI dengan sebagai Indon
Malaysia selalu menyebut negara kita dan TKI yang ada di sana sebagai Indon. Indon ternyata sebutan negatif yang bermakna jongos atau budak (belian).
Malaysia sudah hampir dua dekade menggunakan istilah Indon untuk menyebut TKI yang berada di sana. Namun bila berkomunikasi dengan sesama elit mereka sering menyebut negara serumpun, tetapi kepada PRT atau TKI, mereka menyebut Indon.
Sebutan Indon tentu sangat merendahkan martabat dan harga diri Indonesia. Namun para elit seolah menutup mata dengan istilah ini. Indonesia adalah Indon.
2. Iklan 'Indonesian maids now on SALE'
Akhir Oktober lalu masyarakat Indonesia kembali dibuat geram oleh ulah warga Malaysia. Sebuah iklan selebaran ditempel di ruang publik di Malaysia yang menyebutkan sebuah layanan jasa menyediakan tenaga kerja Indonesia. Disebutkan para TKI bisa dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga dengan harga yang didiskon.
Iklan selebaran itu berbunyi:
"Indonesian maids now on SALE. Fast and Easy Application!! Now your housework and cooking come easy. You can rest and relax, Deposit only RM 3,500! Price RM 7,500 nett."
Kecaman kepada pemerintahan Malaysia pun bermunculan. Namun pihak Malaysia menyebut bahwa iklan tersebut liar dan ditempel oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Meski demikian iklan yang marak ditempel di Malaysia itu telah melukai hati dan harga diri bangsa Indonesia.
3. Suporter Malaysia lecehkan Indonesia
Di lapangan hijau, suporter Malaysia juga pernah melecehkan bangsa Indonesia. Para suporter Malaysia pernah menyamakan Indonesia dengan binatang.
Bahkan penghinaan itu juga beredar di youtube. Penghinaan itu terjadi saat pertandingan antara Indonesia melawan Laos di Stadion Bukit Jalil Malaysia. Saat itu Suporter Malaysia yang sedang menunggu pertandingan dengan Singapura masuk ke stadion dan melecehkan Suporter Indonesia.
Bahkan hal itu membuat berang Wakapolri Komjen Pol Nanan Sukarna. Tetapi, makian itu dibalas Wakapolri dengan guyonan tajam.
"SMS saya penuh dengan makian, Indonesia dibilang anjing. Kalau kita dibilang anjing nggak usah marah. Kalau kita anjing, dia (suporter Malaysia) tainya," ujar Nanan, Jumat (30/11).
4. Malaysia klaim 6 budaya Indonesia
Pada rentang 2007-2012, Malaysia sudah 6 kali mengklaim budaya milik Indonesia sebagai warisan budaya mereka. Klaim Malaysia itu bermula pada November 2007 terhadap kesenian reog ponorogo. Selanjutnya pada Desember 2008 Malaysia mengklaim lagu Rasa Sayange dari Kepulauan Maluku. Lalu klaim batik pada Januari 2009.
Tari pendet yang jelas-jelas dari Bali juga diklaim Malaysia pada Agustus 2009 yang muncul dalam iklan pariwisata negeri jiran yang suka menyatakan diri sebagai The Truly Asia itu. Selanjutnya instrumen dan ansambel musik angklung pada Maret 2010.
Lalu yang terbaru adalah klaim Malaysia atas tari tor-tor dan gondang sambilan yang merupakan asli kesenian dari Sumatera Utara.
5. Habibie disebut pengkhianat bangsa
Mantan Menteri Penerangan Malaysia Zainudin Maidin menyebut Presiden RI Ketiga Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai pengkhianat bangsa. Tudingan ini dia tuliskan pada tajuk rencana sebuah media massa, koran Utusan Malaysia.
Dalam tulisannya, Maidin menyebut bila BJ Habibie tercatat sebagai Presiden Indonesia paling singkat dalam sejarah. Maidin menuding Habibie tersingkir karena mengkhianati negaranya, dan juga telah menjadi tamu kehormatan bagi Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat Anwar Ibrahim baru-baru ini.
Maidin menyebut mantan Menristek itu disingkirkan setelah menjadi Presiden Indonesia hanya selama 1 tahun 5 bulan karena setuju dengan desakan Barat agar mengadakan referendum di Timor Timur. Hal ini menyebabkan Timor Timur keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1999.
"Beliau mengakhiri jawatan dalam kehinaan setelah menjadi presiden sejak 20 Oktober 1999," tulis Maidin seperti dikutip dari Utusan.com, Selasa (11/12).
Tak hanya soal Timor-Timur, Maidin juga menyatakan Habibie adalah penyebab perpecahan bagi rakyat Indonesia. Saat Habibie memimpin, Indonesia memiliki 48 partai politik yang dinilai Maidin adalah sebagai bentuk perpecahan politik.
"Habibie menjadi gunting dalam lipatan terhadap Presiden RI Soeharto walaupun Soeharto yang membawanya kembali dari Jerman untuk kemudiannya menjadi wakil Presiden dan demikian juga yang dilakukan oleh Anwar Ibrahim terhadap Tun Dr Mahahtir Mohamad ketika beliau menjadi Timbalan Perdana Menteri setelah dipungut daripada ABIM," tulis Maidin.
Sumber : merdeka.com
0 komentar:
Posting Komentar