(Liputan6.com/RZ)
Risiko adalah konsep kunci di sini. Kita dibesarkan untuk mengambil risiko, karena itu merupakan tindakan bijak, sementara menghindari risiko berarti pengecut atau berpikiran sempit.
Ya, keuntungan adalah tujuan nyata orang berinvestasi. Tapi keuntungan yang ingin didapat nampaknya juga harus memperhatikan risiko yang ada di belakangnya.
Ibarat permainan bola, apakah akan mengoper ke rekan satu tim yang tengah berada dalam kerumunan lawan, atau melihat cermat keranjang, dan bersiap-siap lakukan tembakan 3 poin.
Cara yang terbaik minimalisasi risiko adalah mengenali kapan investasi ini nampak bergairah. Kalau asal ambil tanpa tujuan jelas, jangan lakukan.
Dikutip dari Forbes,com, Kamis (20/2/2013), berikut adalah 5 hal yang menyadarkan Anda bahwa investasi yang disimpan tengah bergerak liar:
1. Saham perusahaan terpangkas besar atau di bawah target dana pensiun.
Anda tahu perusahaan ini maju dan mundur. Keakraban dengan investasi Anda tidaklah salah. Tapi apakah Anda begitu ingin memiliki posisi yang lebih besar dari, katakanlah, pesaing? Bagaimana dengan blue-chip Dow tunggal?
Jika jawabannya adalah tidak, mungkin sebaiknya Anda tidak memiliki begitu banyak saham di sini. Risiko konsentrasi tetaplah risiko konsentrasi. Anda dekat dengan perusahaan tidak mengurangi risiko ini.
2. Saham-saham kecil dari berbagai jenis.
Memiliki topi kecil merupakan bagian penting dari portofolio yang seimbang. Dalam dosis sedang (sesuai dengan horison waktu investasi Anda) mereka dapat memberikan Anda keuntungan yang dibutuhkan. Tapi begitu, ini tentu hanya taruhan.
3. Menyimpan 100% investasi dalam bentuk obligasi.
Ya, Anda harus memiliki saham, terutama ketika Anda lebih muda. Pendapatan yang meningkat dan diterjemahkan ke dalam perlindungan diri terhadap inflasi yang muncul dalam waktu lama. Meski demikian, investor muda sekalipun harus memiliki posisi ikatan kecil dan campuran non-ekuitas aset seperti komoditas dan real estate.
4. Menyimpan 100% investasi dalam bentuk saham.
Di sini, masalahnya adalah inflasi. Anda tahu fakta bahwa inflasi adalah sekitar 3% atau lebih dalam waktu lama. Jika obligasi lama dibayar lebih sedikit, Anda dijamin kerugian.
Ini mungkin membuat Anda merasa lebih baik bahwa obligasi akan, pada kenyataannya, membayar Anda kembali. Tapi dalam hal ini mengapa tidak hanya memegang uang tunai?
Masalah yang lebih besar adalah menjual obligasi di lingkungan suku bunga meningkat. Jika penerbitan obligasi baru dibayar lebih, obligasi tua Anda akan kehilangan nilai dan menjadi lebih sulit untuk menjual tanpa mengambil hit pada harga.
Obligasi adalah pemberat dalam portofolio Anda, penyeimbang yang berguna, bukan strategi pensiun.
5. Menjadi uninvested.
Apakah Anda memutuskan untuk menyimpan uang kas pada tahun lalu? Sayang sekali. Anda melewatkan kenaikan dua digit dalam pergerakan saham tahun lalu. Penasihat keuangan sering menunjukkan, hanya membutuhkan waktu urang dari sehari untuk melihat perdagangan saham bisa bergerak menjadi terbesar.
Terlalu percaya pada kemampuan kita sendiri untuk memprediksi arah umum dari pasar adalah penyakit luas. Salah satu gejala terlalu percaya adalah duduk di kas untuk untuk waktu yang lama.
Menunggu terlalu lama tak hanya membuat Anda kehilangan peluang, lebih-lebih dapat turunkan dayabeli Anda utamanya ketika terjadi inflasi.
Dari kelima contoh kasus tadi, seseimbangan adalah kuncinya
Jadi apa investasi yang "ideal"? Sebuah portofolio yang seimbang akan mencakup saham asing dan domestik, berbagai obligasi, komoditas, dan real estate. Rebalancing adalah kunci, tinggal di pasar cukup lama untuk mewujudkan rebalancing dapat memberikan keuntungan bagi investor pensiun.
Alokasi aset dapat meredam risiko sementara memungkinkan ruang untuk reward, melalui normal up-and-down yang diharapkan dalam waktu lama.
Sumber: liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar