SAYA langsung teringat Danau Toba. Sekitar 75 persen seat Merpati penerbangan Bali-Labuan Bajo, terisi bule. Mereka adalah para turis yang ingin plesiran ke Pulau Komodo. Sungguh ramai. Tidak seperti Danau Toba yang sepi.
Beberapa waktu lalu, wartawan JPNN ini melakukan perjalanan Jakarta-Bali-Labuan Bajo-Ruteng (Manggarai, Flores, NTT). September-Juli konon merupakan masa liburan orang-orang Eropa. Bulan-bulan itu merupakan bulan favorit warga Labuaan Bajo dan sekitarnya, untuk menangguk rejeki dari para turis asing.
"Ya setiap hari ya seperti ini Pak," ujar seorang petugas bandara Komodo, Labuan Bajo, Manggarai Barat, kepada JPNN, saat ditanya lalu-lalangnya muka bule di bandara yang kecil itu.
Dinding ruang tunggu bandara dipapar foto-foto eksotisme Komodo yang menggeliat, air terjun yang masih bening, wanita manis berbaju etnis, dan serangkaian upacara adat penduduk tempatan. Bandara menjadi tempat pertama mengenalkan wisata lokal. Poster hewan langka itu nempel dimana-mana.
Cerita menarik disampaikan Martinus, sopir Xenia, angkutan travel yang di sana disebut taxi. Dia mengatakan, jumlah turis yang mengunjungi Pulau Komodo melonjak drastis sejak heboh pemberitaan Pulau Komodo masuk nominasi tujuh keajabian dunia (New7Wonders).
Pria bujangan itu cerita, taxi yang dibawanya itu tak pernah sepi. Begitu juga para rekannya seprofesi. "Setiap hari kami selalu mengantarkan turis dari bandara, ke tempat-tempat wisata di sini," ujarnya, sembari memegang stir.
Harga sewa taxi di sana juga lumayan mahal, lebih mahal dibanding di Bali. Untuk lima jam perjalanan, Labuaan Bajo-Manggarai, dipasang tarif kisaran Rp600 ribu hingga Rp700 ribu. Tergantung jenis taxinya. Makin nyaman, makin mahal. Mobil beruang tinggi-lebar, menjadi favorit turis karena kakinya yang panjang bisa selonjoran.
Geliat warga menangguk rejeki dari turis juga terus terasa begitu beranjak dari bandara Komodo. Kios penjual cederamata bertebaran, yang mayoritas pajangan berupa kerajinan miniatur hewan komodo, dalam berbagai pose. Hotel berbintang hingga non-bintang, tak sulit ditemukan di daerah yang oleh banyak kalangan dianggap gersang itu.
Di sepanjang bibir pantai, tak jauh dari bandara, kapal-kapal hilir-mudik, mengantar turis menuju Pulau Komodo. Tenaga kerja lokal terserap, dollar juga terserap.
Saya lantas teringat Danau Toba. Saya teringat Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, dan Bupati Samosir Mangindar Simbolon. Jusuf Kalla, saat muncul kontroversi mengenai track record penyelenggara kontes News7Wonders, dengan enteng mengatakan, dirinya tak peduli dengan soal itu. Justru katanya, makin muncul kontroversi, Pulau Komodo makin terkenal.
JK- panggilan tenar wantan wapres itu- jauh hari sudah memprediksi, jika Pulau Komodo masuk News7Wonders, jumlah kunjungan turis bisa melonjak mencapai 20 kali lipat dibanding sebelumnya. Omongan pria asal Makassar itu pun terbukti, dengan angka lonjakan yang entah berapa.
Memang, agak repot membandingkan Pulau Komodo dengan Danau Toba. Bisa dibilang, Pulau Komodo bisa rame lantaran mendapat limpahan turis yang suka berjemur di sejumlah pantai indah di Pulau Dewata. Ini lantaran penerbangan Bali-Labuaan Bajo hanya memakan waktu 1 jam 20 menit. Sedang perjalann darat Medan-Samosir, setidaknya butuh lima jam. Mana ada turis mau menekuk kakinya yang panjang di dalam mobil selama itu?
Di sini lah, dorongan Menteri BUMN Dahlan Iskan mengenai pentingnya pengembangan Bandara Silangit menjadi bandara internasional, menjadi mendesak dan mengusik ingatan saya.
"Pak Dahlan bilang ke saya, danau terindah di China saja kalah dengan keindahan Danau Toba. Pak Dahlan bilang, danau di China tidak ada apa-apanya dibanding Danau Toba. Dosa kita kalau keindahan dari Tuhan ini kita biarkan saja (tidak diurus dengan baik). Begitu kata Pak Dahlan," cerita Mangindar Simbolon kepada koran ini, beberapa waktu lalu, terkait pentingnya pengembangan bandara Silangit.
Tapi tak bisa sepenuhnya kondisi Bandara Silangit saat ini dijadikan kambing hitam. Bandara Komodo tergolong kecil, bahkan bisa dibilang sangat kecil. Tapi tetap saja dijubeli turis. Jika saja Danau Toba menarik turis, barangkali Bandara Silangit dengan kondisinya sekarang, tetap saja bisa rame. Jadi, kuncinya, daya tarik Danau Toba.
Sejatinya Danau Toba juga sudah didaftarkan ikut kontes N7W pada tahun 2007, bersama Anak Krakatau dan Pulau Komodo. Hanya saja, Danau Toba akhirnya tersingkir. Pulau Komodo yang lolos masuk tujuh keajaiban dunia.
JK dan Dahlan adalah tokoh nasional. Khusus JK, dia teramat peduli dengan kawasan timur Indonesia. Warga di sana, begitu mencintai dia. Dia mampu memenej pemberitaan kontoversi Pulau Komodo, menjadi berkah luar biasa.
Adakah tokoh nasional asal Sumut yang serius mempromosikan Danau Toba? Adakah kontroversi danau yang bisa dijual ke dunia? Ah…belakangan yang ada malah kontroversi pembuangan limbah.
(JPPN)
0 komentar:
Posting Komentar