Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Jumat, 01 April 2011

Etnis Massenrempulu, Enrekang

logo enrekangBumi Massenrempulu sangat kaya akan beragam seni budaya dan adat tradisi. Dalam perkembangan sejarahnya, masyarakat hukum adat di Massenrempulu berkembang dinamis, sejalan dengan perkembangan zaman. Sayang, masyarakat hukum adat yang benar-benar asli dan belum tersentuh pengaruh dari luar, dalam kenyataannya telah berkurang. Tidak dipungkiri, seni budaya dan adat istiadat berperan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, termasuk membangun dan mensejahterakan seluruh rakyat, khususnya di Kabupaten Enrekang. Hanya saja, semuanya itu sudah tidak mendapat perhatian lagi dari komponen masyarakat. Padahal, keanekaragaman seni budaya dan adat istiadat yang dimiliki Kabupaten Enrekang sangat banyak. Tidak disangka, Enrekang adalah satu-satunya wilayah yang ada di Sulawesi Selatan, yang memiliki lima kerajaan. Bone ataupun Luwu yang sangat dikenal, hanya memiliki satu kerajaan saja. Inilah yang coba dipecahkan pemerintah Kabupaten Enrekang untuk mencarikan solusinya. Melalui kegiatan Temu Adat Massenrempulu tahun 2008, seni budaya dan adat istiadat yang saat ini seakan terkubur oleh perkembangan zaman, coba dibangkitkan lagi. Pertemuan para pemangku adat di seluruh wilayah Kabupaten Enrekang, dikumpulkan di Pendopo Rumah Jabatan Bupati Minggu malam (2/3), untuk membahas persoalan tersebut. Banyak hal yang terkuak tentang seni budaya dan adat istiadat Massenrempulu. Terlebih tatkala budayawan nasional, yang juga putra Massenrempulu, Udin Palisuri mengutarakan seluruh riwayat keberadaan Kabupaten Enrekang melalui lantunan puisinya. Acungan jempol-pun kemudian dialamatkan kepada Kantor Pariwisata yang menjadi leading sector kegiatan tersebut. Untuk pertama kalinya, Temu Adat Massenrempulu dilaksanakan dengan menghadirkan seluruh pemangku adat yang ada di Kabupaten Enrekang. "Kegiatan ini adalah yang pertama kalinya dilaksanakan sejak Kabupaten Enrekang diproklamirkan," jelas Kepala Kantor Pariwisata, Djuir Palisuri. Pertemuan tersebut bertemakan Pelestarian dan Aktualisasi Adat Budaya Daerah. Tidak cukup hanya semalam, acara tersebut dilanjutkan keesokan harinya, Senin (3/3) di Gedung PKK Kabupaten Enrekang. Mulai pukul 08.00 hingga pukul 12.00 WITA, semua persoalan yang menyangkut kebudayaan Kabupaten Enrekang terungkap, dengan menghadirkan pembicara dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Cabang Sulsel, Plt. Sekpel Sirajuddin, yang membicarakan tentang Kedaulatan dan Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat.

Setelah itu, dilanjutkan dengan pembicara dari Ketua Lembaga Adat Borong, Drs. Syafruddin. Diceritakanlah bagaimana pelaksanaan kehidupan sehari-hari di Borong, yang masih sangat kental dengan adat istiadatnya. Seluruh peserta sangat antusias mengikuti acara itu. Sehingga, diakhir acara, satu tekad kebersamaan yang telah dihasilkan, yaitu akan membentuk Dewan Adat Massenrempulu. Sebagai awal pengaplikasiannya, para pemangku adat mengharapkan agar pemerintah segera membuatkan Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang Komunitas Adat Massenrempulu. Apresiasi tertinggi-pun datang dari pemerintah Kabupaten Enrekang. Keinginan Bupati Enrekang, Haji La Tinro La Tunrung untuk mengembalikan citra budaya Massenrempulu sangat besar, sejalan dengan adanya temu adat itu. Bahkan, pada kesempatan itu, dan di berbagai acara lainnya, Bupati sering mengungkapkan bahwa, Kabupaten Enrekang memiliki seni budaya yang sangat banyak yang tidak dimiliki daerah lain. Salah satunya adalah bahasa. "Mungkin hanya Enrekanglah yang memiliki tiga bahasa. Yaitu, Duri, Enrekang dan Maiwa," ungkapnya. Sehingga, ada keinginan Bupati untuk menjadikan Massenrempulu sebagai salah satu etnis (suku) yang resmi di Indonesia. Keinginan ini sudah terkuak di awal kepemimpinan Haji La Tinro La Tunrung di Bumi Massenrempulu. Gelar Budaya Nasional pernah dilaksanakan di lapangan Abubakar Lambogo Batili. Salah satu kesepakatan telah lahir pada waktu itu, akan adanya pengakuan keberadaan etnis Massenrempulu di Indonesia. "Kita sudah memenuhi seluruh persyaratan menjadikan Massenrempulu sebagai salah satu etnis di tanah air. Sekarang, kita tinggal berusaha bagaimana caranya agar etnis Massenrempulu segera mendapatkan pengakuan," harap Bupati.

0 komentar:

Posting Komentar