Seks bisa membantu meningkatkan produksi hormon oksitosin yang membantu perbaikan sel kulit
Saat ini tak sulit menemukan artikel tentang seks di media. Bahkan permasalahan seks telah dibawa ke ruang umum melalui diskusi di media sosial ataupun seminar.
Padahal, dulu topik seksologi adalah sesuatu yang dianggap tabu. Tatanan budaya menempatkan seks sebagai sesuatu yang penuh misteri dan memalukan untuk didiskusikan secara umum meski dalam kerangka ilmiah.
Salah satu ilmuwan yang mendobrak ketabuan pada masalah seksual adalah Dr William Masters dan Virginia Johnson. Mereka mulai melakukan penelitian mengenai perilaku seksual pada tahun 1950-an.
Pasangan ilmuwan ini membuat terobosan besar dalam bidang seksologi dan mematahkan mitos-mitos keliru di masyarakat.
Mereka membahas organ seks dan fungsinya dalam kerangka ilmiah seperti saat kita membahas bagian tubuh lain seperti jantung atau paru-paru.
Metode yang mereka lakukan pun cukup kontroversial pada zamannya, yakni melalui observasi. Pasangan peneliti ini mengamati ratusan relawan dan ribuan kali orgasme untuk tujuan mengetahui mekanisme biologis dan aktivitas otak saat terjadinya orgasme.
Selain observasi, mereka juga menggunakan kamera kecil yang dipasang di tubuh relawan ketika mereka berhubungan seksual dengan pasangannya. Kisah pasangan ini dibuat dalam serial berjudul Masters of Sex yang akan tayang di Amerika akhir September mendatang.
Berikut adalah tiga terobosan penting dalam seksologi yang dihasilkan Masters dan Johnson.
1. Seks memiliki tahapan berbeda
Masters dan Johnson mengidentifikasi perubahan biologi dalam tubuh saat seseorang berhubungan seksual yang disebut dengan siklus respon seksual. Beberapa tahun kemudian, peneliti lain berhasil mengenali tahapan yang berbeda tersebut.
Secara umum ada empat tahapan dalam hubungan seksual, yakni tahap sangat gembira, tahap datar, tahap orgasme, dan tahap resolusi. Tahapan tersebut terjadi baik pada pria maupun wanita meski detail fisik pada setiap tahap ini berbeda.
2. Wanita bisa mengalami orgasme berulang
Penelitian membuktikan, wanita memiliki periode refraktori seperti halnya pria sehingga wanita bisa mencapai klimaks lagi dan lagi.
3. Ukuran penis tak terlalu penting
Mengenai hal ini memang masih diperdebatkan dan sangat bergantung pada preferensi individu. Namun, menurut Masters dan Johnson, vagina beradaptasi dengan ukuran penis saat terjadi hubungan seksual. Dengan kata lain, ukuran penis tidak berpengaruh besar pada kepuasan wanita.
Sumber : womenshealthmag.com
0 komentar:
Posting Komentar