Sering dijumpai saat anak mengalami demam, diare dan pipi merah orangtua selalu menanyakan ke dokter: "Dok, tolong diperiksa apakah anak saya tumbuh gigi ?" Selain itu, banyak orangtua selalu mengaitkan berbagai tanda dan gejala tersebut dengan kemungkinan bayinya sedang tumbuh gigi. Tumbuh gigi adalah saat gigi bayi tumbuh dan mulai menembus gusinya. Seiring tumbuhnya akar giginya, ujung gigi terdorong melewati gusi . Beberapa orang juga menyebutnya "cutting teeth" atau "teething".
Biasanya tumbuh gigi ini diiringi rasa tidak nyaman pada bayi. Jangan heran bila bayi menjadi rewel. Ternyata tumbuh gigi dapat menyebabkan demam, diare, atau ruam kemerahan di kulit hanya sekedar mitos, dan belum pernah terbukti dalam penelitian. Namun banyak orangtua, nenek atau bahkan sebagian dokter yang masih meyakini mitos salah tersebut.
Bukan hanya nenek atau orang tua, ternyata sebagian dokter atau profesional medis masih percaya beberapa gejala yang sebenarnya tak terkait dengan tumbuh gigi. Keyakinan yang salah orang tua terkait dengan tumbuh gigi dapat mengganggu diagnosis yang tepat dan pengelolaan berbagai penyakit serius.
Diperlukan penelitian lebih jauh untuk memahami fakta dan keyakinan yang salah dikaitkan pertumbuhan gigi. Dokter dan profesional medis perlu dididik tentang tumbuh gigi untuk memberi penjelasan yang masuk akal untuk pengasuh yang bersangkutan. Tumbuh gigi mengacu pada proses gigi baru naik atau tumbuh melalui gusi. Tumbuh gigi pada bayi dapat mulai semuda usia 2 bulan, meskipun gigi pertama biasanya tidak muncul sampai sekitar usia 6 bulan.
Beberapa dokter gigi telah mencatat pola keluarga "terlalu awal," rata-rata "," atau "terlambat". Biasanya, gigi pertama yang tumbuh adalah salah satu, gigi seri tengah bawah. Beberapa anak akan memiliki pola erupsi gigi seri mereka. Orang lain akan memiliki letusan gigi pada saat yang sama. Sebagian gigi menembus gusi, bagian tersebut mungkin terlihat sedikit merah atau bengkak di gigi. Kadang-kadang area berisi cairan yang mirip dengan "melepuh seperti berdarah" dapat dilihat selama gigi tumbuh. Beberapa gigi mungkin lebih sensitif dibandingkan orang lain ketika mereka meletus. Gigi pertama meletus mungkin yang paling sensitif. Kadang-kadang, geraham yang lebih besar menyebabkan ketidaknyamanan lebih karena luas permukaan yang lebih besar mereka yang tidak dapat "slice" melalui jaringan gusi sebagai gigi seri meletus mampu melakukan
Tanda Dan Gejala
Beberapa bayi kadang lebih merepotkan dari biasanya ketika mereka tumbuh gigi. Hal ini terjadi karena rasa nyeri dan pembengkakan pada gusi gigi sebelum datang melalui. Gejala ini biasanya mulai sekitar 3 sampai 5 hari sebelum gigi menunjukkan, dan mereka menghilang segera setelah gigi merobek atau melukai kulit gusi. Banyak bayi tampaknya tidak terpengaruh oleh tumbuh gigi. Bayi dapat menggigit jari mereka atau mainan untuk membantu meringankan tekanan pada gusi mereka. Mereka juga dapat menolak untuk makan dan minum karena mulut mereka terluka. Banyak bayi ngiler selama tumbuh gigi, yang dapat menyebabkan rashon sebuah dagu, wajah, atau dada.
Tanda dan gejala tumbuh gigi
- Banyak berliur atau drooling.
- Tidur kurang dan gelisah karena ketidaknyamanan gusi
- Selera makannya terganggu, penolakan makanan karena rasa sakit pada daerah gusi
- Rewel yang datang dan pergi
- Tangan sering masuk ke mulut
- Rewel serta menangis lebih sering di malam hari.
- Selalu ingin menggigit untuk mengurangi rasa sakitnya.
- Gusinya membengkak dan merah.
- Lebih sering minta minum ASI, atau justru menolak minum ASI karena gusinya sakit.
- Perubahan tanda-tanda vital (detak jantung, tingkat pernapasan, dan tekanan darah), jumlah oksigen dalam darah, dan ekspresi wajah bayi dan perilaku yang paling banyak digunakan untuk rasa sakit tingkat bayi '.
- Ada skala penilaian nyeri yang berbeda digunakan untuk bayi, seperti Skala FLACC (FLACC stands for face, legs, activity, cry, consolability) dan Riley Infant Pain Scale. Sistem nyeri Peringkat ini melihat perilaku bayi untuk menentukan tingkat rasa sakit.
- Menggosok pipi atau wilayah telinga akibat nyeri selama tumbuhnya gigi molar
Tumbuh gigi belum terbukti menyebabkan
- Demam (terutama lebih dari 101 derajat Fahrenheit/38,5 derajat Celcius)
- Diare, muntah, pilek, dan batuk
- Kerewelan berkepanjangan
- Ruam pada tubuh
Tumbuh gigi ternyata tak menyebabkan diare, demam, ruam, kejang atau bronkitis. Ini mungkin terkait dengan beberapa kegelisahan siang hari, mengisap ibu jari, gosok gusi, air liur dan kerugian sementara nafsu makan. Tidak jelas apakah tanda-tanda ini perkembangan pada asal atau benar-benar berhubungan dengan erupsi gigi. Penyakit yang terjadi dengan tumbuh gigi harus dievaluasi secara menyeluruh sehingga gangguan sistemik yang serius tidak diabaikan.
Penelitian menunjukkan bahwa pengamatan selama 19 hari terhadap 422 anak dan 475 anak dengan tumbuh gigi. Gejala hanya signifikan lebih sering dalam 4 hari sebelum munculnya gigi, hari munculnya, dan 3 hari setelah itu, periode tujuh hari itu didefinisikan sebagai periode tumbuh gigi. Peningkatan menggigit, air liur, getah-gosok, mengisap, lekas marah, tidur mudah terjaga, telinga-gatal, ruam wajah, penurunan nafsu makan untuk makanan padat, dan elevasi suhu ringan semua statistik ievaluasi berkaitan dengan tumbuh gigi. Kemacetan, gangguan tidur, kelonggaran tinja, jumlah tinja meningkat, nafsu makan menurun untuk cairan, ruam batuk, selain wajah ruam, demam lebih dari 38,5 derajat Celsius, dan muntah tidak bermakna dikaitkan dengan munculnya gigi.
Walaupun banyak gejala yang dikaitkan dengan tumbuh gigi, gejala tidak terjadi pada> 35% dari bayi tumbuh gigi, dan gejala tidak terjadi> 20% lebih sering pada tumbuh gigi daripada di bayi yang tidak tumbuh gigi. Tidak ada anak dengan tumbuh gigi mengalami demam dari 38,5 derajat Celsius dan tidak memiliki penyakit yang mengancam jiwa. Iritabilitas, peningkatan air liur, hidung meler, kehilangan nafsu makan, diare, ruam, dan gangguan tidur berhubungan dengan erupsi gigi primer. Hasil penelitian ini mendukung konsep bahwa terjadinya tanda-tanda parah dan gejala, seperti demam, tidak dapat dikaitkan dengan tumbuh gigi. Awal mula gigi pertama si kecil akan muncul, memang tak ada petunjuk pasti. Rata-rata, pada mulai umur 6 bulan, gigi bayi sudah mulai kelihatan, namun ada juga yang sudah mulai tumbuh saat bayi 3 bulan.
Di Indonesia, gigi anak-anak umumnya baru lengkap pada usia 3-3,5 tahun. Gigi-geligi yang disebut gigi susu tersebut, akan tanggal satu demi satu, untuk kemudian digantikan dengan gigi tetap. Jumlahnya sekitar 20 buah, yaitu sepuluh di atas dan sepuluh lagi di bawah. Tumbuh gigi seringkali menimbulkan ketidaknyamanan pada bayi, membuatnya resah dan mudah tersinggung. Bayi biasanya merasa paling kesakitan saat gigi pertamanya tumbuh karena itu sensasi baru, dan saat gigi geraham tumbuh karena ukurannya yang besar. Rasa nyeri ini bias diikuti dengan meningkatkan suhu tubuh. Namun tidak sampai menimbulkan demam tinggi.
Gangguan gusi dan mulut
Mitos diare, batuk, pipi merah atau demam sebagai bagian dari tanda dan gejala tumbuh gigi mungkin tidak salah. Karena, pada penderita hipersensitif saluran cerna atau penderita alergi saat terjadi gangguan infeksi baik ISPA atau infeksi diare seringkali terjadi gangguan dan perubahan di sekitar mulut seperti bibir kering, lidah kotor, berpulau, mulut berbau termasuk gusi bengkak dan berdarah. Dalam penelitian yang dilakukan penulis terhadap 212 anak usia di bawah usia 2 tahun dengan gangguan alergi dan hipersenisitif saluran cerna .
Ternyata saat mengalami infeksi ISPA atau infeksi virus lainnya saat bersamaan mengalami gangguan di sekitar mulut. Pada kondisi ini beberapa bagian gusi bayi membengkak tetapi setelah infeksi membaik diikuti gusi kembali normal tetapi tidak tumbuh gigi. Dalam keadaan seperti itu ternyata terdapat gangguan peningkatan ngiler atau drooling, tidur gelisah karena ketidaknyamanan gusi, penolakan makanan karena rasa sakit pada daerah gusi, rewel yang hilang timbul, tangan sering masuk ke mulut dan menggosok pipi atau wilayah telinga akibat nyeri selama tumbuhnya gigi molar.
Penanganan
Bila bayi anda mengalami tanda dan gejala nyeri gigi seperti itu sebaiknya dapat dilakukan beberapa cara dan penanganan untuk membantu mengrangi nyeri. Gejala ringan yang lebih baik biasanya tidak perlu khawatir. Hubungi dokter jika gejala bayi yang parah atau tidak membaik.
- Penelitian menunjukkan dengan hanya memegang bayi dengan sentuhan kulit bayi dan kulit ibu dengan kasih sayang dapat mengurangi rasa nyeri. Hal inilah yang sering dianggap remeh oleh orangtuasehingga saat bayi menangis keras dibiarkan saja. pembiaran bayi tersebut karena dianggap kalau sering digendong nanti menjadi manja. Pendapat lain lagi bahwa biarlah bayi menangis keras karena untuk latihan pernapasan. Padahal dalam keadaan menangis yang keras dan disertai menjerit biasanya bayi sdang dalam kesakitan yang tidak ringan.
- Mengalihkan perhatian bayi dengan gerakan, musik mengisap, mainan, berbicara, bergoyang atau bernyanyi.
- Pemberian grape water atau beberapa multivitamin lain tidak terbukti bermanfaat dalam penanganan tumbuh gigi atau untuk mengurangi nyeri
- Menyusui-mungkin saja pereda nyeri yang sempurna dengan prosedur sederhana.
- Menyusui bayi dengan memegang, kulit-ke-kulit, mengisap, dan pemberian rasa manis pada dot atau tangan atau minuman. Ini semua adalah cara yang telah terbukti untuk mengurangi rasa sakit bayi merasa-digabungkan dalam satu paket yang nyaman.
- Sebagai alternatif untuk menyusui, memberikan bayi larutan gula tetapi bukan madu karena dapat menyebabkan botulisme pada bayi di bawah satu tahun.
- Bila perlu dokter dapat memberitahu tentang dosis yang tepat acetaminophen atau ibuprofen untuk bayi, atau obat lain untuk membantu menghilangkan rasa sakit.
Referensi
- Sood S, Sood M. Teething: myths and facts. J Clin Pediatr Dent. 2010 Fall;35(1):9-13.
- Leung AK. Teething. Am Fam Physician. 1989 Feb;39(2):131-4.
- Macknin ML, Piedmonte M, Jacobs J, Skibinski C. Symptoms associated with infant teething: a prospective study. Pediatrics. 2000 Apr;105(4 Pt 1):747-52.
- Ramos-Jorge J, Pordeus IA, Ramos-Jorge ML, Paiva SM. Prospective longitudinal study of signs and symptoms associated with primary tooth eruption. Pediatrics. 2011 Sep;128(3):471-6. Epub 2011 Aug 8.
0 komentar:
Posting Komentar