Jenazah Eka Indah Jayanti (27) wanita yang dibunuh pacarnya di Surabaya tiba di Grobogan dan dimakamkan di pemakaman umum Desa Tuko, Kecamatan Pulokulon, Grobogan. Korban tiba dari Surabaya pukul 02.00 WIB dini hari. Ratusan pelayat ikut menghadiri pemakaman gadis berwajah cantik tersebut.
Kasus meninggalnya alumni sebuah akademi bahasa asing di Yogyakarta tersebut menjadi pembicaraan masyarakat. Anak pertama pasangan Sutejo (54) dan Wagirah (50) itu dibunuh Emil Bayu Santoso (37), pria beristri yang menjadi yang menjadi pacarnya, warga Jalan Kapas Krampung 210 Surabaya. Kemudian mayatnya dimasukkan di dalam potongan tabung pipa tiang reklame.
Ada cerita menarik sebelum korban dihabisi pria yang sudah beranak istri tersebut. Sekitar lima bulan lalu saat dijemput orang tuanya di Surabaya, kondisi tubuh korban kurus kering. Pada wajahnya ada beberapa luka seperti disulut api rokok, tulang tangan kanan korban patah dan kedua kakinya lebam. Korban diduga dianiaya pelaku.
"Yang menjadi curiga keluarga adalah, ketika sakitnya hampir sembuh, korban tanpa pamit orang tuanya pergi lagi menemui pelaku. Mungkin karena guna - guna pelaku. Pasalnya, ketika korban dalam perawatan di RS Solo, ada utusan pelaku datang dari Surabaya memberi amplop berisi uang Rp 1 juta. Setelah amplop dibuka, muncul bau wangi. Karena khawatir terjadi hal - hal yang tidak diinginkan, uang tersebut diamaljariyahkan ke masjid. Beberapa hari kemudian, korban seperti bingung lalu pergi ke Surabaya tanpa pamit," tutur paman korban, Shodiq (60).
Beberapa teman korban di Desa Tuko juga curiga, ketika korban pulang dijemput keluarganya dari Surabaya pada bulan Ramadhan Agustus tahun lalu. Selain tubuhnya tampak kurus, pada tangan korban terdapat bekas luka seperti sayatan silet.
"Saya menduga, hubungan dekat dengan pelaku, tidak hanya sebatas masalah asmara, tetapi ada masalah lain yang mengakibatkan korban tidak bisa lepas dari cengkeraman pelaku. Apalagi pembunuhan sadis itu juga melibatkan istri pelaku Patricia Yolansia Dahlia (29). Jelas pembunuhan itu tidak logis jika dikaitkan semata karena cinta segitiga," kata seorang teman dan tetangga korban yang tidak mau disebutkan namanya.
Dugaan itu juga dikaitkan dengan adanya empat orang laki - laki tak dikenal yang datang pada bulan Ramadhan lalu. Mereka memberitahukan selama korban di Surabaya dalam kondisi sehat. Keempat orang tersebut diduga hanya bertujuan mengamati dan mengawasi keberadaan korban.
"Hubungan cinta korban dengan pelaku jelas tidak wajar. Kenapa sudah dianiaya seberat itu korban masih tetap mendatangi pelaku? Saya yakin, hubungan korban dan pelaku tidak sebatas hubungan asmara," ucap warga tadi.
Sutejo (54), ayah korban menuturkan, sebenarnya sejak awal anaknya dilarang berhubungan dekat dengan pelaku. Alasannya pelaku beda agama dan belakangan diketahui sudah beranak istri. Namun karena tidak bisa dicegah, kedua orang tuanya tidak bisa berbuat banyak.
"Saya sendiri heran, mengapa anak saya bisa jatuh cinta dengan pelaku. Padahal penah dianiaya pelaku sampai masuk rumah sakit," ucap Plh UPTD Disperindagtamben Kecamatan Wirosari ini.
Ny Wagirah (50), ibu korban, minta kepada pihak berwajib untuk menghukum mati kedua pelaku. "Anak saya dibunuh sesadis itu. Pelakunya juga harus dihukum mati. Nyawa harus dibayar dengan nyawa," tutur ibu empat anak yang seharinya berprofesi sebagai guru SD Negeri Sugihan ini.
(dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar