Suatu hari, saya membaca sebuah berita di situs detik finance dengan judul "KemenPAN: Jangan Mimpi Jadi PNS Bisa Kaya, Kita Harus Siap Menderita." Statement ini mengamini pendapat sebagian orang yang mungkin berfikir bahwa PNS bisa kaya, hanya kalau korupsi. Bagaimana pendapat anda? Menurut anda, mungkin tidak seorang PNS menjadi Kaya Tanpa Korupsi. Kalau bagi saya, tidak hanya sekedar mungkin, tetapi bisa.
Sebelum jauh kita membahas bagaimana caranya, kita sepakat dulu yuk, apa definisi kaya dan apa definisi korupsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kaya adalah mempunyai banyak harta. Tentunya harta yang banyak jumlahnya relatif bagi setiap orang, untuk menyederhanakannya anggaplah orang kaya adalah orang yang memiliki penghasilan yang lebih besar daripada pengeluaran hidupnya. Dan korupsi sebagaimana definisi KBBI adalah penyelewengan, atau lebih jelasnya adalah ketika seorang pegawai negeri menerima uang ataupun natura dalam jumlah berapapun yang tidak menjadi haknya.
Apa hubungannya kekayaan dan korupsi?
Dengan korupsi, seseorang bisa menjadi kaya dalam waktu singkat. Apa sesungguhnya yang menyebabkan seorang pegawai melakukan korupsi? Menurut teori Fraud Triangle oleh Donald R. Cressey (http://www.acfe.com/fraud-triangle.aspx) terdapat 3 faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan penyelewengan atau korupsi, yaitu Pressure (tekanan), Opportunity (kesempatan) dan Rationalization (rasionalisasi).
Tekanan yang dihadapi oleh seseorang dapat berupa tekanan finansial maupun non finansial. Namun tekanan terbesar untuk melakukan kecurangan adalah tekanan finansial. Hal inilah yang banyak dialami oleh para pegawai negeri. Mereka merasa tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara hitungan matematis, pengeluaran hidupnya lebih besar daripada penghasilannya.
Kondisi ini mendorong si pegawai untuk mencari jalan singkat memenuhi kebutuhan hidupnya, kebutuhan anak istrinya, kebutuhan keluarga besarnya. Sebagaimana yang kita maklumi, banyak diantara kita yang menjadi bagian dari "sandwich generation." Dimana orang tua yang sudah tidak lagi bekerja, menjadi tanggung jawab kita secara finansial. Secara rutin, kita mengirimkan uang bulanan kepada orang tua, membiayai pengobatannya saat mereka sakit ataupun mengajak mereka berlibur bersama.
Sementara itu, istri dan anak-anak kita, keluarga kecil kita yang memang menjadi tanggung jawab kita saat ini, membutuhkan dana yang juga tidak sedikit. Mulai dari pengeluaran belanja harian, uang sekolah, uang les, dan kebutuhan rekreasi. Maka jadilah kita generasi sandwich, terjepit diantara dua tanggung jawab besar. Bayangkan kalau di saat bersamaan, baik orang tua maupun anak kita membutuhkan dana serentak, orang tua sakit, sementara tahun ajaran baru dimulai. Kondisi ini kadang membuat seorang pegawai menjadi permisif, ia tidak lagi melihat benar tidaknya tindakannya, halal/tidaknya sumber penghasilannya, yang penting, berbagai kebutuhan hidup untuk sekian banyak kepala yang bergantung kepadanya bisa segera terpenuhi.
Mulai dengan Perencanaan Keuangan yang Baik
Saya yakin, sebagian besar kita percaya bahwa korupsi bukanlah jalan yang benar untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya masih bisa diprediksi. Kondisi keuangan yang serba tidak cukup ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para pegawai untuk lebih bijaksana dan pandai dalam mengelola penghasilannya. Setiap pegawai bersama pasangannya, sepatutnya memiliki pemahaman tentang Perencanaan Keuangan Keluarga, agar berbagai tujuan finansial yang menjadi tanggung jawab kita masing-masing dapat dipenuhi, tanpa perlu korupsi.
Dengan membuat perencanaan keuangan, seseorang akan memetakan kebutuhan dan mimpi-mimpinya, mengalokasikan dana yang dimilikinya, memastikan terbayarnya hutang, menjaga pertumbuhan aset yang dimilikinya, mempersiapkan asuransi untuk memproteksi diri dan keluarga dari kejadian yang tak diinginkan serta melakukan investasi untuk merealisasikan tujuan dan mimpi-mimpi yang faktanya harus ditunjang dengan kemampuan finansial.
Perencanaan keuangan sebaiknya dilakukan secara komprehensif, agar hasil yang dicapai bisa optimal. Dengan melakukan perencanaan secara komprehensif, seseorang bisa membuat target-target yang lebih jelas serta realistis dan menjadi lebih termotivasi untuk mewujudkannya. Terdapat berbagai pendekatan yang diterapkan oleh para perencana keuangan untuk menentukan siklus perencanaan keuangan. Walaupun pendekatannya berbeda-beda dapat saya simpulkan setidaknya siklus tersebut terdiri dari 5 tahap, yaitu menentukan tujuan keuangan, melakukan financial check-up, mencari alternatif pencapaian tujuan dan mengevaluasi alternatif, membuat dan menjalankan action plan, dan terakhir adalah evaluasi secara berkala.
Sebagian besar perencana keuangan menyarankan untuk memulai proses perencanaan keuangan dengan melakukan financial check up. Namun demikian saya lebih menyarankan untuk terlebih dahulu mengeksplorasi tujuan keuangan. Hal ini dilakukan agar seseorang tidak lantas menyerah ketika tahu kondisi keuangannya tidak sehat dan justru enggan meneruskan ke tahap selanjutnya. Lakukanlah diskusi terbuka dengan pasangan untuk mulai mengeksplorasi impian keluarga dan merubahnya menjadi tujuan keluarga dengan menentukan jumlah dana yang dibutuhkan dan kapan tujuan tersebut harus direalisasikan.
Berdasarkan urgensinya, tujuan keuangan dapat dikelompokkan ke dalam kategori kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian prioritas pencapaian tujuan dapat ditentukan. Tersedianya dana uang pangkal sekolah anak tentu lebih penting daripada dana liburan keluarga ke luar kota. Demikian pula didalam menentukan aset yang perlu dimiliki, apakah memiliki mobil yang dapat digunakan sebagai alat transportasi ke kantor lebih penting, daripada membeli rumah di tengah kota. Semua itu kembali kepada pilihan dan tujuan masing-masing keluarga yang bisa tertata rapi dalam perencanaan keuangan.
Tahap kedua adalah melakukan financial check-up yang bertujuan untuk melihat seberapa sehatkah kondisi keuangan kita saat ini. Cash flow (arus kas) yang positif merupakan tolok ukur sehat tidaknya kondisi keuangan seseorang. Cash flow positif artinya, pengeluaran lebih kecil daripada penghasilan, sehingga masih terdapat pendapatan yang bisa dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan, diluar kebutuhan utama yang harus dikeluarkan secara rutin.
Di tahap awal, biasanya saldo cash flow diperoleh dengan mengurangkan penghasilan rutin dengan pengeluaran rutin. Kemudian saldo positif itulah yang digunakan untuk melakukan investasi. Namun bagi orang yang sudah melakukan perencanaan keuangan secara lebih maju, mereka akan mengubah pola penggunaan penghasilan. Investasi akan dialokasikan terlebih dahulu dan menjadi bagian dari penempatan dana rutin kemudian ditambah dengan pengeluaran rutin, baru sisanya menjadi saldo cash flow. Pola seperti ini akan lebih memberikan kepastian pencapaian tujuan finansial.
Selain penghasilan dan pengeluaran rutin bulanan, arus kas juga perlu mempertimbangkan penghasilan tahunan ataupun penghasilan tidak rutin yang masih bisa diprediksi. Sebaiknya, pengeluaran tahunan ataupun pengeluaran tidak rutin yang berdasarkan pengalaman bisa saja terjadi, disandingkan dengan penghasilan tahunan / penghasilan tidak rutin. Dengan demikian, pengeluaran tahunan maupun pengeluaran tidak rutin akan dapat diprediksi dan terpantau, serta tidak mengganggu cash flow bulanan.
Jika kita masih memiliki hutang konsumtif dan kondisi keuangan belum cukup sehat, maka upayakan dulu melunasi hutang konsumtif dan melakukan perbaikan cash flow. Lakukan penghematan atau carilah sumber penghasilan baru agar cash flow menjadi positif. Dengan melakukan financial check up, anda juga akan dapat menilai apakah anda layak untuk hidup dengan gaya hidup yang anda jalani.
Jangan lupa, setiap keluarga juga perlu menyiapkan dana darurat yang sangat likuid untuk memenuhi kebutuhan tak terduga. Besarnya dana darurat biasanya ditentukan berdasarkan pengeluaran bulanan dan jumlah anggota keluarga.
Setelah semua yang berhubungan dengan kas kita benahi, maka tahap ketiga adalah mencari berbagai alternatif langkah untuk mencapai tujuan keuangan. Selanjutnya lakukan evaluasi terhadap alternatif yang ada dengan mempertimbangkan kondisi keluarga, kemampuan finansial, profil resiko dan opportunity cost. Perhatikan sifat tujuan keluarga untuk disesuaikan dengan alternatif memenuhinya. Kebutuhan akan proteksi sebaiknya dipenuhi dengan produk asuransi, sedangkan tujuan lainnya seperti uang pangkal sekolah, jalan-jalan ke luar negeri dan menunaikan ibadah haji, dapat dicapai dengan melakukan investasi.
Asuransi dan Investasi
Didalam memilih produk asuransi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan, sehingga dengan biaya yang minimal dapat diperoleh perlindungan yang maksimal. Kebutuhan asuransi dasar sebuah keluarga biasanya terdiri dari asuransi jiwa bagi pemberi nafkah dan asuransi kesehatan bagi seluruh anggota keluarga. Didalam memilih asuransi jiwa, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, asuransi jiwa hanya diperuntukkan bagi pemberi nafkah keluarga (ayah/ibu atau ayah dan ibu tergantung siapakah pemberi nafkah utama keluarga). Kedua, asuransi jiwa hanya dibutuhkan saat anggota keluarga belum mandiri. Karena itu, asuransi jiwa cukup memberikan perlindungan bagi pemberi nafkah sepanjang anggota keluarga belum mandiri.
Sedangkan untuk investasi, terdapat banyak instrumen investasi yang bisa dipertimbangkan seperti deposito, reksadana, logam mulia, saham, ataupun properti, yang dapat kita pilih sesuai dengan tujuan finansial kita. Reksadana misalnya, cocok digunakan untuk tujuan finansial jangka menengah dan jangka panjang. Sedangkan untuk tujuan jangka pendek, seperti dana darurat, maka deposito merupakan pilihan yang lebih tepat.
Sebelum melakukan investasi, calon investor harus mengetahui resiko dari produk investasi serta mengetahui profil resiko dirinya sendiri. Hal ini sangat penting, agar investor tidak salah memilih produk dan tidak justru menyesal di kemudian hari, ketika investasinya merugi. Untuk itu kita perlu memiliki informasi yang lengkap dan luas tentang berbagai produk asuransi dan investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita. Dengan teknologi informasi yang makin marak, maka informasi tentang produk investasi dapat diperoleh dengan mudah melalui internet. Berbagai bank maupun perusahaan manager investasi memberikan informasi tentang produk investasi yang mereka kelola pada situs resmi mereka.
Mulai Terapkan Rencana Anda
Setelah melakukan evaluasi atas alternatif yang ada dengan berbagai pertimbangannya, maka di tahap ke empat kita dapat menyusun action plan dari keuangan kita dan kemudian mengimplementasi rencana yang sudah kita susun. Sebuah perencanaan yang baik, tanpa ada aksi nyata tidak akan menjadikan impian kita menjadi nyata. Laksanakan rencana yang telah disusun. Jika tidak semua rencana bisa dilaksanakan sekaligus, laksanakanlah sesuai prioritas dan kemampuan. Setidaknya dengan membuat rencana, kita tahu dimana posisi kita, apa yang ingin kita capai, sejauh mana kemampuan kita saat ini untuk mempersiapkan kebutuhan dan mimpi kita di masa datang, dan upaya apalagi yang harus kita lakukan agar tujuan keuangan dapat dicapai tepat pada waktunya.
Rencana yang telah dilaksanakan, bisa jadi tidak berjalan dengan harapan kita. Karena itu, dalam siklus perencanaan keuangan, setelah action plan dilaksanakan perlu dilakukan review untuk menilai apakah target bisa dicapai sesuai yang diharapkan. Review dilakukan setidaknya satu kali dalam setahun. Review akan memberikan gambaran, sejauh mana perencanaan kita telah berjalan.
Dengan memahami luasnya cakupan perencanaan keuangan, maka bisa kita lihat bahwa perencanaan keuangan tidak semata memberi dampak bagi peningkatan nilai kekayaan tetapi lebih kepada peningkatan kualitas hidup seseorang. Perencanaan keuangan akan mampu mengubah mindset keluarga terhadap uang. Pada tahap lanjutan, seseorang yang telah menjalankan perencanaan keuangan akan mampu mengaktifkan uang dan aset yang dimiliki untuk memberikan penghasilan pasif bagi keluarganya. Demikian pula dengan gaya hidup. Seseorang yang tahu dan menyadari kondisi keuangannya akan dapat memilih untuk menyesuaikan gaya hidup dengan kemampuannya atau mencari penghasilan tambahan maupun mengaktifkan asetnya untuk mempertahankan gaya hidup yang diingininya. Karena itu dengan keuangan yang lebih tertata dan komitmen yang tinggi untuk terus melaksanakannya, maka seseorang akan menjadi pribadi yang lebih tangguh dan lebih baik.
Dan satu hal sudah pasti: kaya tanpa korupsi, itu BISA.
Sumber: http://howmoneyindonesia.com/2014/01/06/kaya-tanpa-korupsi/
0 komentar:
Posting Komentar