Hindari menyimpan telur di lemari es yang sering dibuka-tutup
Telur adalah sumber protein hewani penting yang relatif mudah didapat dan murah. Kandungan protein, lemak, dan mineral yang terkandung di dalam telur dapat mencukupi kebutuhan berbagai nutrisi penting.
Kandungan lemak dan kolesterolnya yang tinggi membuat sebagian orang ragu mengonsumsi telur karena khawatir akan menimbulkan risiko berbagai penyakit degeneratif. Alhasil, beredar beberapa mitos negatif mengenai konsumsi telur. Misalnya mitos konsumsi yang rutin menimbulkan faktor risiko kegemukan dan penyakit degeneratif. Namun, benarkah hal tersebut bisa terjadi?
Berikut ini adalah mitos dan fakta seputar konsumsi telur.
1. Mitos: telur bikin gendut. Fakta: telur baik untuk penurunan berat badan
Mungkin Anda pernah mendengar kalau telur mengandung 60 persen kalori yang berasal dari lemak. Namun, konsumsi telur sebenarnya tidak akan membuat gemuk. Pasalnya telur merupakan makanan yang dapat digunakan untuk penurunan berat badan. Satu butir telur hanya mengandung 70 kalori, yang seimbang dengan 6 gram protein dam 5 gram lemak.
Kombinasi protein dan lemak dapat meningkatkan produksi "hormon kenyang". Protein dalam telur juga menyebabkan tubuh melepaskan glukagon, yang merangsang tubuh melepas dan menggunakan cadangan karbohidrat dan lemak.
2. Mitos: telur meningkatkan kolesterol. Fakta: telur tidak memengaruhi kadar kolesterol
Masalah ini sempat menimbulkan perdebatan karena telur dapat mengandung hingga maksimal 200 miligram kolesterol pada satu kali penyajian. Asupan kolesterol yang berlebih dikhawatirkan mengganggu kesehatan jantung.
Tetapi faktanya, konsumsi makanan berkolesterol tidak serta merta akan meningkatkan kadar kolesterol setinggi yang dibayangkan. Menurut penelitian, hanya sekitar 30 persen saja orang akan mengalami kenaikan kadar kolesterol setelah mengonsumsi makanan berkolesterol.
Hal ini juga didukung penelitian para ahli dari Harvard terhadap 100 ribu responden. Riset membuktikan, konsumsi telur tidak meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Bahkan riset dari University of Connecticut menemukan, makan 3 telur per hari menjadi bagian dari upaya membatasi asupan karbohidrat dan meningkatkan asupan kolesterol baik (HDL) dalam tubuh.
3. Mitos: cuma boleh makan putih telur. Fakta: nikmati putih dan kuning telur
Putih telur hanya mengandung 3,5 gram protein. Nutrisi lain seperti protein dan lemak, ada di dalam kuning telur sehingga kuning telur menjadi bagian yang paling bernutrisi. Kuning telur mengandung 240 miligram leucine, asam amino berantai tunggal yang memengaruhi genetik pembangun otot.
Kuning telur juga mengandung kolin, yang berguna untuk fungsi membran sel. Selain itu, masih ada kolesterol, yang merupakan penyusun berbagai hormon, vitamin A, vitamin D, dan vitamin E. Kuning telur juga kaya omega 3, apalagi jika ayamnya diberi makanan yang mengandung asam amino serupa. Telur akan menghasilkan 150 miligram omega 3 yang kaya DHA.
4. Mitos: telur mentah beri lebih banyak nutrisi, Fakta: Telur yang dimasak memberi akses pada lebih banyak nutrisi
Makan telur mentah diyakini memberi manfaat lebih karena bentuk kolesterolnya masih belum teroksidasi. Nyatanya, oksidasi kolesterol telur sealma proses memasak sebenarnya minimal, dan akan jauh berkurang jika dimasak pada suhu rendah.
Makan telur mentah juga dipercaya dapat membantu mencegah hormon lutein dan zeaxanthin yang penting bagi kesehatan. Namun, penelitian yang dimuat American Journal of Clinical Nutrition dan Journal of Nutritionmenunjukkan bahwa makan telur yang dimasak juga dapat meningkatkan kadar lutein dan zeaxanthin dalam darah.
Selain itu, telur mentah mengadung avidin. Protein ini dapat mengikat dan mencegah penyerapan nutrisi penting dalam tubuh, misalnya biotin. Memasak telur akan menonaktifkan avidin, dan memastikan nutrisi terserap sempurna.
Walapun hanya 1 dari 10 ribu telur terkontaminasi salmonella, proses memasak dapat mematikan segala kuman yang mungkin saja ada di dalam telur. Dengan proses pemasakan, telur tentu akan lebih sehat dan aman dikonsumsi.
0 komentar:
Posting Komentar