Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Sabtu, 26 Maret 2011

Arti KEBERKAHAN Rezeki




Oleh :
Ustadz Dr. Muhammad Arifin bin Baderi, M.A

"
Berkah" atau "al-barakah" bila kita pelajari dengan sebenarnya, baik melalui ilmu bahasa Arab  atau melalui dalil-dalil dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, niscaya kita  akan mendapatkan bahwa "al barakah" memiliki kandungan dan pemahaman  yang sangat luas dan agung.

Secara ilmu bahasa, "al-barakah" berarti "Berkembang, bertambah dan kebahagiaan." (Al-Misbah al-Munir oleh al-Faiyyumy 1/45, al-Qamus al-Muhith oleh al-Fairuz Abadi 2/1236, dan Lisanul Arab oleh Ibnu Manzhur 10/395).

Imam an-Nawawi berkata, "Asal makna keberkahan ialah kebaikan yang banyak dan abadi." (Syarah Shahih Muslimoleh an-Nawawi, 1/225).

Adapun bila ditinjau melalui  dalil-dalil dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, maka "al-barakah" memiliki  makna dan perwujudan yang tidak jauh berbeda dari makna "al-barokah"  dalam ilmu bahasa.

Walau demikian, kebaikan dan  perkembangan tersebut tidak boleh hanya dipahami dalam wujud yang riil,  yaitu jumlah harta yang senantiasa bertambah dan berlipat ganda.  Kebaikan dan perkembangan
harta, dapat saja terwujud dengan berlipat gandannya kegunaan harta tersebut,  walaupun jumlahnya tidak bertambah banyak atau tidak berlipat ganda.

Misalnya, mungkin saja seseorang  yang hanya memiliki sedikit dari harta benda, akan tetapi karena harta  itu penuh dengan keberkahan, maka ia terhindar dari berbagai mara  bahaya, penyakit, dan tenteram hidupnya. Dan sebaliknya, bisa saja  seseorang yang hartanya melimpah ruah, akan tetapi karena tidak  diberkahi Allah, hartanya tersebut menjadi sumber bencana, penyakit, dan bahkan mungkin ia tidak dapat memanfaat harta tersebut.

Salah seorang sahabat saya  bercerita, bahwa ada seorang tukang becak yang sehari-harinya hidup  pas-pasan. Akan tetapi, karena ia sering mengantarkan sebagian  penumpangnya ke Hous Donut, ia menjadi berangan-angan: andai aku bisa  memiliki kesempatan menikmati donat buatan toko ini.

Subhanallah, setelah tukang becak  ini merintis usaha baru dengan bermodalkan piutang dari salah satu bank  konvensional, yang tentunya dengan memungut bunga, maka usahanyapun  mulai maju, dan taraf kehidupannyapun mulai berubah. Dan tidak selang  berapa lama, ia menjadi salah seorang yang
kaya raya.

Akan tetapi suatu hal terjadi di  luar perhitungannya, bersama usahanya yang mulai maju, beberapa  penyakitpun mulai menghinggapinya. Dimulai dari kencing manis dan  penyakit-penyakit lainnya, akibatnya impiannya untuk dapat menikmati  donat buatan Hous Donut tidak juga kunjung dapat ia wujudkan. Bila  dahulu semasa ia menjadi tukang becak, ia tidak mampu membelinya, maka  sekarang karena ia takut akan akibat dari makan donat.

Bila dahulu ia sering hanya mengenakan kaos butut dan celana kolor, maka sekarang setelah kaya raya, iapun tidak lebih  dari itu. Yang demikian itu, dikarenakan ia lebih sering untuk berada  dalam rumah, dan bahkan tidak jarang ia harus setia menemani tempat  tidurnya, sambil menahan rasa sakit yang ia derita.

Untuk sedikit mengetahui tentang  keberkahan yang dikisahkan dalam al-Qur'an, dan as-Sunnah, maka saya  mengajak hadirin untuk bersama-sama merenungkan beberapa dalil berikut:

1. Dalil Pertama


 

]وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاء مَاء  مُّبَارَكًا فَأَنبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ وَالنَّخْلَ  بَاسِقَاتٍ لَّهَا طَلْعٌ نَّضِيدٌ {10} رِزْقًا لِّلْعِبَادِ  وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ [  (ق: 9-11)

"Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi (banyak membawa kemanfaatan), lalu Kami tumbuhkan dengan air itu taman-taman dan biji-biji tanaman yang diketam. Dan pohon kurma yang tingi-tinggi yang memiliki mayang yang bersusun-susun, untuk  menjadi
rezeki bagi hamba-hamba (kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang  mati (kering). Demikianlah terjadinya kebangkitan." (Qs. Qaaf: 9-11).

Bila keberkahan telah menyertai  hujan yang turun dari langit, tanah gersang, kering keronta menjadi  subur makmur, kemudian muncullah taman-taman indah, buah-buahan dan  biji-bijian yang melimpah ruah. Sehingga negeri yang dikaruniai Allah  dengan hujan yang berkah, menjadi negeri
gemah ripah loh jinawi (kata orang jawa) atau

]بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ [ (سبأ: 15)

 

"(Negerimu adalah) negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun." (Qs. Saba': 15).

Demikianlah Allah Ta'ala  menyimpulkan kisah bangsa Saba', suatu negeri yang tatkala penduduknya  beriman dan beramal shaleh, penuh dengan keberkahan. Sampai-sampai ulama
ahli tafsir mengisahkan, bahwa dahulu wanita kaum Saba' tidak perlu untuk memanen  buah-buahan kebun mereka. Untuk mengambil hasil kebunnya, mereka cukup  membawa keranjang di atas kepalanya, lalu melintas dikebunnya, maka  buah-buahan yang telah masak dan berjatuhan sudah dapat memenuhi  keranjangnya, tanpa harus bersusah-payah memetik atau mendatangkan  pekerja yang memanennya.

Sebagian ulama lain juga  menyebutkan, bahwa dahulu di negeri Saba' tidak ada lalat, nyamuk, kutu, atau serangga lainnya, yang demikian itu berkat udaranya yang bagus,  cuacanya yang bersih, dan berkat kerahmatan Allah yang senantiasa  meliputi mereka (Tafsir Ibnu Katsir, 3/531).

2. Dalil Kedua


 

Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan tentang berbagai kejadian yang mendahului kebangkitan hari Kiamat, beliau bersabda,

(يقال للأرض: أنبتي ثمرتك وردي  بركتك, فيومئذ تأكل العصابة من الرمانة, ويستظلون بقحفها, ويبارك في  الرِّسْلِ, حتى إن اللقحة من الإبل لتكفي الفئام من الناس, واللقحة من  البقر لتكفي القبيلة من الناس, واللقحة من الغنم لتكفي الفخذ من الناس).  رواه مسلم

"Akan diperintahkan (oleh  Allah) kepada bumi: tumbuhkanlah buah-buahanmu, dan kembalikan  keberkahanmu, maka pada masa itu, sekelompok orang akan merasa cukup  (menjadi kenyang) dengan memakan satu buah delima, dan mereka dapat  berteduh dibawah kulitnya. Dan air susu diberkahi, sampai-sampai sekali  peras seekor unta dapat mencukupi banyak orang, dan sekali peras susu  seekor sapi dapat mencukupi manusia satu kabilah, dan sekali peras, susu seekor domba dapat mencukupi satu cabang kabilah." (HR. Imam Muslim).

Demikianlah ketika rizeki  diberkahi Allah, sehingga rizeki yang sedikit jumlahnya, akan tetapi  kemanfaatannya sangat banyak, sampai-sampai satu buah delima dapat  mengenyangkan segerombol orang, dan susu hasil perasan seekor sapi dapat mencukupi kebutuhan orang satu kabilah.

Ibnu Qayyim berkata, "Tidaklah
kelapangan rizeki dan amalan diukur dengan jumlahnya yang banyak, tidaklah panjang umur  dilihat dari bulan dan tahunnya yang berjumlah banyak. Akan tetapi,  kelapangan rizeki dan umur diukur dengan keberkahannya." (Al-Jawabul Kafi karya Ibnu Qayyim, 56).

Bila ada yang berkata, "Itukan  kelak tatkala Kiamat telah dekat, sehingga tidak mengherankan, karena  saat itu banyak terjadi kejadian yang luar biasa, sehingga apa yang  disebutkan pada hadits ini adalah sebagian dari hal-hal tersebut."

Ucapan ini tidak sepenuhnya benar, sebab hal yang serupa –walau tidak sebesar yang disebutkan pada hadits  ini- juga pernah terjadi sebelum zaman kita, yaitu pada masa-masa  keemasan umat Islam.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Sungguh, dahulu biji-bijian, baik gandum atau lainnya lebih  besar dibanding yang ada sekarang, sebagaimana keberkahan yang ada  padanya (biji-bijian kala itu-pen) lebih banyak. Imam Ahmad telah  meriwayatkan melalui jalur sanadnya, bahwa telah ditemukan di gudang  sebagian khalifah Bani Umawiyyah sekantung gandum yang biji-bijinya  sebesar biji kurma, dan bertuliskan pada kantung luarnya: 'Ini adalah  gandum hasil panen masa keadilan ditegakkan.'" (Zaadul Ma'ad oleh Ibnul Qayyim, 4 / 363 dan Musnad Imam Ahmad bin Hambal, 2/296).

Seusai kita membaca hadits dan  keterangan Imam Ibnul Qayyim di atas, kemudian kita berusaha  mencocokkannya dengan diri kita, niscaya yang kita dapatkan adalah  kebalikannya, yaitu makanan yang semestinya mencukupi beberapa orang  tidak cukup untuk mengenyangkan satu orang, berbiji-biji buah delima  hanya mencukupi satu orang.

3. Dalil Ketiga


 

عن عُرْوَةَ بن أبي الجعد البارقي  رضي الله عنه أَنَّ النبي صلّى الله عليه وسلّم أَعْطَاهُ دِينَارًا  يَشْتَرِي له بِهِ شَاةً فَاشْتَرَى له بِهِ شَاتَيْنِ فَبَاعَ  إِحْدَاهُمَا بِدِينَارٍ وَجَاءَهُ بِدِينَارٍ وَشَاةٍ فَدَعَا له  بِالْبَرَكَةِ في بَيْعِهِ. وكان لو اشْتَرَى التُّرَابَ لَرَبِحَ فيه.  رواه البخاري

"Dari sahabat Urwah bin Abil  Jaed Al Bariqy radhillahu 'anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa  sallam pernah memberinya uang satu dinar agar ia membelikan seekor  kambing untuk beliau, maka sahabat Urwah dengan uang itu membeli dua  ekor kambing, lalu menjual salah satunya seharga satu dinar. Dan iapun  datang menghadap Nabi dengan membawa uang satu dinar dan seekor kambing. Kemudian Nabi mendoakannya agar mendapatkan keberkahan dalam  perniagaannya. Sehingga andaikata ia membeli debu, niscaya ia akan  mendapatkan keuntungan padanya." (HR. al-Bukhary).

Demikianlah sedikit gambaran  tentang peranan keberkahan pada usaha, penghasilan, dan kehidupan  manusia, yang digambarkan dalam al-Qur'an dan al-Hadits.

Sebenarnya, masih banyak lagi  gambaran tentang peranan keberkahan yang disebutkan dalam al-Qur'an atau hadits, hanya karena tidak ingin terlalu bertele-tele, saya cukupkan  dengan tiga dalil di atas sebagai contoh, sedangkan sebagian lainnya  akan disebutkan pada pembahasan selanjutnya.


Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, M.A

Sumber: Kumpulan artikel Ustadz Muhammad Arifin Baderi dari naskah buku beliau berjudul 12 Kiat Ngalap Berkah untuk
www.pengusahamuslim.com

Artikel:
http://salafiyunpad.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar